Senin, 28 Juni 2010

Malam Jumat Kliwon (2007)



SINOPSIS (bukan mempersingkat tp memang singkat)

Dhika (Ben Joshua), Ramon (Robertino), Sheila (Gracia Indri), dan Sheila (Debby Kristi) adalah empat teman yang baru saja selesai clubbing pada Malam Jumat Kliwon. Mereka terjerat sebuah razia narkoba dan segera kabur dari cegatan polisi, membuat mobil mereka berjalan tak tentu arah ke sebuah jalan yang sepi.

Di jalan itu, mereka akhirnya memutuskan untuk pergi ke sebuah gedung yang ternyata rumah sakit. Mereka bertemu seseorang yang juga mengalami nasib sama seperti mereka...terkungkung di rumah sakit bersama para setan yang lama kelamaan merasuki tubuh dan membuat mereka harus membunuh satu-sama lain. 

Apakah yang sebenarnya terjadi? Jangan-jangan ini ada hubungannya dengan....MALAM JUMAT KLIWON!? (hiyyyy...)


REVIEW

Film Malam Jumat Kliwon adalah salah satu film horor dengan publikasi yang sangat digembar-gemborkan oleh produsernya (Shanker). Bahkan kebodohan film ini langsung bisa dilihat dari poster diatas. Lihatlah sisi bawah poster! Anda akan melihat tulisan jijay (dan bodoh disaat yang sama) yang bertuliskan "From the best Horror Director and Producer". Belum cukup? Saya beritahu, kuntilanak berwajah tolol di atas para cast itu TIDAK PERNAH terlihat sepanjang film berlangsung. Terus, film ini berusaha 'mempermahal' diri dengan memberikan baju untuk Daffy Ariaga, Robertino, dan Ben Joshua yang lebih keren dan mahal ketimbang di aslinya. Masak ke rumah sakit malem-malem pake jacket bulu???

Itu baru posternya. Kini saksikan trailernya. Trailer tidak perlu diutarakan panjng lebar. Tahulah, hasil Koya Pagayo. Penuh dengan editing super cepat dan tidak jelas. Anda malah ngantuk karena trailer tidak memberikan kesan seram. Tapi bodoh. Belum lagi ditambah adegan-adegan yang membuat anda mengernyit. Masih ingat saat ada live review dari para penonton artis seusai film ini. Mereka semua berkata filmnya seram. APAAN TUH? 

Setelah mulai menonton di Youtube, saya menyadari bahwa part 1 dan part 2 menerangkan sinopsisnya secara cepat dan tidak bermutu. Adegan-adegan itu diberikan agar penonton ngeh kalau mereka berada dalam situasi semacam itu. Yahhh, bisa dibilang membegokan penontonlah. Lalu, durasi mulai diisi dengan penampakan hantu yang enggak banget. Hantunya juga bisa dibilang beraneka ragam, hingga saking seringnya, kita sampai ngantuk karena penampakan itu sangat sekilas dan tidak mengagetkan. Dan lagi, didalam dialog di gedung tempat mereka bertemu hantu, berkali-kali statement untuk keadaan diberikan. Lalu, dialog subplot yang boring banget, ngebuat filmnya tambah aneh. Kita diberikan sebuah ultimatum bahwa kita harus ngerti kalau mereka lagi dalam on survival. Dan biasanya dalam rangka menyelamatkan diri, ego manusia itu harus dibuang sejauh-jauhnya. Karena satu-satunya fokus di dalam survival adalah untuk stay alive

Kebodohan seakan belum cukup, film mulai diisi tempat-tempat yang disinari cahaya yang begitu jelas dan tampak aneh. Sesudah itu, adegan Vina yang mengalami asma serasa tempelan sekali, kita tahu orang asma tidak diperbolehkan untuk menemui hal-hal yang bisa memacu jantungnya dengan sangat cepat, dan orang asma yang menghalau mobil ngebut adalah orang yang ingin cepat mati. Saya menyadari saya belum menceritakan poin menggelitik ini. Ini terjadi saat saya sedang mencari trailer film ini di Internet, saya tentu bertemu dengan puluhan sinopsis film ini dalam berbagai dimensi karakter penulis. Dan kesemuanya menuliskan dua hal, film ini berlatar di penginapan atau di rumah sakit. Jelas-jelas rumah sakit, tapi nanti dulu, sinopsis film ini sendiri bercabang dua, ada yang mengatakan bahwa itu penginapan, ada yang bilang rumah sakit...absurd...
Nayato Fio Nuala atau Koya Pagayo dalam film ini, sangat senang karena produser yang selalu mengeloni film-film dia yang memang minim budget itu, mengabulkan film ini. Semua kru utama dalam film ini adalah himpunan dari kru yang biasa Nayato pakai. DOP pasti kalau nggak Dimas Aji pasti Dharma You. Musik pasti Teguh Pribadi. Art Director pasti kalau nggak Koesnadi WS pasti Arfi Bella. Editing? Tentu saja Azis Natandra (di HJP pake nama Krishnatandra dan sekarang Nayato pake editornya namanya Tanti Puspa Rani atau semacamnya) . Karena sudah diamini, tentu saja semuanya berlanjut terus.... Musik ancur, sinematografi enggak peduli sama cahaya. Mengirit opening credits dan durasi... FILM INI ADALAH DOSA! 

Satu titik positif yang bisa dilihat adalah adegan yang dimainkan Robertino, itupun nggak terlalu dan tenggelam oleh keburukan akting Ben Joshua. Debby Kristi terlihat terlalu kolokan, lebay banget. Gracia Indri wajar2 aja, tapi dia tidak melakoninya dengan serius. Banyak sekali goofs yang ada di rumah sakit tersebut dari segala sisi....FILM INI KURANG AJAR!

Malam Jumat Kliwon berakhir dengan Gracia Indri dan Debby Kristi yang berhasil keluar, tapi kan seharusnya udah bebas, tiba-tiba suster ngesot menerjang mereka. Ada banyak lagi suster ngesotnya. Nggak masuk diakal. Seakan semua kematian tidak seperti itu. Terus apa artinya kematian para suster yang diawal film mati tercekik? Ada kumpulan suster ngesot yang terlalu banyak. Duh, pokoknya tidak masuk akal semua deh film ini. Film ini adalah salah satu film yang harus anda hindari dari kehidupan anda kalau mau bebassss...

0,3 of 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar