Four Horsemen kembali melakukan comeback stage-nya untuk menguak rahasia jahat di peluncuran ponsel pintar Octa. Kini beranggotakan Merritt (Woody Harrelson), Danny (Jesse Eisenberg), Jack (Dave Franco), dan anggota baru mereka Lula (Lizzy Caplan), dan dipimpin oleh Dylan (Mark Ruffalo) yang juga agen FBI, justru diungkapkan identitas mereka oleh seseorang. Usaha kaburnya Four Horsemen, malah berakhir di kota Makau secara tiba-tiba. Kebingungan, mereka digiring adik kembar Merritt, Chase, untuk bertemu dengan seorang saintis bernama Walter Marby (Daniel Radcliffe) yang meminta Four Horsemen untuk mencuri chip ponsel tersebut yang akan dilelang di pasar gelap. Dalam upaya kebingungan dan di luar kendali, Dylan yang masih berada di Amerika Serikat, terpaksa membantu Thaddeus (Morgan Freeman), saingan ayahnya yang berhasil ia jebloskan ke penjara, untuk menyelamatkan Four Horsemen.
RATING
MPAA rating is PG-13 for violence and some language
REVIEW
Dalam metodologi ilmu sosial, ada
berbagai macam istilah yang mengalamatkan bentuk hubungan antara satu variabel
dengan yang lain. Salah satunya adalah spurious relationship. Sewaktu
kuliah tersebut, dosen saya mencontohkan dengan cerita (entah nyata atau
anekdot), yaitu adanya hubungan antara meningkatnya jumlah pembeli es krim di
pantai dengan jumlah korban tenggelam di pantai. Itu adalah jenis hubungan yang
spurious, kenampakannya nyata, secara statistik dan secara kasat mata,
namun yang sebenarnya terjadi adalah: semua terhubung karena musim panas.
Teriknya matahari membuat banyak orang yang berkunjung di pantai membeli es
krim, dan sebagaimana kebiasaan musim panas, semakin banyak orang yang pergi
berenang di pantai, dan meningkatkan jumlah korban tenggelam.
Setelah saya pikir-pikir, ternyata
sulap pun demikian. Melalui dua buah fenomena yang terlihat saling berhubungan,
kita melihat sebuah keajaiban karena tidak mengetahui bentuk hubungan yang
logis dari fenomena tersebut. Seperti halnya spurious, satu kali kita
mendengarkan ungkapan mengenai “kejeniusan” meramu hubungan spurious,
kita akan terkesima, mengingat ia mampu “memikirkan” keberadaan musim panas
dalam fenomena penjualan es krim dan korban tenggelam. Kejeniusan-kejeniusan
itu diutarakan kepada kita berkali-kali, hingga puluhan kali, kemudian
membiarkan kita merasa kagum dengan kejeniusan tersebut. Saat kita bertemu lagi
dengan sang pencerita, ia kembali mengisahkan hal-hal ajaib. Namun, kita
mengetahui bahwa keajaiban yang ia katakan, simply adalah bagaimana ia
meramu musim panas di latar yang lain.
Sedikit banyak, itulah yang saya
pikirkan mengenai Now You See Me 2. Film sekuel dari Now You See Me yang
dirilis 2013 lalu, hadir pada 2016, pada musim panas, untuk ikut serta dalam
meraih pundi-pundi melalui kisah yang menarik dan intriguing di film
sebelumnya. Berlatar di 18 bulan setelah Dylan berhasil memenjarakan Thaddeus,
kini Four Horsemen yang menghilang, bersiap untuk “comeback stage”
mereka, bersama dengan anggota baru Jack dan Lula. Adanya saat-saat dimana
mereka tak mampu mengendalikan situasi, menjadi sebuah kebalikan dari klimaks
di film sebelumnya. Siapa sebenarnya yang menjebak mereka dan apa yang mereka
inginkan dari Four Horsemen?
Dalam 120an menit, Now You See Me
2 berusaha menyihir kita dengan formula-formula yang pernah ditawarkan di
film predesesornya. Visual efek yang bagus, aktor dan aktris yang sudah dikenal
publik, dialog-dialog humoris, dan pengungkapan cara sulap dengan teknis yang
amat memuaskan. Film awalnya sukses besar secara komersil, dan medioker secara
kritik. Jelas sekali, film tersebut memberikan banyak peluang untuk kehadiran
sekuel yang menarik. Formula yang ditawarkan di film pertama, merupakan formula
yang jitu, dan sungguh sayang bila tidak dikemas kembali dalam cara yang
berbeda.
Sayang sekali, Now You See Me 2
hadir dengan tidak mengemas balutan cerita mereka dengan hal yang baru. Apa
yang mereka lakukan, dasarnya hanya memindahkan lokasi, memperbanyak jumlah
aktor, menghubungkan antara satu aktor dan aktris yang ternyata memiliki
konspirasi dalam konspirasi. Terdengar menarik? Dalam visual efek dan
tawaran-tawaran eksploitasi efek dan dialog, iya, namun dalam pengalaman
menonton yang kedua kalinya? Satu kata, tidak.
Now You See Me 2 tampil datar dengan segala kejutannya. Datarnya kejutan tersebut,
tanpa diduga lagi, dikarenakan minimnya perkembangan inovasi dari film
sebelumnya, sama seperti kata-kata saya tentang hubungan spurious. Hubungan
spurious yang sudah kita saksikan di film awalnya, menyisakan satu
kesimpulan bahwa Four Horsemen tidak akan kenapa-kenapa, semua akan berakhir cukup
baik dan semua akhir menyisakan kemungkinan untuk sekuel. Itu diulang lagi, itu
diulang lagi, itu diulang lagi. Kita mengetahui semua hal yang mungkin terjadi dalam
film kedua. Menu tersebut tidak berubah drastis, dan tak menyisakan hal lain
yang bisa menjadi tambahan intrik.
Satu-satunya kunci yang dimiliki Now
You See Me 2 terletak pada keluarkendalian yang dimiliki Four Horsemen yang
membuat kita bertanya, bagaimana mereka akan overcome keadaan ini. Dan
dengan sangat menyesal, mereka melakukannya dengan sangat cheesy,
seperti dialog yang diucapkan oleh Nobita menjelang adegan klimaks mengenai
pentingnya petualangan bagi diri mereka di film-film Petualangan Doraemon. Dialog
yang membuat saya tidak bisa menahan kekonyolan, maupun ke-cheesy-an
film ini, padahal intrik tersebut cukup menarik untuk disaksikan. Apa yang
menjadi “konspirasi” tentang orang-orang yang jahat pada orang lain, sudah
tidak lagi menarik bagi kita.
Saya sadar tentang film summer,
tak semuanya memerlukan kekritisan dan perenungan yang teramat dalam. Semua
adalah tentang kesenangan, dan membawa kesenangan itu dalam tema yang distinct
dan bisa dinikmati sebanyak mungkin golongan. Kesadaran tersebut seharusnya tak
membuat saya banyak mencela film ini. Namun, mempertimbangkan saya yang pernah
menyaksikan film sebelumnya, Now You See Me 2 tak menyisakan apapun lagi
untuk menyegarkan kita kecuali kebaruan adegan sulapnya. Tidak ada lagi upaya
logis untuk menerangkan mengapa orang ini melakukan ini, orang itu melakukan
itu. Selama satu adegan sebelumnya adalah tipuan, tampaknya itu sudah cukup
menyenangkan.
Pada akhirnya, Now You See Me 2
tak lebih dari film summer yang ingin mengulang formula kesuksesan
sebelumnya. Namun, bagi yang menikmati film sebelumnya dan menantikan lebih,
jelas film ini tak akan mengembangkan kepuasan apapun bagi kita yang menonton.
Akting, visual efek, jalan cerita, hingga teknik penyutradaraannya, hanya
mengulang saja dan berharap itu baik. Silakan menonton untuk kesenangannya,
bila formula itu masih ampuh untuk Anda. Bagi yang tidak, mungkin kita lebih
baik menggeser teater kita ke The Conjuring 2, atau film lain yang lebih
tidak membosankan untuk ditonton.
NB1. I have a pity for Mr. Radcliffe. With his height, all he got from acting mostly just regressing his adultness in a young adult movement. And those English accent, yeah don't forget. It breaks every trying to not forget him as Harry
NB2. Unfortunately, for a such excellent graphic visual effect works, the poster screams dullness
Tidak ada komentar:
Posting Komentar