Sabtu, 28 Desember 2013

[REVIEW]The Starving Games (2013)

SINOPSIS
Parodi The Hunger Games ini menceritakan Kantmiss Evershot yang harus memenangkan pertandingan The Starving Games untuk mendapatkan hadiah-hadiah menarik, salah satunya acar yang setengah dimakan.



RATING
Rated PG-13 for crude and sexual content, comic violence, language and partial nudity

REVIEW
Jason Friedberg. Aaron Seltzer. Nama-nama itu sudah tidak asing lagi bagi kita yang tahu film-film parodi kasar eperti Date Movie, Epic Movie, Meet the Spartans, hingga Vampire Suck yang totally sucks! Saya heran film seperti ini masih bisa bertahan hidup kendati dengan segala cacian yang mereka dapatkan. Padahal, mereka mempunyai kemampuan untuk menggabungkan satu elemen film dengan elemen film lain. Saya melihat filmografi merekapun seperti tak beranjak dari genre seperti ini. Ya sudahlah, ayo kita lihat saja.

Film ini dibuka dengan Kantmiss Evershot (Katniss Everdeen) yang cuma menang mirip dan kontak lens yang ia pakai itu. Selanjutnya, yang diperlukan hanyalah bertingkah sebodoh mungkin, setolol mungkin, sambil melucui semua hal yang sedang hot di dunia hiburan. Pertamanya kita melihat roti bohongan, ibu yang agak-agak gila, adik yang suka makan hamster, dan kita semua tahu kalau duo sutradara ini hanya ingin ada kelucuan tiap beberapa menit untuk membuat penonton bertahan di kursi mereka.
Usaha ini menurut saya lumayan membuahkan hasil. Secara umum, saya lebih menyukai The Starving Games ketimbang Vampire Suck yang benar-benar sebuah kebodohan. Film yang lebih mirip kompilasi acara Sketsa di Trans TV (itu lho, yang kalimat andalannya "iya sih... tapi nggak gitu juga kaleee!") ini beberapa kali membuat lelucon lucu seperti nama-nama yang aneh, kemudian video presiden Snowballs, hingga senjata termutakhir: Angry Birds dan Fruit Ninja, wkwkwkwkwk. Sayangnya sisanya tampak mengekor pada cara-cara melucu yang diterapkan dari Scary Movie. Bagi saya Scary Movie merupakan sebuah film yang menghibur, kendati semakin kesini makin aneh saja.
Ada juga satu hal yang sering ditampilkan adalah kekerasan komikal yang sepertinya sudah terlalu menyakitkan. Kita dibuat biasa-biasa saja dengan luka parah di punggung (bonus nanah), memanah selangkangan, orang dimutilasi, hingga makan lengan sendiri. Aduh... ini tuh rada-rada keras menurut saya. Saya inget banget menonton Epic Movie yang dua bola matanya dikeluarin dari mata, terus testikelnya dikeluarin, kepalanya di-smash sampai mental. Semuanya komedi, tapi menurut saya udah terlalu berlebihan.

Komedi spoof selalu menjadi sesuatu yang masyarakat inginkan (mungkin). Bagaimana kita melihat suatu film bagus, serius, atau laris dibikin versi yang lebih bodoh, lebih seronok, lebih banyak comic violence, hingga ekstra (yang kayaknya selalu ada) dansa dansa aneh. Iya sih, pertamanya memang lucu, tapi kenapa tidak sekalian saja R? Apakah takut penonton sepi? Kok nggak berkaca, kalau mereka lebih dibilang bagus kalau rating filmnya R (Scary Movie)? Saya jadi bingung apakah film seperti ini masih dilayak tonton atau tidak.
Durasi filmnya yang hanya 80-an menit menunjukkan betapa kita tak mampu menahan kebodohan selama lebih dri 90 menit. Alhasil, film ini bisa jadi film yang bisa dilewatkan begitu saja. Namun, tetap saja film ini mengundang "ketertarikan" untuk menyaksikan film ini sejelek apa. Kalau bisa dilihat, makin kesini mereka makin menggunakan spesial efek paling ancur yang mungkin dimiliki Hollywood. Beberapa adegan tampak tidak halus, karena memang film ini ya.... cuma segini adanya. Ramuan skenario mudah, ramuan spesial efek juga apa adanya. Mengeruk untung besar! Makanya masih ada yang rela bikin film ini.

Saya gemar-gemar saja menonton film spoof asalkan benar-benar bisa mengundang tawa. Lebih baik, sebagai sineas parodi profesional, Seltzer dan Friedberg harus mulai membuat skenario yang lebih cerdas dan tidak terkena post power syndrome dari Scary Movie. Bahkan sudah di tingkat yang lebih parah lagi, kalau mau dilihat semua filmnya rata-rata sama. Keras, konyol, tapi jangan terlalu keras sampai R. Itu resep yang bisa kita aduk-aduk sendiri.

Menurut saya, film The Starving Games adalah sebuah peningkatan dari film-film Seltzer dan Friedberg yang luar biasa ancur (sumpah, saya masih memaki Vampire Suck).  Namun, saya ingin melihat mereka berdua setidaknya bikin film rom-com atau semacamnya. Hello? Mereka tentu bisa, kan?
35%

Tidak ada komentar:

Posting Komentar