Jumat, 21 Juni 2013

Sleepaway Camp (1983- ) Series



Hahaha, ini comeback saya setelah bertahun-tahun tidak bisa update di blog ini, sampai template nya menggila, lagi. Mudah-mudahan semuanya bisa dikembalikan lagi, ya... Jujur, setelah lulus dari Gorontalo dan kembali lagi ke Depok, saya kembali kambuh menonton film, horor terutama. Entah deh, asal unduh aja dari torrent dan berbekal dari list-list kritikus lain dan IMDb.

Sampai suatu ketika saya termenung saat melihat sebuah poster film di Internet. Sleepaway Camp. Film cult ini kurang lebih sering dibicarakan di kalangan bapak-ibu penggemar slasher. Akhirnya diputuskan... saya akan mengtorrent film ini! (Api berkobar-kobar)

Asyiknya, di rumah koneksinya membaik dan dalam sekejapan, film-film sudah sekejapan di hard drive PC rumah saya. Setelah menonton film yang pertama, kedua (Sleepaway Camp II: Unhappy Campers) dan ketiga (Teenage Wasteland) ternyata saat hendak mengopi saya baru sadar kalau keadaan perloadingan di PC itu sudah tingkat akut dengan mouse yang tidak sebergairah dulu lagi. Akhirnya film-film itu (malah ada beberapa yang belum saya tonton) tergusur habis dalam PC yang sekarang kalau dikasih sibuk sedikit, langsung memble. Arghhhh!!!!!!!!!

Akhirnya denga sisa kekuatan yang tersisa, saya berhasil membangkitkan kembali laptop seken gratisan yang sama anehnya (tapi masih bisa normal) saya berhasil mengunduh ulang beberapa film, dan tergugah oleh informasi di Wikipedia, saya unduh sekuel teranyarnye: Return to Sleepaway Camp.
Oke, mulai dari yang pertama dulu kali, ya...


SLEEPAWAY CAMP (1983)

SINOPSIS

Angela dan sepupunya Ricky pergi menuju Camp Arawak untuk menghabiskan musim panas. Didadahi oleh ibu Ricky atau tante Angela yang mengasuhnya selama delapan tahun, Dr. Martha Thomas yang rada aneh, mereka pun menuju Camp yang seru. Entah karena tragedi yang menimpa kakaknya Peter dan John tewas ditabrak motorboat atau karena dia pemalu, ia tidak pernah berbicara. Sampai akhirnya ia diganggu-ganggu oleh teman sekabinnya, terutama Mel dan Judy. Oke, seperti yang bisa ditebak, body count mulai bermunculan. Seorang misterius siap membalaskan dendam bagi yang telah mengganggu Angela. Siapakah sebenarnya sang pembunuh? Apakah ada sebuah rahasia yang akan terkuak saat Paul, sahabat Ricky, mulai mendekati Angela?

RATING: R

REVIEW

Ahhhhhhh!!!!! Super menyesal karena udah tahu endingnya duluan! Ahhhhh!!!!!! Kenapa? Sleepaway Camp merupakan salah satu film jagal (based on Wikipedia) yang serba keju. Karakternya sudah tidak asing bagi kita penggemarnya (walaupun disini orang anehnya tidak curiga pada orang luar, langsung ke “salah seorang di antara kita”) dengan cerita yang biasa saja ditambah bumbu kecil yang ternyata mantap diracik di film ini. Mau tambah? Ada saus kreatif spesial dan kekerasan tumbuk yang ditaburkan dengan besar granule yang berbeda-beda. Diaduk jangan terlalu kencang, jadinya? Sebuah film jagal yang dibungkus keju namun ketika dibelah, ada pepperoni segar, basil hijau, dan yang terutama: saus sambal yang bisa menerkam kita semua. Sleepaway Camp jelas-jelas telah membuat sekali lagi film jagal dalam perspektif baru, sebagai genre film yang menghibur namun pintar.

Saya akan memuji adegan pembunuhannya. Menurut saya, pembunuhan yang ada disini sebenarnya banyak yang simpel, tetapi karena digunakan dengan klasik tanpa berusaha melebihkan: sumpah, kamu bakal suka semua adegan pembunuhannya. Kita diseret-seret dengan pertanyaan kedua, bagaimana endingnya? Jelas deh, rasanya kalau melihat paruh film pertama sudah bisa diketahui kalau si Angela itulah pembunuhnya. (Marah karena terbaca, jangan marah dong, salah sendiri masuk blog ini) Nah, kalau begitu apa adegan akhirnya? Setelah dua lelaki mati karena lebah dan panci berisi air mendidih dan dua wanita mati karena diperkosa pelurus rambut dan ditusuk di balik bilik shower (plus adegan pembunuhan lainnya, ya...)? Hmm, setelah itu baru adegan klimaks yang bagian akhirnya akan saya ingat terus-terusan!

Yah, akhirnya di tengah semua teriakan, Angela dan Paul berjalan di pantai (entah kenapa di bagian ini saya langsung ingat Pengantin Topeng, kenapa ya?) dan Angela akhirnya mengajak Paul untuk skinny dip di danau, ihiyyy... Saat akhirnya konselor menemukan keduanya sedang pangku-pangkuan, baru terungkaplah bahwa. KYAYAYAYA!!!! Tidak mungkin! Otoko! Oke, tidak usah terlalu lebay, saya sudah tahu akhirnya kok.

Film ini berkelemahan di akting para pemainnya yang kadang-kadang terlalu, yah... tahulah. Terlalu klasik. Kadang-kadang terlalu aneh juga dan bikin kesel. Khas film jadul lah.

Kalau boleh dibilang film ini tuh sebenarnya nggak punya kelebihan dibanding film jagal lain. Tapi karena ada adukan kreatif yang pelan namun kental, akhirnya: cult movie! Sebuah film yang mungkin kalau nggak ngerti ditonton dua kali, namun ingatan tentang film itu terus ada dalam benak. Akhirnya, sebuah film jagal paling memuaskan yang pernah saya tonton!

88%

PS. Ingat selalu shot terakhir film ini. Merinding disko!



SLEEPAWAY CAMP 2 (1988)

SINOPSIS

Angela Baker kembali, kini telah menjadi wanita seutuhnya berkat operasi plastik dan menjadi konselor sebuah camp. Dengan hasrat membunuhnya yang semakin parah, ia siap menerkam anak-anak yang nakal...

RATING: R

REVIEW

Hmmm.... disini Angela tidak diperankan oleh Felissa Rose melainkan Pamela Springsteen yang tokohnya lebih ikon ke Jamie Lee atau semacamnya. Nah.. disinilah, rasanya isinya komedi semua. Entah kenapa, saya sih kadang-kadang ketawa saja karena tidak ada subtitle english maupun indo yang tersedia di internet, hsk hsk hsk (sekaligus sadar kalau film pertama ternyata subtitle english nya hasil translate dari Google). Nah, untuk itulah, film ini jadi terasa sangat jagal. Bumbu seks nya ditaburkan cukup banyak kok, (tanpa garem dapur kali, ya medium lahh) dan pembunuhannya didobel. Rasa-rasanya disini, saya tidak merasakan hawa suspense seperti yang dimiliki Robert Hiltzik di film pertama. Ini wajar, karena di film ini tampak hanya dompleng cerita dan judul belaka. Jadi, film ini punya skenario yang super lemah dan bahkan tidak masuk akal. Belum lagi Angela yang kini menyerang semakin membabi-buta, alhasil kita tidak diperkenankan untuk sekadar menikmati filmnya, yang saya percepat cuma di adaegan pembunuhannya (dan di setiap adegan pembunuhan ada adegan yang asyik) sehingga kita sudah bisa memprediksi bagaimana akhirnya. Sebuah sajian yang cukup dicamil kalau sedang malas. Bahkan kalau anda malas pun anda mungkin tidak akan memilih film ini.

Oh ya, ada salah satu bagian yang mengganjal di film ini adalah orang yang sensitif tidak ada. Walaupun terpencil dan sepi, mereka tidak bisa melihat keanehan si Angela ini. Dan adegan terkonyol adalah saat Angela membakar dua perempuan. Dengan mudahnya mereka bisa gosong. Menurut komik Cage of Eden, nih.. hukuman mati dengan pembakaran itu paling menyiksa karena orangnya susah mati walaupun seluruh bagian luarnya telah terbakar. Jadi kenapa hanya dalam beberapa jam ia sudah gosong keriput? Tanya sama penulis skenarionya.

31%


SLEEPAWAY CAMP III: TEENAGE WASTELAND (1989)


SINOPSIS

Angela masih berniat mengacaukan sebuah camp yang kini mempunyai program untuk membuat semua anggotanya saling kenal secara intensif (karena katanya ini camp untuk menyatukan semua lapisan ras). Inilah tanah yang tepat untuk menghabisi nyawa!
RATING: R
REVIEW
Saya kesal sekali di adegan pertamanya ada seorang perempuan yang pede menuliskan “Milk Shake” pada bagian atas dadanya. Selain itu tidak sopan, itu juga menjijikkan mengingat miliknya yang tak membuat nafsu. Okelah, dia tiba-tiba dikejar oleh truk pengangkut sampah di tengah kota oleh... Angela. Mulai dari sini saja sudah mulai kejanggalan, bagaimana mungkin sebuah truk sampah yang oleng sambil mengejar seorang wanita tidak mendapat perhatian dari seantero orang yang melalui jalanan? Ya, Angela berhasil membunuhnya. Oh ya, ia masih si Springsteen ini. Dan tebak saja ia masih beringas dan masih ingin menghabiskan nyawa yang ia lihat. Rasanya aneh sekai, ia tiak bisa bersabar dan alngsung main bunuh. Tiba-tiba ia membunuh seorang reporter TV, APA COBA? Makin lama film ini makin tidak nyambung dan amkin tak bisa dipercaya. Formulanya di film sekuel awal sudah seperti Friday 13th yang entah bagaimana pokoknya Jason masih bisa terus-terusan membunuh. Nah, si Angela ini pokoknya terus membunuh dan film selesai.

Ah, sudahlah. Film ini tidak punya harapan.

26%
Nah, sebenarnya ada filmnya yang keempat ber co-judul Survivor namun film itu tak kunjung selesai karena banyak permasalahan. Sampai akhirnya si Robert Hiltzik ini kembali dan membuat film yang sebenarnya merupakan sekuel “official” dari si Hiltzik yang akan khas menggunakan ide ceritanya, tidak asal kayak film yang kedua dan ketiga. Sayangnya, film ini banyak menghadapi hambatan, terutama karena efek CGI yang diinginkan oleh Hiltzik belum muncul di hasilnya. Belum lagi masalah distributor dan lain-lain. Akhirnya film ini bisa hadir dalam bentuk langsung DVD di tahun 2008 dengan judul Return to Sleepaway Camp. Dibandingkan dengan sekuel yang lain, film ini yang subtitle nya paling tersedia. Okelah, kita cek aja film yang menurut Wikipedia sih, menolak semua kejadian yang ada di dua film sekuelnya ini.



RETURN TO SLEEPAWAY CAMP (2008)

25 tahun setelah kasus pembunuhan itu terjadi, kini sebuah camp musim panas kedatangan tragedinya. Lewat pembunuhan yang terus menerus menelan korban remaja yang berdarah panas akibat membully salah seorang teman mereka. Sebuah misteri baru akan terungkap...

RATING: for horror violence and gore, pervasive language, some sexual content and teen drug use

REVIEW

Film ini mengembalikan lagi seluruh pujian yang telah saya tumpahkan di film pertama. Kita dari pertama dibuat kesal kemudian empati pada tokoh Alan, si gemuk yang sepertinya agak-agak miring dan selalu berbuat masalah dan kemudian diganggu oleh seluruh temannya. Ya ampun, dia jadi benar-benar membuat aku iba. Dan saat itulah datang seseorang yang mulai “membalaskan dendam” si Alan. Jadi bukan si Alan dong, pembunuhnya? Tenang, kita disini berhadapan dengan sutradaranya yang asli, sehingga rasa-rasanya kita memang akan melihat sebuah reboot film cult tahun 1983 itu. Lengkap dengan kematian koki yang menjadi poin pertama pembunuhan dan truk sampah (kayak di film ketiganya).

Film ini dengan caranya yang dibalut komedi, menyajikan sebuah slasher yang juga keju, namun segar dan membuat kita bisa menikmati semua adegan yang disajikan.

Adegan pembunuhannya makin kreatif aja. Bayangkan saat si pemilik kabin kepalanya dikurung di sangkar burung dan dimasukkin tikus, atau saat si konselor tititnya diiket sama mobilnya. Ow, guilty pleasure kali nontonnya yak. Yang jelas, film ini dengan segala alur dan kondisinya sanggup membuat saya menurunkan halaman Wikipedia untuk membaca endingnya. Nah, berhubung di film ini kita dihadapkan sesuatu yang berbeda (dan saya sejak awal memang tidak mencurigai Alan) dan pada saat si Karen digantung di ring basket, saya baru sadar siapa pelakuny! Hahaha, kali ini saya cuma kasih petunjuk. Begitu si pelakunya kabur, aku langsung inget film Scary Movie! Betulan, deh.

Dan, yah.. akhirnya ternyata cukup bagus, kok. Diakhiri dengan si pelakunya tertawa puas karena berhasil menyelesaikan target pembunuhannya. Diam-diam menghanyutkan. Pembunuhannya juga keren dan benar-benar diluar dugaan, lah. Jadi inget waktu mau unduh Slumber Party Massacre untuk yang kedua kalinya. Nah, jadi di Youtube saya nonton adegan pembunuhan di ntu film. Nah, ternyata dari semua pembunuhan hanya dua pembunuhan kayaknya yang pake penusukan. Hahaha. Semuanya ditusuk di tempat yang sebenarnya bisa selamat, yah... mati. Untunglah si film gak jadi kuunduh. Poin satu lagi, di film ini rasanya agak aneh, karena si pembunuh gak ngasih mati langsung korbannya. Ada yang kehabisan darah, ada yang kena infeksi berkelanjutan, de el el.

Sisi lain yang agak bikin kesal juga mengenai pembunuhannya yang hampir setengahnya gak keliatan. Saya pikir karena bujetnya rendah, tapi empat juta dolar, lho (mungkin untuk CGInya). Dan ternyata, baru diliatin pas si korban ditemuin. Yang paling diingat itu pas si Angela (eh keceplosan) nusuk mata pakai batang kayu. Klasik? Banget. Tapi kalau liat adegan selanjutnya, itu adalah sesuatu yang keren. Sampai di adegan akhirnya yang bikin super ngilu, kyaaaa. Cocok banget ditonton sama makanan ringan atau lagi ingin tensi naik. Return to Sleepaway Camp tidak hanya membuat kita kembali pada sutradara dan aktor yang pernah muncul di film pertamanya, namun juga sajian horor, komedi, dan suspense yang membuat kita sadar, akhirnya kita bisa nonton film jagal pop yang benar-benar menghibur. Salute!

94%