Minggu, 11 Januari 2015

[REVIEW]Wrong Turn (2003)


SINOPSIS
Chris Flynn (Desmond Harrington) sedang terburu-buru untuk menghadiri suatu wawancara pada malam nanti, sehingga di tengah kemacetan jalan raya, ia memutuskan untuk mengambil jalan pintas yang bernama Mount Bear Road. Mengambil jalan kecil dan kurang tertata, serta karena kurang hati-hati membuatnya menabrak mobil sekelompok orang yang berniat mengadakan camping yang berhenti di tengah jalan, mereka adalah Jessie (Eliza Dushku), Carly (Emmanuelle Chiriqui) dan tunangannya Scott (Jeremy Sisto), serta pasangan lain Evan (Kevin Zegers) dan Francine (Lindy Booth). Mobil mereka berlima berhenti di tengah jalan karena ban mereka tergulung kawat berduri. Berniat mencari pertolongan, mereka berenam tidaklah sadar bahwa saat mereka mengambil belokan tersebut, itu adalah kesalahan fatal yang berujung pada akhir yang berdarah.

RATING
MPAA rating is R for strong violence and gore, some language and drug use

REVIEW
Film Wrong Turn, sedikit banyak mungkin terinspirasi dari The Hills Have Eyes besutan Wes Craven tahun 1977 yang diremake pada tahun 2003 oleh Alexandre Aja. Plotnya pun klise, tentang orang-orang yang salah mengambil jalan, atau mengambil jalan pintas, kemudian harus menemui sosok yang haus darah, yang bisa di-rename sesuka hati oleh siapapun yang membuatnya. Bisa psikopat gila, mutan, hingga sosok-sosok yang pokoknya jahat. Tentu saja, setting-nya pun bisa berganti; ada yang di gurun pasir, hutan tak terjamah, tepi pantai, dan lainnya.

Namun, sedikitnya Wrong Turn adalah yang baru memunculkan ide tersebut (?) di era 2000-an. Pantas saja film ini cukup terkenal, dan kelihatannya dulu sebelum masa-masa download di Internet, saya sering mencoba mencari film ini karena kepopulerannya di suatu forum film. Film ini disutradarai oleh Rob Schmidt dan naskahnya ditulis oleh Alan B. McElroy. Siapakah mereka? Saya juga kurang tahu. Rasanya yang mungkin jadi daya tarik adalah Eliza Dushku yang sempat membintangi serial Buffy the Vampire Slayer. Atau mungkin film ini hanya berandalkan kekerasan yang super tinggi? FYI, di salah satu poster, nama lain film ini adalah KM 666 dimana promosinya, produser make up effects untuk film ini pernah bekerja untuk film Alien dan Predator.
Tak dinyana, Wrong Turn sedari awal memang menyajikan gambar-gambar kekerasan ala film Amerika, yang di tahun tersebut juga ramai oleh remake The Texas Chainsaw Massacre. Jadilah film ini mungkin sekadar ikut-ikutan hype film slasher berdarah-darah. Saya sendiri, lebih suka kisah-kisah seperti Scream yang terjadi di pemukiman. Kalau ditilik, film-film slasher zaman dahulu seperti A Nightmare on Elm Street, Halloween, hingga The House on the Sorority Row berada di pemukiman, tidak berada di alam liar seperti ini.

Menjual kekerasan, agaknya saya kurang merasa fun karena adegan kekerasan yang kurang unik. Coba kita tilik kasus serial Final Destination yang selalu memberikan sajian adegan kekerasan yang unik, seperti terpenggal pintu lift, kepalanya hancur karena ban, tergiling mesin eskalator, dan lainnya. Wrong Turn, walaupun kelihatannya menjual adegan kekerasan, kelihatannya lebih fokus pada pengembangan plotnya. Maksud dari pengembangan plotnya adalah, film ini tidak berlatar pada satu hari saja, melainkan dua hari. Bisa dibilang langka untuk genre slasher seperti ini, karena biasanya mereka dibunuhnya langsung (Friday the 13th 2009), dan film ini kelihatannya mencoba memberikan rambu-rambu untuk sekuel. Karakter dibiarkan mengeksplorasi hutan terpencil untuk mengetahui sebenarnya apa yang terjadi di tempat tersebut.
Penggarapan yang dilakukan juga tak ada yang spesial, karena bagi penggemar film horor beginian atau tahu film beginian, adegan-adegan yang ada tak perlu kita persiapkan lagi. Dipenggal kapak, dicekik kawat berduri, dipanah jantungnya, dan lain-lain. Saya paham kalau film horor yang keras itu ya memang segini, namun karena semua hal terasa sudah pernah dilihat, jadi seperti no nice thing kenapa harus membawa-bawa nama pembuat make up effects kalau eksekusi untuk hal tersebutnya saja biasa-biasa? Tapi, setidaknya film mampu memberikan plot yang cukup baik untuk kehadiran sekuel, lihat saja, bahkan mereka sekarang sudah sampai Wrong Turn 6. Untuk aktingnya sendiri tak ada yang spesial, kira-kira di menit belasan saya sudah bisa menebak yang mana yang heroine dan yang mana bakal dibunuh dengan cara menyakitkan.

Yang saya sukai dari film ini, film ini kelihatannya tahu (atau emang klisenya demikian), cara untuk membuat ending yang baik untuk film horor. Formulanya begini, dari film HARUS ada yang selamat, itu sebuah kepastian, tapi makhluk atau penjahatnya juga tidak boleh mati. Akibatnya, penonton senang karena yang mereka jagokan (soalnya mereka kan dianggap sebagai "nyawa" penonton), dan penjahatnya juga masih bisa beraksi sehingga bisa terus di sekuel selanjutnya, hal ini tentu akan menyenangkan produser. Lihat contoh lain: The Texas Chainsaw Massacre, Rumah Dara, Friday the 13th. Dan bagi saya, JANGAN pernah ya... memanggil karakter yang sudah selamat di film pertama untuk hadir di film selanjutnya. Lihat di Final Destination atau Friday the 13th atau A Nightmare on Elm Street, mereka dipastikan mati, ugh.

Oke, jadi setelah ini saya akan nonton lagi yang kedua dan seterusnya, gyahahaha. Kesimpulannya: Wrong Turn memang film yang dihadirkan untuk menyajikan kekerasan, namun ketidakmampuannya untuk lepas dari pakem yang ada membuatnya menjadi datar. Untunglah, plot yang sedikit inovatif dan misterius membuat film besutan Rob Schmidt ini bisa dinikmati, dan bisa menjadi awal dari serial film slasher yang baru.

4 komentar:

  1. kalo ga salah d FRIDAY THE 13th ada karakter yang namanya TOMMY(kalo ga salah) yang selalu selamat dan mengalahkan jason voorhes

    BalasHapus
  2. Nama kanibalnya siapa sih,lupa w

    BalasHapus
  3. Nama kanibalnya siapa sih,lupa w

    BalasHapus