Sabtu, 02 Juli 2011

Janglot Pantai Selatan (2011)

SINOPSIS

Jenglot dilepas ke Pantai Selatan dengan maksud agar ia bisa mencari daging mentah kesukaannya. Kebetulan, Pantai Selatan kedatangan fresh meats, sebuah pantai yang masih perawan telah dibeli seorang anak pengusaha kaya dan mengadakan party disana. Semua orang tidak menyadari bahwa di tepi-tepi sepi pantai jawa ini ada jenglot yang sudah mulai menerkam dan membunuh orang. 

Hingga di suatu titik, mungkin saja tidak ada cara untuk menghentikannya dan tidak ada cara untuk selamat darinya.

MY OWN RATING

Rated R for Strong Bloody Violence/Gore, Some Alcohol Drinking and Partying, and Language.

REVIEW

Jangan pernah salahkan siapa yang membuat susunan film slasher jadi semudah ini ditebak. Dan jangan salahkan Alim Sudio yang membuat tema naked and dead selama tiga kali berturut-turut dalam berkolaborasi dengan Rizal Mantovani. Kita semua tahu film Jenglot Pantai Selatan adalah film yang buruk. Namun untuk memperpanjang review, kita akan mengulas balik 3 film tema naked and dead yang semuanya kontroversial yang bisa dijadikan trilogi semacam FEAST begitu. Tapi mungkin ini adalah trilogi "KILL3D" lengkap dengan fitur tambahan berupa 3D terutama di bagian telanjangnya.

1. AIR TERJUN PENGANTIN (2009)


Mendompleng keseksian sang mama, Tamara Blyzenski, berhasil membuat semua pria yang bosan dengan segala ketertutupan menghadiri pemutaran film ini. Siapa dari para penonton yang tidak mengingat saat ketika mereka berjemur di pantai. Owh, sungguh fenomenal.... Dirangkai dengan sedemikian (maunya) cerdas, namun berbekal plot yang sudah bisa ditemui dalam film-film horor yang biasa ditemui, ATP menjadi sebuah film tidak bermutu dengan segala didalamnya yang tidak menghargai pola pikir orang Indonesia. Semua adegannya benar-benar mencomot aturan slasher dan tidak akan terkejut melihat semuanya. Jangan bilang adegan didalam film ini gore karena hanya akan dibilang sadis bagi orang Indonesia awam terutama para remaji yang nonton ini supaya ketakutan (padahal sendirinya nggak mau). Bagi para dewasa, ini jadi pelampiasan mata yang asyik. Saran, kalau mau lihat para artis telanjang tanpa mengenakan tiga daun penutup, lebih enak di internet, mas. Sudah cuma 3000, puas lagi. 

ENDING

Tamara dan sepupunya berhasil selamat. Ya, cuma itu. Maka dari itu jarang penonton yang senang kalau penjahatnya mati seperti di film ini. 

2. TARING (2010)

Disini, jangan merasa puas melihat nuditasnya. Mungkin dari trilogi KILL3D, inilah yang paling buruk dari segi membuat saliva homo sapiens bertambah. Namun dari segi kesadisan, saya akui film inilah yang terbaik dari semuanya. Walaupun masih bilang terkesan sama dengan yang lain. Bercerita tentang sekumpulan muda-mudi gajebo yang entah kenapa maunya foto alami di rimba begitu. Jangan salahkan Tuhan, salahkan penulis skenario yang tidak mencoba lebih pintar lagi dalam menyusun ceritanya. Kenapa tidak pakai alasan pesawat jatuh kek, atau alasan mobilnya terperosok ke hutan kek, atau alasan tersesat kek, bisa habis jatah halaman kalau disebutkan semua. Dan disini rupanya Taring pintar sekali memberikan alasan kenapa mereka semua masuk kedalam perangkapan dedemit
"Gimana sih loe, mending to the point aja. Dateng kesana langsung, kan beres!"
Saya beritahu disini adegan nuditasnya cuma skinny dip yang sering dilakukan di kamar mandi. Cuma kelihatan punggung tanpa BH? Gak masalah, sekarang semua orang bisa lihat hampir disemua film Nayato. Dan tentu saja dengan porsi lebih banyak. Walaupun Taring (dan semua trilogi KILL3D) dibuat mungkin dengan konsep begini:
"Lebih seksi orang yang hampir telanjang daripada yang telanjang betulan,"
Ya, ya, saya hargai.

ENDING

Fahrani udah balik kampung, eh malah mati dikejar dedemit yang dari hutan. (Padahal udah dibunuh).

3. JENGLOT PANTAI SELATAN (2011)

Trilogi KILL3D yang satu ini tidak tahu lebih condong kemana. Sepertinya punya porsi keduanya, hanya kali ini adalah suatu tugas menjadikan Afraid of the mass alias ketakutan diantara banyak orang menjadi sangat penting. Seperti dalam film semacam Piranha 3D dimana banyak orang menjadi korban. Nah, disinilah harus sang sutradara mengolah bagaimana banyak orang ini pantas aktingnya sebagai figuran. Karena disaat seperti ini, kisah orang lain kadang menjadi kisah utama seperti yang dituntaskan karya Alexandre Aja, ia memberikan ensemble cast pada filmnya. Dan di film ini, mungkin berusaha mengikuti yang terkenal saja.

Jenglot yang dimunculkan bagi saya seperti iguana ganas yang punya beberapa kemampuan spesial untuk melindungi diri dari musuhnya. Dan satu lagi, keberhasilan jenglot untuk mendapatkan korban-korbannya didukung oleh: korbannya sendiri. Masalah film ini, ia mengkasting banyak orang yang diyakininya mempunyai bentuk tubuh yang seksi dan muka yang menarik sehingga film ini ingin dilihat. Tapi ia tidak mengkasting orang yang baik aktingnya ketika ia ketakutan. Kalau ketakutan, terkadang banyak orang yang malah datar ekspresinya lho. Jenglot banyak menyantap orang, namun ia tidak berani untuk menunjukkan aksinya di wilayah terbuka dan malah mempertunjukannya secara tidak jelas di pantai yang sepi.

Dan yang perlu diberitahu, orang itu sekarang sudah semakin pintar.

Menurut kondisi geografis, tidak mungkin pantai selatan mempunyai deburan ombak yang relatif kecil, Pantai Selatan berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia sehingga arusnya berasal dari Australia. Makanya Pantai ini tidak bisa dibilang aneh bila terjadi tsunami. tapi di film ini, ia hanya mempentingkan "yang penting pantai:". Kalau boleh dibilang pantai-pantai di Jawa memang sudah dieksplor semua.

Make-up dan spesial efek sudah cukup bagus, terutama di desain jenglotnya. Itu gimana caranya? Tapi yang tidak profesional, sepertinya ia menggunakan adegan yang sama saat si jenglot menggigit korbannya. Emang itu extreme close up jadi gak kelihatan itu tergigit di bagian mana. Korbannya juga bukannya melepaskan diri dari jeratan jenglot, namun malah memeluk (yang ini betul-betul memeluk) jenglot tersebut sehingga pantas saja kalau jenglotnya betah disitu.

Akting, cukup datar. Terutama yang aneh adalah pentingnya mengkasting seorang pemain bule gak jelas untuk bermain sebagai beach guard di Pantai Selatan. Nah, masalahnya dimana ia mati itu ditengah pantai yang banyak orang. Anehnya, ia ditemukan di sisi pantai yang sepi. Terus, entah kenapa disana banyak sekali orang tapi villanya sedikit. Tidak ditampilkan pula kenapa itu pantai bisa jadi private beach karena sebenarnya, sangat mudah kalau mau digrebek. Endingnyapun, saat si jenglot mendapatkan tubuh manusia yakni si Temmi, saya sudah tidak merasa terkejut lagi karena disaat terakhir yang konyolpun sudah saya tidak peduli. Mereka berakting untuk dibunuh, bukan diperhatikan. Beberapa puluh menit diselesaikan dengan simpulan bahwa makhluk kecil bisa membunuh belasan orang. Yah, padahal dibakar atau ditembak pasti juga bisa. Sungguh menyungguh. Joseph S. Djafar, membangun atmosfir musik yang biasa ada dalam gubahannya.

Dan yang berkembang sedikit adalah pengambilan gambar saat adegan majalah dewasa, oh, sangat berbeda dengan di AJP walaupun sebenarnya satu konsep. Jangan pusingkan cerita, sekali lagi. Cerita film begini cuma mengumpulkan mereka, menelanjangi mereka, membunuh mereka, dan menyelesaikan film tanpa ending bahagia kecuali film AJP. Ini mungkin artinya terkadang setan lebih terampil dalam membunuh dibanding manusia biasa yang ada kekuatan kebal. Itu dia, dengan seluruh stereotip, bahwa orang Indonesia tidak berniat untuk meningkatkan selera rakyatnya sendiri.

Andaikata Rizal Mantovani dan Alim Sudio mau saja sedikit kreatif dalam mengemas ide cerita, pastilah film J.P.S. akan tampil lebih baik. Dan tentu saja menjadikan horor sebagai tema utama, bukannya tempelan

Dll, biasa aja, enggak ada tambahan apa-apa. Seems like another KILL3D, tidak ada yang mau diharapkan. Sekali lagi, mungkin sudah saatnya film seperti ini ditinggalkan, walaupun hawa nafsu mengatakan ingin.Itulah tadi, terkadang horor tidak lagi sebagai isi, ia hanyalah kemasan dari sebuah pertunjukan live show untuk model majalah dewasa. Sayang sekali film horor sekarang hanya 'sebermanfaat' itu.

JPS bukanlah sebuah horor yang diciptakan untuk menakuti penontonnya dengan desain seperti Piranha 3D. Dia bahkan tidak ingin mencoba menakuti, ia hanya mau kita menonton di layar super besar dengan pose-pose di pantai itu. Yah, sayang sekali ia hanya mencoba untuk mempertunjukkan ini film horor berbalut adegan seksi, dan bukannya jujur mempertunjukkan ini film adegan seksi berbalut horor.

37%

=========================================================================
TRAILER

Jenglot Pantai Selatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar