Selasa, 31 Desember 2013

[COMPARE!] The Haunting 1963 {VS} The Haunting 1999

Yeah, di malam tahun baru menurut kalender Gregorian ini, saya akan berusaha membawakan sebuah rubrik baru dalam blog saya, yakni COMPARE! Rubrik COMPARE! adalah sebuah rubrik yang digunakan untuk membandingkan satu karya dengan karya yang lain baik itu merupakan remake, back to back, sekuel, ataupun yang bertipe sama. Kali ini kita akan membahas salah satu film horor yang cukup diminati, yaitu film The Haunting.

[REVIEW] Oblivion (2013)

SINOPSIS
2077. 60 tahun yang lalu Bumi kita diserang oleh sekelompok alien bernama Scavenger atau Scav yang menghancurkan Bulan dan menggunakan senjata nuklir. Bumi menang, namun harus dibayar dengan lingkungan Bumi yang tak lagi stabil dan dicoba direkonsiliasi, dengan pengawasan di tiap sektor. Ketika itu, kebanyakan manusia telah pindah ke markas Tet di Titan, satelit Saturnus. Sektor 49 diawasi oleh Jack Harper (Tom Cruise) dan rekannya Victoria atau Vika (Andrea Riseborough). Mereka tinggal ratusan meter di atas Bumi dan tiap hari Jack berpatroli untuk membetulkan drones yang rusak dibantu oleh Vika yang mengontrol dari tempat tinggal mereka. Drones adalah mesin yang bertugas mencari Scav yang masih tersisa di Bumi. Jack sangat menyukai kehidupan di Bumi sementara Vika ingin cepat pergi ke Tet. Semua rutinitas mereka dibantu oleh commander dari Titan bernama Sally (Melissa Leo). Rutinitas tersebut terganggu ketika Jack menemukan seorang wanita dalam delta sleep bernama Julia (Olga Kurylenko) yang membuka mata Jack apa yang sebenarnya terjadi di Bumi.

Senin, 30 Desember 2013

[REVIEW]Di Sini Ada yang Mati (2013)

SINOPSIS
Lydia, Jasmine, dan Sarah adalah ketiga sahabat yang akan merayakan 10 tahun persahabatan mereka di sebuah vila milik pacar Lydia, Christian. Sejak masuk ke vila itu, mereka mulai melihat banyak keanehan dan kejanggalan. Apakah yang sebenarnya terjadi di vila itu?

Minggu, 29 Desember 2013

[REVIEW]House of Usher (1960)

SINOPSIS
Philip Winthrop pergi dari Boston menuju daerah terpencil di New England untuk bertemu dengan tunangannya, Madeline Usher dengan maksud mengajaknya kembali ke Boston dan menikah. Philip menuju kediaman Usher yang berada di tengah rawa. Keberadaannya di sana rupanya kurang diterima mulai dari pelayan Usher, Bristol dan terutama kakak Madeline, Roderick Usher yang berkata bahwa keluarga Usher adalah keluarga yang terkutuk dan mati dalam kegilaan mereka, dan tak seharusnya Philip memperjuangkan Madeline. Tatkala Philip akhirnya bersikeras untuk menginap di rumah itu, ia harus menghadapi konsekuensi mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di rumah Usher.

Sabtu, 28 Desember 2013

[REVIEW]The Starving Games (2013)

SINOPSIS
Parodi The Hunger Games ini menceritakan Kantmiss Evershot yang harus memenangkan pertandingan The Starving Games untuk mendapatkan hadiah-hadiah menarik, salah satunya acar yang setengah dimakan.

[REVIEW]Eyes Wide Shut (1999)

SINOPSIS
Dr. William "Bill" Harford (Tom Cruise) baru saja mengetahui di tengah kehidupan perkawinannya dengan sang istri Alice (Nicole Kidman) pernah satu kali hampir melakukan affair. Hal tersebut memicunya untuk bermain affair juga. Di malam itu, ia tertuntun hingga memasuki sebuah perkumpulan rahasia dimana semua orang melakukan ritual hubungan badan dan... bertopeng.

Kamis, 26 Desember 2013

[REVIEW]Room 237 (2012)

SINOPSIS
Apa jadinya jika sebuah film tak hanya sebuah film? Apa jadinya bila ternyata, film The Shining yang terkenal itu menyimpan banyak petunjuk mengenai pendaratan bulan bohongan? Apa jadinya bila ternyata film The Shining bercerita mengenai genosida? Apa jadinya bila ternyata banyak hal aneh yang disengaja? Inilah Room 237, perjalanan mengeksplorasi Stanley Kubrick, salah seorang sutradara jenius yang menyutradarai film ini, salah satu film paling mengerikan sepanjang masa.

[REVIEW]Laskar Pelangi 2: Edensor (2013)

SINOPSIS
Beasiswa Sorbonne yang digenggam Ikal (Lukman Sardi), dan sepupunya Arai (Abimana Aryasatya) membawa mereka ke Paris kendati harus hidup pas-pasan sembari mengirimkan uang kepada Ayah (Mathias Muchus). Kita akan melihat bagaimana Ikal harus bertahan menghadapi gejolak cinta yang terjadi antara ia dan Katya, seorang mahasiswi Jerman, padahal ia harus berkutat antara nilai-nilainya dan kenangannya akan A Ling. Arai yang mencoba memotivasi Ikal malah berujung pada pertengkaran dan keduanya menjauh. Bagaimana nasib kedua anak Belitong di perantauan?

Selasa, 24 Desember 2013

[REVIEW]The Artist (2011)

SINOPSIS
George Valentin (Jean Dujardin) adalah aktor terkenal di era film bisu. Perjumpaannya secara tidak sengaja dengan seorang penggemar bernama Peppy Miller (Bérénice Bejo) membuat Pepppy mengikuti audisi menjadi penari di film Valentin yang terbaru, A German Affair. Kemudian, era film bicara atau talkies-pun dimulai sementara Valentin bersikeras untuk tidak meninggalkan era film bisu dan memproduksi filmnya sendiri. Peppy semakin sukses dengan karirnya di film suara sementara Valentin jatuh terpuruk seusai bangkrut dengan film bisu yang ia produksi sendiri. Di tengah transisi film bisu dan suara, di tengah dilema seorang artis, akankah cinta mereka bersatu?

Senin, 23 Desember 2013

[REVIEW]The Last Exorcism Part II (2013)

SINOPSIS
Nell Sweetzer (Ashley Bell) berhasil menyelamatkan diri dari sekte pemuja Abalam dan menemukan hidup baru di sebuah rumah penampungan untuk anak-anak perempuan dengan pekerjaan baru sebagai cleaning service sebuah motel. Kebahagiaannya tak berlangsung lama tatkala setan yang dulu mengincarnya masih mengikuti dirinya, dan ternyata.... mencintainya.

Minggu, 22 Desember 2013

[REVIEW]The Birds (1963)

SINOPSIS
Seorang sosialita bernama Melanie Daniels (Tippi Hedren) bertemu dan mulai tertarik pada seorang pengacara bernama Mitch Brenner (Rod Taylor) di sebuah toko burung di San Francisco. Melanie memutuskan untuk membuat kejutan berupa lovebirds yang mereka bahas di toko burung, dan membawanya ke rumah asal Mitch di Bodega Bay, tempat Mitch biasa berakhir pekan. Di Bodega Bay, kemudian mulai muncul serangan-serangan pada kota tersebut oleh burung-burung tanpa alasan yang jelas. Mungkinkah mereka selamat?

[REVIEW]House at the End of the Street (2012)

SINOPSIS
Elissa Cassidy (Jennifer Lawrence) dan ibunya Sarah Cassidy (Elisabeth Shue) yang baru saja pindah ke sebuah kota kecil setelah Sarah dan suaminya bercerai. Mereka tinggal di pinggiran kota tersebut, tepatnya di sebelah rumah yang ternyata dulu pernah terjadi sebuah tragedi pembunuhan. Segera Elissa menyadari bahwa rumah itu tidak kosong, melainkan ditempati anak dari pasangan yang terbunuh, Ryan Jacobson (Max Theriot). Orangtuanya dibunuh oleh adik Ryan sendiri, Carrie Ann yang kini tubuhnya tak pernah ditemukan. Seluruh misteri yang melingkupi rumah itu membuat orang-orang ingin menjauh darinya, hingga di tengah hujan mendadak Elissa menerima tumpangan mobil Ryan...

[REVIEW]99 Cahaya di Langit Eropa (2013)

SINOPSIS
Diangkat dari novel best-seller karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra, film ini menceritakan kisah sepasang suami istri tersebut yang pindah ke Wina, Austria karena Rangga (Abimana Aryasatya) berkuliah S3 disana. Hanum (Acha Septriasa) yang menjadi pengangguran, memutuskan untuk mengikuti kursus bahasa Jerman gratis dimana ia menemukan seorang wanita asal Turki yang berhijab bernama Fatma Pasha (Raline Shah). Mulai dari pertemuan itu, Hanum dan Fatma menjadi sahabat dan menelusuri peninggalan-peninggalan Islam yang bersejarah, yang tersembunyi di Eropa. Kita juga diajak mengenal anak Fatma, Ayse dan kehidupan Rangga di kampus dengan temannya Stefan yang ateis (Nino Fernandez) dan Khan yang muslim (Alex Abbad). 

The Last Exorcism (2010)

SINOPSIS
Pendeta bernama Cotton Marcus mengalami degradasi keimanan tatkala anaknya lahir tidak dalam kondisi yang baik. Kehidupannya sebagai pendeta yang menyenangkan sekaligus ahli pengusir setan (exorcism, secara Kristen) ia rasa begitu normatif. Untuk mengakhiri semuanya, ia memutuskan untuk membuat sebuah film dokumenter yang akan menceritakan seluruh pengusiran setan yang dilakukannya bahwa itu hanyalah tipuan, karena Cotton merekayasa semuanya agar orang-orang yang merasa kerasukan merasa lebih baik. Pengusiran setannya akan dilakukan pada seorang gadis bernama Nell yang hidup bersama ayahnya Louis dan kakaknya Caleb di sebuah pertanian. Sayangnya, tak ada yang tahu setelah semua dilakukan, Nell tiba-tiba mendatangi motel Cotton dan kru film Iris dan Daniel pada tengah malam....

RATING
PG-13 for disturbing violent content and terror, some sexual references and thematic material

REVIEW
Saya mempunyai satu komplain untuk film ala ala found footage begini, plis deh kenapa sih harus ada orang yang nampol kameranya. Buset banget, gue kan jadi kaget. Film The Last Exorcism merupakan film keluaran 2010 yang sempat terkenal. Banyak faktor yang mengakibatkan hal ini terjadi, mulai dari produsernya si Eli Roth hingga maraknya film-film eksorsisme di Amerika pada era tersebut. Waktu film ini ada, saya masih di asrama, jadi tak terlalu dapat mengikuti film ini dengan baik. Baru saat sekarang, karena melihat penghargaan Empire Awards dalam Best Horror.

Saya mau mengakui kalau saya tidak terlalu tertarik pada film ini, karena semuanya terasa sama saja, hanya perbedaannya kita bisa melihat film pengusiran setan secara betul-betul live. Semua orang selalu suka pada found footage seperti ini. Kita dibawa pada kehidupan Cotton yang begitu menyenangkan, yang ternyata ia sembunyikan dengan baik itu dia punya keimanan yang rusak. Saya juga jadi memahami kalau di Amerika Serikat mempunyai sekte yang sangat banyak, karena kelihatannya mereka punya banyak pandangan terhadap agama mereka sendiri. Oke, pergi saja.

Film ini berjalan dengan mulus, kita dihadapkan pada guratan emosional yang dialami Cotton, dan ketidakseriusan yang ia jalani saat melakukan pengusiran setan. Yah... semua bisa dibilang terasa begitu mudah. Kita diajak seperti di Reportase Investigasi saat Cotton mengungkapkan trik-trik yang ia buat untuk proses pengusiran setan. Saya tidak terlalu tahu cara kerja kamera profesional begitu, namun bagaimana caranya dia bisa langsung membuat ada editan? 

Keluarga Louis juga diperkenalkan seadanya. Kita langsung dikagetkan tingkah Caleb yang main tipu, lemparin tanah ke mobil Cotton. What's wrong? Kita menganggap kalau dia sedikit skeptis sama yang dilakukan oleh bapaknya, memanggil untuk adiknya seorang exorcist. Mungkin semuanya jadi terasa terlihat dibuat-buat. Oh ya, saat kita menuju tempat keluarga ini, kita juga diberitahu oleh Cotton mengenai analisis "gangguan" berdasarkan demografi dan sejarah dari daerah tersebut. Ya... setidaknya untuk jadi "penyereman" lah.

Untuk melaksanakan pengusiran setan bohong-bohongan, setidaknya sudah setengah durasi dari 87 menit dimakan. Well... tampaknya kita sudah cukup dalam untuk memahami Cotton orangnya seperti apa. Semua menjadi semakin menegangkan ketika Nell ujug-ujug sudah di motel tempat Cotton dan kawan-kawan menginap. Walaupun PG-13 (atau mungkin saya menonton versi unrated atau uncut) tapi saya selalu khawatir kalau gadis yang habis kerasukan begini mulutnya mangap. Ingat kejadian di Keramat? Ingat kejadian di... (mana lagi, ya?) pokoknya begitu deh.Si Nell ini mulai menggigit imut lengan Iris. Ya ampun... kenapa dia ini. Akhirnya dia dibawa ke rumah sakit. 
Di sini, kendati footage kita diajak untuk berpikir, sebenarnya apa yang terjadi? Entah Cotton membuka asal buku mengenai setan berbahasa Latinnya atau tidak, nama setan yang merasuki Nell adalah Abalam. Jadi ketika Louis diterangkan Cotton apa yang merasuki Nell, Cotton menjawab namanya Abalam. Loh kok bisa-bisanya pas si Nell di-exorcism untuk yang kedua kali si setannya bisa pas namanya Abalam? Saya nggak terlalu ngerti bagian itu tuh. 

Kita juga mulai diberi suspense, Cotton mendatangi gereja terdekat dan bertanya pada pastor di situ (apa sih bedanya pastor dan pendeta?). Dibilang, Nell tak pernah masuk ke sekolah minggu sudah dua setengah tahun lamanya, di sini langsung kerasa. Wah, ada apa-apa ini dengan si Louis. Nah, ketika sampai lagi di pertanian, si Caleb wajahnya disobek pakai pisau! Cukup gore, ini betul PG-13? 

Sisi sinematografi dalam film ini yang berasal dari ala dokumenter membuat kita merasa nyaman untuk menontonnya. Sayangnya, adegan orang-jahat-nampol-kamera kejadian lagi. Eh suwer apa harus semua sinematografer itu kepo ya? Bisa nggak sih yang sadar diri? Caleb pun diantarkan Louis ke rumah sakit sementara kru film dan Cotton menjaga rumah. Saat itulah kita baru disajikan horor yang sebenarnya. Mungkin yang paling mengganggu ketika Nell yang lagi kerasukan ngambil kamera dan membawanya ke lumbung, kemudian merekam kejadian ia membunuh kucing (eh, menghantamkannya ke dinding). 
Suspense bertambah saat kita tahu kenyataan bahwa Nell hamil! Kehamilannya ini dibilang oleh si Louis bukan karena manusia, dan tentu saja kita tak percaya begitu saja (setelah begitu banyak terpapar oleh pemikiran Cotton). Terlebih catatan Caleb "Don't leave her with him alone" yang membuat kita tergugah, ada apa sebenarnya? 

Setelah Nell selesai diusir setan dari dalam (yang tentu setelah adegan akrobatik yang selalu muncul dalam film beginian), yang mengaku namanya Abalam, berikut tetek bengek khas ngusir setan, akhirnya Nell pun dapat disembuhkan dan iman Cotton kembali. Ketika mereka pergi, sempat berusaha mengulik keterangan lebih lanjut tentang Logan, cowok di kafe yang (menurut pengakuan Nell) telah menghamilinya. Pas dikonfirmasi dan ternyata itu orang homoseks, saya langung waa........ Ada apaan nih, si Nell? Langsung dah kita dipaparin kejutan di akhir yang menyatakan bahwa....
Nah, pada tahap ini saya nggak tahu mau kasih tau atau tidak. Pasalnya, kejutannya memang keren banget. Saya ceritain klunya saja. Ternyata, semua yang telah diberitahukan itu semuanya twisted, saya langsung mikir anjirrrr.... ini sebenarnya satu kejutan yang sering dipakai sih, namun nggak nyangka kalau dari tadi itu kita banyak dikasih tahu tentang kejutan itu. Pemahaman saya tentang Louis berubah 180 derajat. Memang sih, akhirnya kurang bahagia, ketika apa yang digambar Nell mengenai Cotton, Iris, dan Daniel menjadi kenyataan. 

Satu hal yang lupa saya katakan adalah musiknya. Musik yang diperdengarkan di beberapa adegan menurut saya terlalu memaksakan, karena bukankah film begini yang perlu ditambahin cuma efek suara? Saya suka sekali dengan REC maupun Keramat yang memang menampilkan apa adanya. Munculnya musik dalam mockumentary seperti sebuah pengotoran terhadap kreativitas. Walaupun, memang sih kita jadi kurang terbimbing suasananya.

Untuk cerita, sayangnya, ada beberapa cerita yang terasa bolong, bagaimana caranya ini si Abalam yang kayaknya dibilang ngasal oleh si Cotton bisa jadi begitu besar, bahkan sampai ada sekte pemuja Abalam? Saya bingung, jadinya. Terus, apa gunanya itu bayi dilempar ke api? Ya... beginilah mockumentary, kita harus menambal sisa penasaran kita sendiri. Tapi, saya menyarankan bagi kalian yang senang twist begini, nontonlah film ini. Setidaknya, agar bisa menikmati sensasi kamera ditampol.
76%

Rabu, 18 Desember 2013

[REVIEW]The Seasoning House (2012)

SINOPSIS
Balkan, 1996. Angel (Rosie Day) adalah seorang gadis yang tuli bisu yang diculik dari perang sementara sang ibu dibunuh. Dengan tanda lahir yang membuat wajahnya kurang menarik dan disabelnya, membuat ia disisihkan dari gadis-gadis lain yang dipaksa menjadi pelacur bagi rumah prostitusi milik Viktor (Kevin Howarth) yang menyediakan rumah tersebut bagi para tentara yang menginginkan kepuasan. Angel, sesuai dengan nama yang diberikan Viktor untuknya, menjadi pembantu Viktor yang mengurus segala persiapan gadis-gadis sebelum "bertugas". Setelah bertemu dengan seorang gadis bernama Vanya yang bisa bahasa isyarat, Angel mulai merasakan kehidupannya berarti, hingga ia menyaksikan sendiri Vanya diperkosa dengan brutal dan Angel bertemu dengan rombongan tentara yang diketuai oleh orang yang dulu membunuh ibunya. Tanpa perkataan untuk mencurahkan emosi dan kemustahilan untuk kabur, Angel berusaha membalas dendam ketika ia mengetahui ada jalan lewat celah-celah rumah itu.

Senin, 16 Desember 2013

[REVIEW]? (2011)


SINOPSIS
? menceritakan kisah-kisah keberagaman dan konflik-konflik yang tercipta di antara mereka. Ada kisah sebuah restoran Cina yang selalu baik kepada Muslim, ada pegawai restorannya yang akrab kepada pemiliknya juga akrab dengan seorang wanita yang baru pindah agama. Wanita itu juga berteman dengan seorang muslim taat yang menjadi pemeran Yesus di acara Paskah. Kita juga dikenalkan pada kontradiksi-kontradiksi yang ada. Semuanya diceritakan secara beruntun dan kita akan berujung pada satu pertanyaan: Masih pentingkah kita berbeda?

[REVIEW]The Woman in Black (2012)

SINOPSIS
Arthur Kipps (Daniel Radcliffe) adalah seorang pengacara yang diutus oleh firmanya untuk menuntaskan penjualan Eel Marsh House yang berada di daerah terpencil Inggris. Ia meninggalkan anaknya Joseph dan nanny-nya untuk nanti menyusulnya. Keberadaannya di tempat itu rupanya tidak disambut baik oleh orang-orang, terutama setelah mengetahui kedatangan Arthur untuk Eel Marsh House, yang bersamaan dengan itu ia juga harus mengetahui kisah di balik The Woman in Black, seorang wanita yang kehadirannya selalu muncul ketika anak-anak secara misterius meninggal. Tiba-tiba, ia juga harus mengungkapnya sebelum ia kehilangan anaknya.

Minggu, 15 Desember 2013

[REVIEW]Open Grave (2013)


SINOPSIS - Seorang pria terbangun di sebuah kuburan terbuka berisi mayat-mayat. Ia pergi dari tempat itu dengan bantuan seorang wanita Asia yang tak bisa berbahasa Inggris. Mereka berkumpul di sebuah rumah bersama tiga orang lain yang tak mengingat apapun. Pada akhirnya, lewat serangkaian saksi-saksi bisu, mereka harus memecahkan siapa mereka sebenarnya, dimana mereka berada, dan mungkin... apakah mereka bisa tetap bertahan hidup atau tidak...

Sabtu, 14 Desember 2013

[REVIEW]The Conjuring (2013)

SINOPSIS:
Carolyn dan Roger Perron pindah ke sebuah rumah di Rhode Island di tahun 1971 bersama kelima putrid mereka. Lambat laun, mereka diganggu oleh sesuatu yang tak bisa dijelaskan. Ed dan Lorraine Warren adalah suami istri yang ahli menangani hal-hal supranatural dan baru saja mengadakan sebuah seminar yang dihadiri Carolyn. Carolyn meminta mereka untuk menyelesaikan apa yang sebenarnya terjadi di rumah itu. Ini adalah sebuah film berdasarkan kisah nyata yang dialami oleh pasangan Warren dan keluarga Perron. Sebuah kasus yang dirahasiakan dari pengalaman mereka selama bertahun-tahun.

[REVIEW]Air Terjun Pengantin Phuket (2013)

Sinopsis
Sejak tragedi di Pulau Pengantin dua tahun yang lalu, Tiara (Tamara Bleszynski) pindah ke Thailand untuk menyepi dan mendalami Thai Boxing dan membuka bar bareng temannya Lea (Laras Monica). Kemudian, datanglah Alan (Darius Sinathrya) bersama keponakannya dan teman-temannya. Seusai berlibur di Phuket, mereka memutuskan untuk berlayar ke sebuah pulau di luar Thailand yang masih perawan, ditawarkan oleh lelaki Indonesia yang tinggal di Thailand. Sesampai disana, Tiara merasa janggal dengan nama pulau dan segala ingatan yang kembali seperti dua tahun yang lalu. Dan korban pun berjatuhan…

[REVIEW]Suspiria (1977)

Sinopsis
Suzy Bannion masuk ke sebuah akademi balet di daratan Eropa. Hijrahnya dari Amerika menuju Eropa disambut oleh peristiwa pembunuhan sadis terhadap seorang siswi di akademi itu. Perlahan, di tengah mimpi buruk dan teror, Suzy harus sendirian memecahkan apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru-guru setiap malam…

The Awakening (2011)

SINOPSIS
1921. Florence Cathcart (Rebecca Hall) adalah seorang wanita yang berusaha membongkar kejadian-kejadian spiritual bohongan yang terjadi di era antara Perang Dunia I setelah depresi atas meninggalnya sang suami di perang tersebut. Suatu hari, Robert Mallory (Dominic West) seorang guru dari sekolah asrama di luar London, memintanya untuk menyelesaikan suatu kasus munculnya hantu di sekolahnya yang mengakibatkan seorang siswa bernama Walter Portman meninggal. Florence pun pergi untuk mencari tahu dibantu oleh maid sekolah tersebut, Maud (Imelda Staunton) di saat sekolah tersebut hendak mengadakan liburan panjang bersama Tom, anak yang kesepian karena orangtuanya di India. Kehadirannya rupanya memicu banyak kejadian-kejadian yang semakin tak bisa dijelaskan, hingga akhirnya mau tidak mau, Florence harus menghadapi kenyataan yang menghubungkannya dengan sekolah asrama itu.

RATING
Rated R for some violence and sexuality/nudity

REVIEW

Entah mengapa saya mau menonton film asal Inggris yang dibesut oleh Nick Murphy ini. Pasalnya mudah saja, saya kurang mempunyai tendensi untuk menonton film horor yang ada di era jadul. Lihat saja The Woman in Black, saya tidak tahu kapan saya kira-kira akan tertarik menontonnya. Adanya review film ini di sini pun juga karena kebetulan lagi mengunjungi situs torrent YIFY untuk mencari film horor yang bagus apa. Saya cukup ketagihan nonton sejak diimbuhi Dark Skies dan 11-11-11.
Film ini dibuka dengan revealing Florence terhadap satu kejadian spiritual bohong-bohongan. Kayaknya itu memang sengaja dibuat kayak buat orang yang merindukan anaknya bisa "bertemu", sampai ditabok si Florence-nya. Kemudian, film berlangsung mengenalkan kita pada sosok Florence. Di sini, saya merasa Florence adalah seorang gadis yang sepertinya kurang sopan (terlalu heroine dan aktif) untuk masa itu. Tahu, kan, di masa-masa perempuan zaman dulu yang tak tersentuh dan terhormat (hingga akhirnya mulai datang gelombang rok mini yang mengubah semuanya) dan Rebecca Hall mampu membawakan kita pada sosok Florence yang kuat dan rapuh tanpa diminta. Lewat hisapan rokoknya (yang kelihatannya malah cuma dia) dan wajahnya, kita seakan diperkenalkan pada sosok wanita yang mencoba tegar, namun di saat yang sama ia tidak menegarkan dirinya sendiri.
Durasi 107 menit pun mengalir, kita mulai dicekoki ambience menyeramkan dari sekolah asrama ini, semuanya terlihat kaku, namun entah mengapa kok saya merasakan semuanya terasa tempelan saja? Mungkin karena saya tak kunjung melihat hantunya. Akhirnya, saya meliht hantunya yang... errr.... aneh? Saya tidak bisa bilang lebih lagi, tapi ternyata film ini berasal dari anak kecil dengan wajah yang aneh sepanjang film berlangsung. Sungguh menyungguh, deh.

Intensitas film yang semakin lama menegangkan, seakan lewat percuma menurut saya, memang sesekali kita dibuat terkagum-kagum (terutama di adegan diorama sekolah asrama itu, menurut saya itu adegan yang keren). Saat yang lain, kita malah harus menelan juga arti dari kesepian, yang memang sangat cocok ditunjukkan di film yang agak drama, sekaligus kaku dan sepi. Saya tidak bisa bilang ini adalah film yang bagus, bayangkan saja kalau anda menonton film horor hantu-hantuan tanpa suspense dan rasa penasaran tinggi. Kita pun tidak diajak untuk menelusuri jejak-jejak kenapa hantu ini bisa muncul. Yah... kalau zaman sekarang, kita lihat semua orang menggunkan internet untuk melacak, jadi di film ini hanya bisa menerangkan secara langsung.
Hal berikutnya yang menjadi masalah adalah munculnya beberapa adegan kekerasan dan nuditas yang muncul. Halo? Ini filmnya jadi rusak karena hal itu. Tau nggak? Saya rasa, entah mengapa adegan itu ada dan malah jadi lumayan lama. Saya menyatakan hal itu cukup mengganggu saya untuk bisa menonton dengan tenang. Saya sih mengharapkan film yang sopan, dan film ini menurut saya ingin menjual? Eh, saya juga tidak terlalu paham.
Siapapun yang melihat still ini akan mengira ini dari I Spit On Your Grave 3

Hei, saya memperhatikan, film ini rilis di 11-11-11. Kalau begitu setelah ini saya akan masukkan review film 11-11-11 deh. Jadi, rupanya banyak orang dari berbagai bidang yang mengincar tanggal tersebut ya? Tahun 2011 sepertinya menyenangkan untuk film horor. 

Setelah film mulai ditutup dengan twist, termasuk si Tom yang ternyata hantu dan sebagainya, saya mulai mengerutkan kening, saya mau putar kembali film ini tapi kok malas rasanya. Jadinya film ini agak memaksakan akhirnya, dengan meminta kepada penonton untuk mengerti bahwa akhirnya hantu itu memang bisa dilihat (dan tidak dipersepsikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain). Ya, ya, seandainya saya lebih expect sama film ini, saya juga akan menyukai akhirnya (bahkan ke akhirnya yang bahagia itu, aneh sekali bisa melihat akhir bahagia dari film hantu, saya terpengaruh film Ju-On soalnya). Pribadi, saya kurang suka ending yang akhirnya menghubungkan antara si tokoh utama dengan apa yang dia investigasi, bagi saya itu jadi sesuatu yang mencoba memperbolehkan karena tidak bisa menemukan akhir yang lebih baik. Saya saja mengira kalau ternyata si Florence meninggal pas itu sekolah asrama masih rumahnya, namun ternyata tidak. Fiuh.. jadi lumayan sebel dengan akhir yang mencocokkan itu.

Menurut saya, film ini mempunyai linear yang sama dengan The Number 23, bilang saja kamu amnesia atau terkena motivated forgetting (tuh kan, muncul lagi istilah psikologinya), dan voila, jadilah sebuah misteri. Yah... setidaknya lebih baik daripada orang menyadari kalau dia sudah mati, formula The Sixth Sense yang diulang-ulang. Oke, keep working Inggris dalam menciptakan film-film horor! Saya lupa apa ya film horor Inggris yang bagus? Saya takut nanti mereka seperti Korea Selatan dalam pertempurannya dengan Jepang masalah horor, Korea Selatan muncul dengan film-film yang art dan menurut saya sangat banyak yang membosankan.
60%

Blood: The Last Vampire (2000)

SINOPSIS
1966. Saya, seorang gadis pemburu chiropterate, makhluk seperti kelelawar yang bisa menyamar jadi manusia, memburu mereka hingga di sebuah sekolah dekat airbase Amerika Serikat di Jepang.

RATING
Suggested rating is R for strong bloody violence/gore

REVIEW
Ternyata inilah film yang menjadi cikal bakal franchise Blood menjadi manga, anime, dan film live-action. Film yang tidak saya sangka berdurasi 48 menitan ini (atau 50 menit menurut Wikipedia), menceritakan begitu singkat tentang apa yang sebenarnya terjadi di film ini.

Kita langsung disuguhkan tentang Saya yang membunuh seorang lelaki yang dikira chiropteran, ini kayak setan yang entah makannya apa, tapi digeneralisasikan sebagai vampire. Saya juga termasuk ke dalam chiropterans ini tapi dia gak bunuh manusia. Memang sayanya yang kurang paham atau bagaimana, pokoknya Saya ini orang yang misterisu dan seterusnya.
Setelah kesadisan (yang gak terlalu kelihatan juga), kita langsung diseret ke Saya yang memburu makhluk itu sisanya. Ada pula dihadirkan sedikit subplot ia mencari pedang yang baru. Kita tak pernah diperkenalkan, apa organisasi mereka, apa asal-usul Saya, apa dan apa terus mengalir di benak saya selama film singkat ini berlangsung. Intinya, saya jelas menginginkan sekuel dari anime yang lumayan sadis ini.

Animasinya bagus dan keren, ini merupakan film 2000 yang cukup tinggi kualitasnya, mungkin anda bakal mengingat Highschool of the Dead yang porno itu, tetapi film ini lebih serius dan menyenangkan untuk diikuti. Kita bahkan tidak melihat apa tujuan chiropterans itu berkeliaran, dan mengapa mereka kabur, ahhh, lagi-lagi pertanyaan. 
Untuk ukuran sebuah film anime, jelas film ini sangat mumpuni, ia langsung serius tanpa pembukaan. Seakan, kita hanya melihat sekilas dari hidup Saya. Sedikit potongan dipinjam untuk diputar dan disebarluaskan, dan hanya itu yang tersisa. Saya juga menyukai adanya peran Makiho yang menjadi side kick yang tak disadari. Seandainya saya menonton film ini lebih cepat.

Suguhan kesadisan yang diberikan sangat cepat dan memang kekhaasan anime yang saya rasakan, mereka tidak terlalu frontal dalam memberikan gore. Misalnya, saat Saya memotong Linda, kita cuma diberikan sedikit brief tentang tubuh Linda yang dipotong. Adegan slaying paling jelas cuma satu, yakni ketika Saya baru mendapatkan pedang dan langsung SYAT! memotong tubuh si setan (saya agak sebel mau nulis nama itu, sudah susah dihapal, harus italik lagi). 

Film ini merupakan film yang terkenal, namun bagi saya film ini ya.. biasa saja karena saya mulanya terbiasa dengan film anime zaman sekarang yang grafisnya lebih bagus. Film ini sayangnya, walaupun mempunyai original screenplay dan mencapai kesuksesan, kenapa tidak diadakan lagi sekuelnya? Film 48 menit!! Siapa yang mau menonton segitu pendeknya?? Maka itu banyak spin-off nya. Apa ya salah satu film yang kayak begini juga? Yang cuma sekali tapi banyak influence-nya? Kayaknya film zaman dahulu sering, tuh.

Satu lagi, saya cukup heran ternyata tokoh Saya di sini tidak terlalu cantik, maksudnya ketika saya melihat preview dari film live-action-nya, saya mengira film ini buat yang seifuku-fetish (suka sama seragam-seragam gitu, coba nonton MV Nogizaka46, Barette). Ternyata, di film ini bahkan kita sama sekali tidak melihat nuditas atau apapun, terlebih karena tokoh Saya juga dibawa ke elemen serius dan tidak ada bercandaan, mungkin sedikit. Jelas inilah mungkin salah satu dari beberapa film di Jepang yang terlalu serius dengan karyanya sehingga tak memberikan fan service sama sekali. Aplaus kalau begitu, di antara film Jepang sekarang yang...
75% (15% sisanya karena durasi yang terlalu pendek)

Jumat, 13 Desember 2013

Quarantine 2: The Terminal (2012)

SINOPSIS                                                                             Penerbangan yang dilewatkan oleh sebuah rombongan suster menjadi sebuah mimpi buruk bagi penumpangnya. Setelah amukan seseorang yang tergigit tikus berhasil dipadamkan, mereka disuruh mendarat di sebuah bandara dimana terminalnya sudah ditutup dan dikarantina. Pada malam yang sama dimana Angela diseret menuju kegelapan, pada malam yang sama dimana virus ganas menyebar, kau akan berharap akan melewatkan penerbangan ini.

RATING
R for bloody horror violence, terror, language and brief sexual content

REVIEW
Setelah lihat di Wikipedia, kok disana ada link ke sebuah film berjudul Flight of the Dead yang nyaris sama ceritanya. Saya masih nggak punya ide kenapa ada link itu dan maksudnya apa. Apakah karena ceritanya sama? Exorcist: The Beginning sama Dominion: Prequel to the Exorcist saja tidak segitunya.
Ciuman yang menggetarkan dunia perfilman

Dibawa pada penerbangan kali ini, kita masih menemukan beberapa adegan klasik. Yang saya heran masih menjangkiti perfilman horror Amerika adalah beberapa adegan standar, salah satunya adalah adegan hei-kamu-nggak-papakan? Yang sudah saya liat di um…. 100 film terakhir? Kayaknya horor sudah mulai menjadi mengerucut, kayaknya tata cara penampakan film Indonesia perlu diadaptasi, deh. Adegan hei-kamu-nggak-papakan? Itu maksudnya pas si pemerannya ingin mengecek apakah lawan mainnya yang tergeletak atau diem ini baik-baik saja atau enggak. Yah, seperti yang sudah diduga ketika tangannya bergerak lebih jauh (apaan nih, maksudnya?) si lawan mainnya jeger! Bangun tiba-tiba sambil memegang tangan si pemerannya atau lawan mainnya bergerak, atau…. Nggak ada apa-apa (tapi masih dapet bonus scoring menyeramkan beberapa saat).

Saya sih tidak terlalu peduli sama langkah pengambilan gambarnya yang berganti dari found footage jadi kamera biasa, sama-sama menyebalkannya. Saya masih ingat nonton Insidious di bioskop yang bukannya menyodorkan si pemerannya untuk dikagetin duluan, eh, malah kameranya jalan duluan. Asem! Nanti masih mau mencoba dengan yang sekuelnya dan The Conjuring. Saya memang kurang suka dengan Saw yang ikonik itu, tapi saya sangat suka film-film ala Dead Silence. Itu gelap dan klasik. Loh, kok ngelantur ke film yang lain??
 
Ketika sudah berada di terminal, semuanya mulai kehilangan tujuan (nah, begitu juga penontonnya) tapi segera muncul kembali harapan-harapan dengan adanya jalan keluar. Bisa dibilang tidak ada yang baru yang bisa ditawarkan oleh film ini. Semuanya terlihat sama. Mungkin yang bagus adalah adegan pas di dalam truk itu. Sama yang deg-degan itu ketika si cowok yang bawa-bawa tikus itu sudah mengungkapkan dirinya adalah bagian dari si sekte. Terus dia suntik matanya!!!!! Arghhhhhh!!!! Sumpe lo? Sumpe lo? Gara-gara film ini saya jadi sering lepas earphone dan membiarkan sedikit suaranya mencak-mencak dari kejauhan. Hihihi, cuma menikmati gambarnya saja. Dari awal, banyak karakter-karakter yang bikin kasihan, tapi namanya juga film beginian, lama-lama sebenarnya kita nggak terlalu peduli siapa yang bakal selamat. Biasanya, yang dipedulikan adalah: setidaknya ada yang selamat. Nah, setidaknya film ini berhasil memancing saya untuk terus menonton hingga akhir tanpa mengintip akhirnya yang telah tertulis di Wikipedia. Hingga akhirnya, ketika si ceweknya ngos-ngosan, endingnya jadi makin pasti. Yang saya yakin memang salah satu di antara dua orang ini akan selamat, dan dengan resminya digigit, maka sudah bisa diputuskan siapa yang masih tetap bertahan hidup.
 
Adegan akhirnya, cukup aneh. Binatang-binatang itu berhasil keluar. Kalau di akal sih nggak masuk banget, soalnya si tikus itu begitu jauhnya dari lokasi ketika ia berkeliaran dan ia muncul setelah si cowoknya pergi.

Oh! Kelupaan. Ada saat-saat dimana mereka tengah dikejar-kejar, saya kok ngerasa mereka begitu mudah ditarik untuk mempercepat bagian akhirnya. Jadinya, saya nggak bisa konsen tentang berapa orang yang ada di film ini. Saya sih akhirnya cuma bisa lihat empat orang yang main. Yang lainnya cuma tempelan saja. Padahal, di pesawat sudah terbangun mood ingin menonton bagaimana akhirnya si ini, si itu. Film ini dengan cepat melupakan mereka.
 
Alhasil, film ini merupakan sebuah film yang tensinya sama seperti presedornya. Keduanya menurut saya bagus. Tapi disini, kita nggak dapat sesuatu yang baru dari genre ini. Tidak untuk mengembangkan cerita Quarantine juga. Jadi, tonton saja dengan tenang dan jangan pernah menutup mata anda. Hihihi….


70%

The Invasion (2007)

 SINOPSIS
Carol Bennett (Nicole Kidman) adalah seorang psikiater yang tinggal berdua dengan anaknya Oliver setelah bercerai dengan suaminya Tucker. Kini Carol mengencani Ben, seorang ilmuwan. Sebuah pesawat antariksa bernama Patriot meledak dan semua kepingannya tersebar. Lambat laun, semua orang mulai berperilaku terdiam tanpa emosi. Saat Carol sadar kalau mantan suaminya telah terkena perilaku aneh itu, Carol menyadari bahwa anaknya dalam bahaya.

RATING

PG-13 for violence, disturbing images, and terror

REVIEW

Ini memang film yang lamaaaa banget. Sudah 6 tahun yang lalu. Promosi yang kencang-kencang dan kritik jelek tak berakhir dipersembahkan pada karya pertama sutradara Oliver Hirschbiegel dalam bahasa Inggris. Padahal jajaran cast-nya mumpuni lho, ada Nicole Kidman yang remarkable di horror dalam The Others besutan Alejandro Amenabar dan Daniel Craig yang tatkala proses pengambilan film ini terpilih untuk menjadi James Bond selanjutnya. Jadi apa yang salah?
 
Jujur saja sih, kalau saya cukup enjoy menonton film ini. Maksudnya, saya belum menonton versi-versi sebelumnya dan menurut saya ini film komersil yang lumayan untuk ditonton. Kendati, banyak tensinya yang terasa film aksi dan thriller kebanyakan. PG-13, dan yang kau dapatkan adalah tensi seperti film-film dengan rating yang sama. Makanya, banyak yang berharap kalau film ini akan melebihi adaptasi sebelumnya. Baca-baca di Wikipedia sih, akhir untuk cerita ini sebenarnya kurang menyenangkan, dimana tokoh utamanya berakhir menjadi korban. Ditambah lagi tokoh Carol yang asli adalah seorang lelaki diganti jadi wanita. Sehingga, banyak yang mencemooh film ini.
 
Menurut saya semuanya oke-oke saja. Sebuah film yang pantas muncul di TV dan menjadi tontonan di malam hari. Apalagi Nicole Kidman mengingatkan saya dengan seorang ibu yang kuat di sebuah pesawat. Ya, Jodie Foster dalam Flightplan. Karena saya jarang menonton film yang komersil begini, jadi ibaratnya film ini sebagai rehat sajalah. Jujur deh, capek juga nonton sesuatu yang terlalu berat. Gara-gara torrent-nya ada, kan sayang kalau kesempatannya dilewatkan. Hehehe. Buat kalian yang seorang awam dan tidak punya ekspetasi apa-apa, boleh banget nonton film ini. Cukup light untuk novelnya yang berakhir menyedihkan.

Ketika saya mencari komentar-komentar dari situs-situs terkenal, memang sih, kelihatannya mereka langsung membandingkan dengan versi sebelumnya. Film ini nanti diikuti kegagalannya oleh The Day the Earth Stood Still yang dibintangi Keanu Reeves setahun setelah film ini. Karena film ini, saya jadi mulai suka film-film abduction begini. Namun masih tidak ada (bagi saya, lho) yang mengisahkan alien abduction yang mengalahkan The Faculty milik Robert Rodriguez. Filmnya kalau dirasa-rasa sih agak sama, tapi The Faculty fun dan kamu tidak akan bosan menontonnya walaupun sudah tahu akhirnya. Akhirnya, saya sekarang lagi kembali ke film-film lama. Setelah trauma unduhan torrent nya ternyata film B tahun sekarang yang malah terlihat kayak rekaman film-film biru di Internet. Setidaknya, di film jaman dulu, semua tone-nya sama. Jadi film B-nya malah jadi favorit.
 52%

The ABCs of Death (2012)

SINOPSIS
26 sutradara yang mewakili 26 alfabet. Akan mengajarkan kepada penontonnya apa arti kematian. 26 alfabet yang mewakili 26 mozaik. Akan mengajarkan kepada penontonnya apa arti kematian.
Ini tidak mendidik

REVIEW
NR. My suggested rating is NC-17 for extreme graphic violence
REVIEW
Sakit. Gila. Psiko. Jorok. Goblok. Parah. Sadis. Kyahahaha. Klasik. Apaan nih? Oke deh. Iyuuh. Ciyus loh, udah selesai? Errr. Bisa tolong ulang adegan tadi? Eh!!! Kok gitu? Nggak ngerti.
Silakan anda mengomentari film ini. Ada 26 cerita (dengan durasi 145 menit) memang sangat berlebihan. Dan boleh-boleh saja mengomentari semuanya. Nah, entah kenapa tak satu pun di film ini yang menurut saya benar-benar menarik perhatian. Satu-satunya yang menarik perhatian, ya untuk segmen L dari Timo Tjahjanto yang mengherankan saya. Oh ya, biar tidak bingung,
·         A is for Apocalypse (Nacho Vigalondo)
·         B is For Bigfoot (Adrian Garcia Bogliano)
·         C is for Cycle (Ernesto Diaz Espinoza)
·         D is for Dogfight (Marcel Sarmiento)
·         E is for Exterminate (Angela Bettis)
·         F is for Fart (Noboru Iguchi)
·         G is for Gravity (Andrew Traucki)
·         H is for Hydro-Electric Diffusion (Thomas Malling)
·         I is for Ingrown (Michael Grau)
·         J is for Jidai-geki (Samurai Movie) (Yudai Yamaguchi)
·         K is for Klutz (Morgenthaler)
·         L is for Libido (Timo Tjahjanto)
·         M is for Miscarriage (Ti West)
·         N is for Nuptials (Banjong Pisanthanakun)
·         O is for Orgasm (Bruno Forzani & Héléne Cattet)
·         P is for Pressure (Simon Rumley)
·         Q is for Quack (Adam Wingard & Simon Barretti)
·         R is for Removed (Srdjan Spasojevic)
·         S is for Speed (Jake West)
·         T is for Toilet (Lee Hardcastle)
·         U is for Unearthed (Ben Wheatley)
·         V is for Vagitus (The Cry of a Newborn Baby) (Kaare Andrews)
·         W is for WTF! (Jon Schnepp)
·         X is for XXL (Xavier Gens)
·         Y is for Youngbuck (Jason Eisener)
·         Z is for Zetsumetsu (Extinction) (Yoshihiro Nishimura)

Nah, sebenarnya dari film ini kita bisa mengetahui apa sebenarnya pikiran para sutradara horor di dunia. Maksud saya, mereka kan diberi hak untuk membuat tanpa campur tangan produser, makanya kita bisa lihat apakah horor itu generik? Nah, setidaknya banyak yang berpikir mengenai seks dalam horor. Baik sebagai tema ataupun imbuhan. Ada segmen L dan segmen O (yang setidaknya cukup ekspilisit) dan segmen P serta segmen Y. Heran juga saya, Timo Tjahjanto bisa membuat film seeksplisit ini. Mungkin, inilah segmen yang paling frontal. Saya kaget saat ada nuditas yang keras disini. Apa yang main benar-benar orang Indonesia semua? Sepertinya tidak mungkin. Eh, tapi mungkin saja, ding. Sekarang kan Indonesia makin “terbuka” dan makin “idealis”.
 
Selain itu, banyak yang membuat dalam media animasi seperti di segmen K, segmen H (tidak juga sih, tapi rasanya cukup other world), dan segmen T. Mereka cukup violent dalam menyajikannya. Eh? Lebih pintar dan lebih kelam dari Happy Tree Friends, saya lebih suka segmen K. Hahaha. Seonggok kotoran yang tidak mau dipisahkan dengan sarangnya. Saya merasa biasa saja dengan segmen T yang terpilih menjadi segmen terbaik di film ini pada saat debutnya.

Ada juga yang memutuskan untuk menjadi klasik dengan segmen B, segmen U, dan segmen M. Cukup light saat segmen N karya Banjong Pisanthanakun muncul dan komedi. Segar, lah. Tapi jangan lupakan Xavier Gens yang sadis. Ingat karya fenomenalnya Frontiers? NC-17? Nah, dia muncul kembali dengan segmen X yang menurut saya paling sakit. Yah, jangan ditonton untuk para cewek chubby yang terlalu desperate. Entah idenya apaan, tapi cara menguruskan badan seperti yang dipraktikkan di segmen ini sangat efektif! Beberapa jam saja dan anda sudah menjadi kurus! Hati-hati efek sampingnya, ya...

Segmen V menyajikan eksyen yang kental. Sebel juga karena ada adegan bayi mati. Tapi ada adegan revenge-nya kok. Tenang aja. Seperti yang saya pikirkan, ada segmen yang membahas dirinya sendiri. Ada Segmen Q dan segmen W. Yah, mungkin karena terlalu sulit, jadinya mereka buat yang aneh-aneh. Segmen Q sama ringannya dengan segmen N. Bagaimana mereka begitu sulit menemukan kata yang cocok dari Q. Sementara itu segmen W lebih.... lebih gila... Kayak semua elemen yang mereka pikirkan muncul dan menyerang begitu saja ke studio mereka. Yah, cerita ini kosong sekali. Tidak ada intinya.

Jepang menyumbangkan tiga segmen yang sama-sama aneh. Segmen F, segmen J, dan segmen Z. Segmen F menyuguhkan adegan yuri yang terkover dengan kentut. Aneh? Tonton saja sendiri. Segmen J terlihat berusaha konyol, tapi saya malah merasa kosong. Spesial untuk muka si samurai yang jadi aneh-aneh. Dan yang paling membingungkan ya segmen Z. Ini sama campur aduk dengan segmen W. Dipenuhi dengan keeksplesitan khas Yoshihiru Nishimura yang membuat Mutant Girls Squad. Dapat dibayangkan seperti apa segmen ini.
 
Dari semua yang mega, segmen G dan segmen D terlihat kacang. Tapi, menurut saya segmen G lah yang paling natural dan biasa. Tapi ia benar-benar mengajarkan mengenai kematian. Kecelakaan. Mudah, bukan? Segmen D menurut saya kurang menggigit, tapi ia punya sinematografi yang paling baik. Salah satu segmen favorit saya. Segmen A mengambil cerita yang begitu tiba-tiba. Dia ternyata bisa abadi selama setahun!

Segmen E langsung mengingatkan saya pada segmen The List di film Takut. Segmen C mengingatkan saya pada film Triangle. Segmen L mengingatkan saya pada Rumah Dara. Bukan dari ceritanya, tapi settingnya.

Segmen-segmen lainnya, menurut saya biasa saja. Yah, mungkin yang paling menarik memang segmen L yang memuaskan dari segala sisi. Segmen T juga turut menghibur karena ia masuk ke mengajarkan kematian kepada anak-anak dengan cara yang benar-benar efektif.

Sulit untuk mengatakan film The ABCs of Death itu bagus. Saya masih merasa film ini terlalu panjang dan mungkin overrated. 145 menit dengan 26 segmen berbeda jujur membuat saya bosan menontonnya. Satu-satunya motivasi saya menyelesaikan film ini sampai habis adalah karena berharap semoga segmen selanjutnya lebih baik dari segmen sebelumnya. Cerita yang ada semua berdiri sendiri dan ada yang mudah untuk dilepaskan. Untuk mengomentari ini saja, saya bolak-balik untuk mengetahui ceritanya. Yah... kelemahan terbesar sekaligus kelebihannya terletak di variasi segmennya. Kita dihadapkan pada rasa penasaran dan rasa bosan. Makannya review film ini juga rata-rata mixed. Coba lain kali, buat filmnya lebih tertata. Maksudnya, The ABCs of Death menurut saya kadang diartikan sebagai horor oleh sutradaranya. Mungkin kalau teror atau horor lebih cocok. Misalnya, kalau diberikan skenario awal dan disuruh mengembangkannya akan terasa lebih menarik.

Rating film ini juga saling tumpang tindih. Segmen G itu mungkin bisa dibilang PG. Segmen B bisa dibilang PG-13 dan lainnya R. Eh, segmen X menurut saya NC-17. Keputusan yang bagus untuk tidak dirating. Yah, kalau di Parents Guide IMDb, semuanya masuk. Sex and Nudity akan dijawab segmen L, Violence and Gore akan dijawab segmen X (tambah segmen P yang Cuma satu adegan tapi kasiaaaan banget), Profanity akan dijawab... segmen W aja deh, segmen S akan menjawab Alcohol and Drug Use yang langsung menjadikan film ini R, dan frightening and intense scenes akan dijawab... segmen X kali, ya (dan banyak segmen lain). Sekadar info kalau film ini ada sekuelnya di tahun 2014. Dan tahu tidak, saya akan kembali mencari torrent­-nya.

NB. Dulu ada wacana kalau mau dibuat rating di antara R dan NC-17 yang kemudian dibatalkan. Kalau rating itu jadi, menurut saya film ini akan mendapatkan rating tersebut.


62%