Saat nyaris seluruh dunia telah terinvasi sebuah gangguan dari sinyal, di perkumpulan kaum Amish (adalah sebuah kaum yang memuja alam dan nomaden, tak percaya teknologi modern yang dikatakan sebagai device of the devils) ada seorang anak asuh salah satu pengungsi bernama Justine (Brittany Finnamore) yang bosan dengan kehidupan yang semakin lama semakin rimbaisme.
Menemukan sebuah laptop yang masih bisa berfungsi, ia terhubung dengan Adam, seorang pria yang berdomisili di Kota Houston yang sudah 'dikuasai'. Chatting yang terjadi antara mereka berdua berujung pada Adam yang ingin meminta tolong. Justine yang rapuh menuju kota Houston untuk kopi darat dengan Adam. Tak disangka perjalanan Justine harus berujung pada kenyataan bahwa dirinya menentukan semua 'nyawa' dari arwah sinyal elektronik tersebut.
RATING
Rated R for Some Violence and Language.
REVIEW
Bukan maksud menyukai trilogi Pulse yang berasal dari remake J-Horror yang sukses (dengan catatan trilogi ini dipandang gagal), namun saya hanya tergoda untuk mengkritik film ini. Ia tidak pernah diekspos, jangan begitu salah kalau mengingat predesornya buruk dalam kualitas. Karena walaupun film ini juga buruk, tetapi jangan salahkan filmnya itu sendiri.
Langsung, saya tidak mengapresiasi dengan baik kepada Nona Brittany Finnamore yang di film ini berperan sebagai tokoh tunggal, Justine. Sang ibu yang lenyap di depan matanya, entah kenapa menjadikan remaja labil ini sedikit tampak tegar, sedikit tampak lemah. Masalahnya, it's not on your face. Mukamu memang menunjukkan, kalau boleh meninggikan, namun kamu kurang intens dalam mendalami karakter yang kamu mainkan. Seorang aktris haruslah mengerti bagaimana berakting. Kamu ada di film itu, memerankan karakter itu seolah kamu hidup benar-benar menjadi dirinya. Sang ibu lenyap dengan tidak adanya yang mendukung tindakannya, benar-benar wanita yang aneh. Sisanya tidak bisa dibilang bagus juga kecuali bagian depan. Walaupun tertarik dengan webcam relationship, namun ekspresi yang diberikan Adam, cukup jelek, kendati dirinya pernah bermain di Joy Ride, ya, sang Rider Strong itu. Kehadirannya di akhir, kala ia menjadi buaspun tidak menjadi soal, karena ia tidak menjadikannya begitu.
Dari cerita, ceritanya cukup bagus pada awalnya. Coba bayangkan, seorang wanita dengan masa lalu dan masa kini yang suram, mencoba bertemu seseorang yang tak pernah ia kenal diantara serbuan makhluk sinyal ini (dan saya tidak tahu sebenarnya bagaimana dengan makhluk ini). Terdengar menarik? Seperti Lord of the Ring begitu. Namun eksekusi yang diberikan cenderung terasa cepat dan membosankan. Cukup menarik kala Justine harus merasa was-was di rumah seorang petani kapas. Namun, seakan menyita seperempat durasi film, ia tidak menyajikan kenyataan bahwa Justine menjadi anti dengan arwah sinyal. Ia kira mereka itu manusia biasa. Huff....
Setelah eksekusi yang lambat di film itu, film ini menyiasatinya dengan Justine yang sepertinya tidak menemui hambatan apapun di kota. Padahal, kalau tidak salah di film Pulse pertama (remake), adegan dengan makhluk lain ini berbahaya sekali. Dan sepertinya di film ini, makhluk ini semakin tidak liar atau bagaimana. Saya juga tidak terlalu mengerti, yang jelas, itu tidak korelatif dengan predesornya. Film ini juga seiring durasinya, seperti memperbolehkan apapun kepada dirinya sendiri untuk menakuti penonton mendobrak batas yang telah ditentukan oleh pembuatnya sendiri. Sehingga keseraman yang dibuat tidak tampak seperti akibat dari semua itu, itu semua akibat Justine yang pantas untuk ditakut-takuti.
Sayang sekali, patut dikatakan bahwa Pulse 3 dapat menjadi baik mengingat punya formula plot standar, namun basic yang diberikan itu bagus. Selama Pulse mencoba untuk kreatif yang masih rasional pada dasar asli, menurut saya masih akan bagus.
Yang mengecewakan, film ini mengkhususkan filmnya untuk fans dari Pulse itu sendiri.
Waktu usai menonton saya berpikir, jika saya yang bukan fansnya saja kecewa, bagaimana dengan fansnya?
47%
=========================================================================
Sayang sekali, patut dikatakan bahwa Pulse 3 dapat menjadi baik mengingat punya formula plot standar, namun basic yang diberikan itu bagus. Selama Pulse mencoba untuk kreatif yang masih rasional pada dasar asli, menurut saya masih akan bagus.
Yang mengecewakan, film ini mengkhususkan filmnya untuk fans dari Pulse itu sendiri.
Waktu usai menonton saya berpikir, jika saya yang bukan fansnya saja kecewa, bagaimana dengan fansnya?
47%
=========================================================================
TRAILER