Hahaha, ini comeback saya setelah bertahun-tahun
tidak bisa update di blog ini, sampai
template nya menggila, lagi. Mudah-mudahan semuanya bisa dikembalikan lagi,
ya... Jujur, setelah lulus dari Gorontalo dan kembali lagi ke Depok, saya
kembali kambuh menonton film, horor terutama. Entah deh, asal unduh aja dari
torrent dan berbekal dari list-list kritikus lain dan IMDb.
Sampai suatu
ketika saya termenung saat melihat sebuah poster film di Internet. Sleepaway Camp. Film cult ini kurang
lebih sering dibicarakan di kalangan bapak-ibu penggemar slasher. Akhirnya diputuskan... saya akan mengtorrent film ini!
(Api berkobar-kobar)
Asyiknya, di
rumah koneksinya membaik dan dalam sekejapan, film-film sudah sekejapan di hard drive PC rumah saya. Setelah
menonton film yang pertama, kedua (Sleepaway
Camp II: Unhappy Campers) dan ketiga (Teenage
Wasteland) ternyata saat hendak mengopi saya baru sadar kalau keadaan
perloadingan di PC itu sudah tingkat akut dengan mouse yang tidak sebergairah dulu lagi. Akhirnya film-film itu
(malah ada beberapa yang belum saya tonton) tergusur habis dalam PC yang
sekarang kalau dikasih sibuk sedikit, langsung memble. Arghhhh!!!!!!!!!
Akhirnya denga
sisa kekuatan yang tersisa, saya berhasil membangkitkan kembali laptop seken
gratisan yang sama anehnya (tapi masih bisa normal) saya berhasil mengunduh
ulang beberapa film, dan tergugah oleh informasi di Wikipedia, saya unduh
sekuel teranyarnye: Return to Sleepaway
Camp.
Oke, mulai dari
yang pertama dulu kali, ya...
SINOPSIS
Angela dan
sepupunya Ricky pergi menuju Camp Arawak untuk menghabiskan musim panas.
Didadahi oleh ibu Ricky atau tante Angela yang mengasuhnya selama delapan
tahun, Dr. Martha Thomas yang rada aneh, mereka pun menuju Camp yang seru. Entah
karena tragedi yang menimpa kakaknya Peter dan John tewas ditabrak motorboat
atau karena dia pemalu, ia tidak pernah berbicara. Sampai akhirnya ia
diganggu-ganggu oleh teman sekabinnya, terutama Mel dan Judy. Oke, seperti yang
bisa ditebak, body count mulai
bermunculan. Seorang misterius siap membalaskan dendam bagi yang telah
mengganggu Angela. Siapakah sebenarnya sang pembunuh? Apakah ada sebuah rahasia
yang akan terkuak saat Paul, sahabat Ricky, mulai mendekati Angela?
RATING: R
REVIEW
Ahhhhhhh!!!!!
Super menyesal karena udah tahu endingnya duluan! Ahhhhh!!!!!! Kenapa? Sleepaway Camp merupakan salah satu film
jagal (based on Wikipedia) yang serba
keju. Karakternya sudah tidak asing bagi kita penggemarnya (walaupun disini
orang anehnya tidak curiga pada orang luar, langsung ke “salah seorang di
antara kita”) dengan cerita yang biasa saja ditambah bumbu kecil yang ternyata
mantap diracik di film ini. Mau tambah? Ada saus kreatif spesial dan kekerasan
tumbuk yang ditaburkan dengan besar granule
yang berbeda-beda. Diaduk jangan terlalu kencang, jadinya? Sebuah film
jagal yang dibungkus keju namun ketika dibelah, ada pepperoni segar, basil hijau, dan yang terutama: saus sambal yang
bisa menerkam kita semua. Sleepaway Camp jelas-jelas
telah membuat sekali lagi film jagal dalam perspektif baru, sebagai genre film
yang menghibur namun pintar.
Saya akan
memuji adegan pembunuhannya. Menurut saya, pembunuhan yang ada disini
sebenarnya banyak yang simpel, tetapi karena digunakan dengan klasik tanpa
berusaha melebihkan: sumpah, kamu bakal suka semua adegan pembunuhannya. Kita
diseret-seret dengan pertanyaan kedua, bagaimana endingnya? Jelas deh, rasanya
kalau melihat paruh film pertama sudah bisa diketahui kalau si Angela itulah
pembunuhnya. (Marah karena terbaca, jangan marah dong, salah sendiri masuk blog
ini) Nah, kalau begitu apa adegan akhirnya? Setelah dua lelaki mati karena
lebah dan panci berisi air mendidih dan dua wanita mati karena diperkosa
pelurus rambut dan ditusuk di balik bilik shower
(plus adegan pembunuhan lainnya, ya...)? Hmm, setelah itu baru adegan
klimaks yang bagian akhirnya akan saya ingat terus-terusan!
Yah, akhirnya
di tengah semua teriakan, Angela dan Paul berjalan di pantai (entah kenapa di
bagian ini saya langsung ingat Pengantin
Topeng, kenapa ya?) dan Angela akhirnya mengajak Paul untuk skinny dip di danau, ihiyyy... Saat
akhirnya konselor menemukan keduanya sedang pangku-pangkuan, baru terungkaplah
bahwa. KYAYAYAYA!!!! Tidak mungkin! Otoko! Oke, tidak usah terlalu lebay, saya
sudah tahu akhirnya kok.
Film ini
berkelemahan di akting para pemainnya yang kadang-kadang terlalu, yah...
tahulah. Terlalu klasik. Kadang-kadang terlalu aneh juga dan bikin kesel. Khas
film jadul lah.
Kalau boleh
dibilang film ini tuh sebenarnya nggak punya kelebihan dibanding film jagal
lain. Tapi karena ada adukan kreatif yang pelan namun kental, akhirnya: cult
movie! Sebuah film yang mungkin kalau nggak ngerti ditonton dua kali, namun
ingatan tentang film itu terus ada dalam benak. Akhirnya, sebuah film jagal
paling memuaskan yang pernah saya tonton!
88%
PS. Ingat
selalu shot terakhir film ini. Merinding disko!
SINOPSIS
Angela Baker
kembali, kini telah menjadi wanita seutuhnya berkat operasi plastik dan menjadi
konselor sebuah camp. Dengan hasrat membunuhnya yang semakin parah, ia siap
menerkam anak-anak yang nakal...
RATING: R
REVIEW
Hmmm.... disini
Angela tidak diperankan oleh Felissa Rose melainkan Pamela Springsteen yang
tokohnya lebih ikon ke Jamie Lee atau semacamnya. Nah.. disinilah, rasanya isinya
komedi semua. Entah kenapa, saya sih kadang-kadang ketawa saja karena tidak ada
subtitle english maupun indo yang tersedia di internet, hsk hsk hsk (sekaligus
sadar kalau film pertama ternyata subtitle english nya hasil translate dari
Google). Nah, untuk itulah, film ini jadi terasa sangat jagal. Bumbu seks nya
ditaburkan cukup banyak kok, (tanpa garem dapur kali, ya medium lahh) dan
pembunuhannya didobel. Rasa-rasanya disini, saya tidak merasakan hawa suspense seperti yang dimiliki Robert Hiltzik
di film pertama. Ini wajar, karena di film ini tampak hanya dompleng cerita dan
judul belaka. Jadi, film ini punya skenario yang super lemah dan bahkan tidak
masuk akal. Belum lagi Angela yang kini menyerang semakin membabi-buta, alhasil
kita tidak diperkenankan untuk sekadar menikmati filmnya, yang saya percepat
cuma di adaegan pembunuhannya (dan di setiap adegan pembunuhan ada adegan yang
asyik) sehingga kita sudah bisa memprediksi bagaimana akhirnya. Sebuah sajian
yang cukup dicamil kalau sedang malas. Bahkan kalau anda malas pun anda mungkin
tidak akan memilih film ini.
Oh ya, ada
salah satu bagian yang mengganjal di film ini adalah orang yang sensitif tidak
ada. Walaupun terpencil dan sepi, mereka tidak bisa melihat keanehan si Angela
ini. Dan adegan terkonyol adalah saat Angela membakar dua perempuan. Dengan
mudahnya mereka bisa gosong. Menurut komik Cage
of Eden, nih.. hukuman mati dengan pembakaran itu paling menyiksa karena
orangnya susah mati walaupun seluruh bagian luarnya telah terbakar. Jadi kenapa
hanya dalam beberapa jam ia sudah gosong keriput? Tanya sama penulis
skenarionya.
31%
SLEEPAWAY CAMP
III: TEENAGE WASTELAND (1989)
Angela masih
berniat mengacaukan sebuah camp yang kini mempunyai program untuk membuat semua
anggotanya saling kenal secara intensif (karena katanya ini camp untuk
menyatukan semua lapisan ras). Inilah tanah yang tepat untuk menghabisi nyawa!
RATING: R
REVIEW
Saya kesal
sekali di adegan pertamanya ada seorang perempuan yang pede menuliskan “Milk
Shake” pada bagian atas dadanya. Selain itu tidak sopan, itu juga menjijikkan
mengingat miliknya yang tak membuat nafsu. Okelah, dia tiba-tiba dikejar oleh
truk pengangkut sampah di tengah kota oleh... Angela. Mulai dari sini saja
sudah mulai kejanggalan, bagaimana mungkin sebuah truk sampah yang oleng sambil
mengejar seorang wanita tidak mendapat perhatian dari seantero orang yang
melalui jalanan? Ya, Angela berhasil membunuhnya. Oh ya, ia masih si
Springsteen ini. Dan tebak saja ia masih beringas dan masih ingin menghabiskan
nyawa yang ia lihat. Rasanya aneh sekai, ia tiak bisa bersabar dan alngsung
main bunuh. Tiba-tiba ia membunuh seorang reporter TV, APA COBA? Makin lama
film ini makin tidak nyambung dan amkin tak bisa dipercaya. Formulanya di film
sekuel awal sudah seperti Friday 13th
yang entah bagaimana pokoknya Jason masih bisa terus-terusan membunuh. Nah, si
Angela ini pokoknya terus membunuh dan film selesai.
Ah, sudahlah.
Film ini tidak punya harapan.
26%
Nah, sebenarnya
ada filmnya yang keempat ber co-judul Survivor
namun film itu tak kunjung selesai karena banyak permasalahan. Sampai akhirnya
si Robert Hiltzik ini kembali dan membuat film yang sebenarnya merupakan sekuel
“official” dari si Hiltzik yang akan khas menggunakan ide ceritanya, tidak asal
kayak film yang kedua dan ketiga. Sayangnya, film ini banyak menghadapi
hambatan, terutama karena efek CGI yang diinginkan oleh Hiltzik belum muncul di
hasilnya. Belum lagi masalah distributor dan lain-lain. Akhirnya film ini bisa
hadir dalam bentuk langsung DVD di tahun 2008 dengan judul Return to Sleepaway Camp. Dibandingkan dengan sekuel yang lain,
film ini yang subtitle nya paling tersedia. Okelah, kita cek aja film yang
menurut Wikipedia sih, menolak semua kejadian yang ada di dua film sekuelnya
ini.
25 tahun
setelah kasus pembunuhan itu terjadi, kini sebuah camp musim panas kedatangan
tragedinya. Lewat pembunuhan yang terus menerus menelan korban remaja yang
berdarah panas akibat membully salah seorang teman mereka. Sebuah misteri baru
akan terungkap...
RATING: R for horror violence and gore, pervasive language, some sexual content and teen drug use
REVIEW
Film ini
mengembalikan lagi seluruh pujian yang telah saya tumpahkan di film pertama.
Kita dari pertama dibuat kesal kemudian empati pada tokoh Alan, si gemuk yang
sepertinya agak-agak miring dan selalu berbuat masalah dan kemudian diganggu
oleh seluruh temannya. Ya ampun, dia jadi benar-benar membuat aku iba. Dan saat
itulah datang seseorang yang mulai “membalaskan dendam” si Alan. Jadi bukan si
Alan dong, pembunuhnya? Tenang, kita disini berhadapan dengan sutradaranya yang
asli, sehingga rasa-rasanya kita memang akan melihat sebuah reboot film cult tahun 1983 itu. Lengkap
dengan kematian koki yang menjadi poin pertama pembunuhan dan truk sampah
(kayak di film ketiganya).
Film ini dengan
caranya yang dibalut komedi, menyajikan sebuah slasher yang juga keju, namun
segar dan membuat kita bisa menikmati semua adegan yang disajikan.
Adegan
pembunuhannya makin kreatif aja. Bayangkan saat si pemilik kabin kepalanya
dikurung di sangkar burung dan dimasukkin tikus, atau saat si konselor tititnya
diiket sama mobilnya. Ow, guilty pleasure kali nontonnya yak. Yang jelas, film
ini dengan segala alur dan kondisinya sanggup membuat saya menurunkan halaman
Wikipedia untuk membaca endingnya. Nah, berhubung di film ini kita dihadapkan
sesuatu yang berbeda (dan saya sejak awal memang tidak mencurigai Alan) dan
pada saat si Karen digantung di ring basket, saya baru sadar siapa pelakuny!
Hahaha, kali ini saya cuma kasih petunjuk. Begitu si pelakunya kabur, aku
langsung inget film Scary Movie!
Betulan, deh.
Dan, yah..
akhirnya ternyata cukup bagus, kok. Diakhiri dengan si pelakunya tertawa puas
karena berhasil menyelesaikan target pembunuhannya. Diam-diam menghanyutkan.
Pembunuhannya juga keren dan benar-benar diluar dugaan, lah. Jadi inget waktu
mau unduh Slumber Party Massacre untuk
yang kedua kalinya. Nah, jadi di Youtube saya nonton adegan pembunuhan di ntu
film. Nah, ternyata dari semua pembunuhan hanya dua pembunuhan kayaknya yang
pake penusukan. Hahaha. Semuanya ditusuk di tempat yang sebenarnya bisa selamat,
yah... mati. Untunglah si film gak jadi kuunduh. Poin satu lagi, di film ini
rasanya agak aneh, karena si pembunuh gak ngasih mati langsung korbannya. Ada
yang kehabisan darah, ada yang kena infeksi berkelanjutan, de el el.
Sisi lain yang
agak bikin kesal juga mengenai pembunuhannya yang hampir setengahnya gak
keliatan. Saya pikir karena bujetnya rendah, tapi empat juta dolar, lho
(mungkin untuk CGInya). Dan ternyata, baru diliatin pas si korban ditemuin.
Yang paling diingat itu pas si Angela (eh keceplosan) nusuk mata pakai batang
kayu. Klasik? Banget. Tapi kalau liat adegan selanjutnya, itu adalah sesuatu
yang keren. Sampai di adegan akhirnya yang bikin super ngilu, kyaaaa. Cocok
banget ditonton sama makanan ringan atau lagi ingin tensi naik. Return to
Sleepaway Camp tidak hanya membuat kita kembali pada sutradara dan aktor yang
pernah muncul di film pertamanya, namun juga sajian horor, komedi, dan suspense yang membuat kita sadar,
akhirnya kita bisa nonton film jagal pop yang benar-benar menghibur. Salute!
94%
film tahun tua emang keren
BalasHapus