Alisa (Suzzanna) baru saja lepas dari kehidupan masalalunya sebagai pelacur karena dipersunting seorang nahkoda bernama Hendarto (Barry Prima). Sayang, Hendarto mendapat tugas besar untuk mengantar sebuah kapal ke luar negeri yang membutuhkan waktu perjalanan yang lama. Alisapun kesepian dan mengusir kesepiannya dengan menyulam baju-baju. Hasil sulaman dikirimkan ke seorang pemilik butik bernama Rudi. Terjadi konflik antara Alisa, Rudi, dan mantan germo Alisa, Mami, yang mengakibatkan Alisa diperkosa.
Pemerkosaan yang tragis itu, ditambah rasa bersalah Alisa membuat Alisa bunuh diri tepat seminggu sebelum kepulangan Hendarto. Hendartopun ketika dirumah mulai mendengar berita-berita kematian orang-orang yang terjadi secara tidak wajar. Ia curiga bahwa itu adalah tingkah Alisa dalam bentuk sundel bolong memburu nyawa-nyawa orang yang telah memerkosanya.
REVIEW
Banyak orang yang setelah menonton film horor Indonesia yang kancut, membandingkan film yang baru saja mereka tonton dengan film ini. Film Sundel Bolong arahan Sisworo Gautama Putra memang memiliki sebuah ambience keseraman yang lebih tinggi dibanding film horor jaman sekarang. Tentu saja poinnya dari The Indonesian Queen of Horror, Suzzanna.
Film ini masih murni menggunakan kalimat-kalimat EYD yang masih pas untuk didengar, tentu karena setting jadulnya yang memang tidak mengada-ngada. Hal ini bertolak belakang dengan kejadian dimasa sekarang yang ngomong kalimat EYDpun sudah langka. Kehadiran Suzzanna dalam bentuk sundel bolong menjadi terkenal disetiap adegannya. Barangkali memang karena "famous scene" saat Alisa memesan sate 200 tusuk dan soto ("Sekalian sama pancinya, mang..") yang menggunakan teknik editan yang jadul banget (masa' sekali kena mulut satenya ilang?) ditambah shot punggung si Sundel yang bukannya bolong, tapi kepotong karena pembusukan. Sampai sekarang, adegan ini nggak nyambung aja dengan bunuh diri Alisa yang motong pergelangan tangan. Kesian, gentayangan gara-gara motong urat nadi, output nya jadi sundel bolong.
Shot-shot yang mengandung adegan gorypun dirasa aneh. Seperti saat Amin si tukang becak yang mau nyium Sundel Bolong, tapi muka si Sundel berubah jadi tengkorak (dengan tengkorak yang bisa anda ambil di laboratorium IPA sekolah) berdarah. Juga saat abis minum kuah soto, kuahnya ngacir kejalan dan ada limpahan belatung juga! Adegan itu sih disensor di Youtube. Kematian para pemerkosa juga dibilang terlalu over, seperti si Mami yang mati gara-gara kesetrum abis dilempar ke tiang listrik, abis gitu, mayatnya langsung dikremasi ditempat ama api yang muncul sedetik setelah si Mami kena kabel.
Beberapa kematian kelewat lucu. Seperti orang yang kejebak dirumah, terus ditusuk ama nisan kayu. Atau si Rudi yang lehernya dicekik batang besi yang diambil Alisa pake tangan kosong doang. Yahh, emang beginilah hantu jadul, selalu punya kekuatan yang terbilang aneh. Overall, semua adegannya tuh dibilang bisa aja serem kalo dimaksimalin, tapi karena tahun 1981, dan di Indonesia lagi, jadinya kurang serem aja... Pasti kalo masih kecil ketakutan. Film ini pantas banget di remake dengan suara yang super dahsyat kayak Sumpah Pocong di Sekolah.
Adegan-adegan disini, diulang dengan gaya baru di spin-off si Sundel Bolong di film "Telaga Angker" yang malah nyeritain ibu2 yang mati gara2 perampok. Yahh, seenggaknya bisalah disambung-sambungin. Note: Ada satu scoring yang muncul difilm ini, lalu dimainin lewat cello oleh Ladya Cheryll di film Fiksi (2008)
3,5 of 5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar