Tahun 2002, keluarga Russell pindah rumah ke 2705 Hawthorne. Bersama barang-barang mereka, sang ayah Alan Russell (Rory Cochrane) membeli sebuah cermin antik untuk dipasang di ruang kerjanya. Perlahan-lahan, kedua anak Alan, Kaylie Russell (Annalise Basso) yang berumur 13 tahun dan adiknya Tim (Garrett Ryan) melihat keanehan pada ayah mereka yang terus mengurung diri di ruang kerjanya, serta anjing mereka Mason yang bertingkah aneh. Sang ibu, Marie (Katee Sackhoff) turut melihat hal itu, terlebih karena sang suami mulai berlaku kasar. Keanehan terus berlanjut hingga orangtua mereka mulai gila. Hal ini berakhir saat Marie dibunuh suaminya sendiri, dan Alan menarik pelatuk pistol yang tengah dipegang Tim.
Tim yang tertuduh membunuh dengan sidik jarinya dibawa ke pusat rehabilitasi. 10 tahun kemudian, Tim (Brenton Thwaites) keluar dan bertemu dengan kakaknya Kaylie (Karen Gillan) yang kini sukses dan bertunangan dengan Michael Dumont (James Lafferty). Kaylie rupanya menunggu hari itu, dan mengajak Tim ke rumah lama mereka yang dulu diwariskan pada Kaylie. Demi perjanjian untuk menghancurkan cermin itu 10 tahun yang lalu, Kaylie telah mencari cermin antik itu dan melakukan sebuah penelitian dengan kamera video untuk membuktikan bahwa cermin itulah 'pelaku' sebenarnya dari kejadian 10 tahun yang lalu.
Lewat kilas balik yang bergantian, perlahan Kaylie dan Tim memasuki dunia yang berbeda, dunia yang mengembalikan sebuah mimpi buruk mereka, dan bahkan menciptakan mimpi buruk yang baru.
RATING
MPAA rating is R for terror, violence, some disturbing images, and brief language
MPAA rating is R for terror, violence, some disturbing images, and brief language
REVIEW
Memang benar ya, kalau mau membahas sesuatu itu lebih baik dilakukan secepat mungkin. Saya menulis ini tepat setelah menonton filmnya, dan melihat beberapa draft review lain yang terbengkalai, saya yakin bahwa argumentasi saya pada film-film itu makin lama makin memudar dan membuat saya makin malas menyelesaikan mereka.
Baiklah, membicarakan film Oculus, berarti membicarakan pula sinema horor Amerika Serikat yang belakangan bangkit. Seperti yang saya bilang beberapa bulan lalu, bahwa film horor supernatural tema-tema "rumah berhantu-homicidal" yang dibom lewat film Insidious membuat studio banyak mengeksplorasi tema ini lagi. Film ini dipersembahkan dari produser Paranormal Activity dan Insidious, yang sebenarnya sudah selesai sejak tahun 2013, namun baru April lalu rilis. Indonesiapun kalau tidak salah sempat memutar film ini, entah apakah ramai diperbincangkan atau tidak.
Oculus menceritakan dirinya secara kilas balik bergonta-ganti. Bagi yang mungkin takut akan kebingungan dengan film ini, menurut saya tidak perlu khawatir karena dia hanya terdiri dari dua subplot; yang ada di 11 tahun lalu dan sekarang, dan walaupun dibuat berdomplengan, sehingga kejadian di antara dua itu bagai bercampur, yakinlah bahwa film Amerika mainstream jarang membuat penontonnya bingung. Adapun kalau bingung tontonlah Ju-On.
Pertama menyaksikan film ini, banyak terpapar oleh komentar-komentar terdahulu dan rating positif di Rotten Tomatoes membuat saya sedikit bias, karena bagaimanapun saya ingin seobjektif mungkin, ingin melihat dari sisi mana kebagusan film ini. Jadilah, awal-awal saya harus melepaskan headphone agar tidak mendengar sesuatu yang menyebalkan. Aih, untunglah film ini tidak semekakkan The Conjuring itu. Film ini kelihatan lebih fokus di pengembangan cerita yang diulas bolak balik.
Secara umum, saya puas dengan film ini. Cerita rumah hantu yang biasanya kita lihat secara linear, kali ini diberikan sentuhan psikologis. Sebuah pernyataan bahwa sebenarnya teror tak lain datang dari manusia yang terganggu. Saya suka bagaimana film ini merangkai kilas balik, halusinasi, dan dialog-dialognya agar membuat penonton terheran dengan kebingungan. Entahlah apakah penonton lain mungkin berkata film ini membingungkan (sehningga tak nyaman ditonton), namun saya beranggapan film ini seru di situ. Terlebih, sejak awal kita memang tak kunjung diberitahu apa sebenarnya cermin itu.
Yah, memang sih sampai di akhir cermin itu tidak dikasih tahu seperti apa sebenarnya.
Cerita yang bagus, sayangnya tidak berakhir mengejutkan. Jujur saya sudah bisa menerka akhir film ini dengan elemen kilas balik, potongan besi yang terayun jatuh dengan alarm, halusinasi, dan beberapa adegan di akhir. Untung saya belakangan menulis cerita seram, jadi merasa biasa dengan akhir yang disajikan, terlepas dari apakah ia bahagia atau tidak.
Mike Flanagan, selaku orang yang berada di proses penulisan, sutradara, hingga penyuntingan membuat film ini berdasarkan film pendeknya Oculus 3: The Man with A Plan yang entahlah film itu. Mungkin sukses di ajang film pendek. Pokoknya, Flanagan membuat film ini dengan menyenangkan menurut saya. Saya suka dengan film ini yang lebih sering mengumbar halusinasi yang aneh, yang daripada hantu-hantu bermata putih itu, lebih suka memberikan halusinasi aneh yang meningkatkan teror. Halusinasi ini juga membuat pembuat film tidak merasa bodoh. Pertama saya ambil pusing pada beberapa adegan, tapi akhirnya ya sudahlah. Saya lupakan semua itu, dan memutuskan untuk asyik nonton saja.
Karakter-karakter ini dibawakan apik oleh aktor dan aktrisnya. Entah apakah telah dibrief atau apa, tetapi chemistry dari tokoh dewasa dan muda dari Tim dan Kaylie menurut saya terbangun dengan baik. Ada adegan dimana mereka tampak crossing, Tim dan Kaylie melihat masa lalu mereka dan mulai melakon seperti mereka.
Dalam ketertarikan saya akan suspense di film ini, sayangnya rentetan hal aneh yang terjadi terkadang tidak menimbulkan eskalasi yang cukup bagi penggemar tensi-tensian. Mungkin karena ini sangat psychological, saya memaksa paham bagaimana mereka tak sekadar menghancurkan cerminnya saja, tapi malah masuk dan akhirnya terjebak hal-hal gila di dalamnya. Ah sudahlah. Setidaknya apapun yang terjadi, film ini bisa saja excuse rasanya. Apakah seperti itu film yang baik?
Namun, secara keseluruhan film ini sungguh cocok bagi penonton yang menyukai horor psikologis yang tak hanya sekadar kepribadian ganda atau orang sudah mati. Halusinasi yang ada di sini benar-benar tricky, atmosfer yang sama di 1408 atau The Exorcist: Beginning (atau Dominion, terserahlah).
79%
Tidak ada komentar:
Posting Komentar