Kamis, 17 Juni 2010

Telaga Angker (1984)

SINOPSIS

Anita (Suzzanna) mati tenggelam didanau bersama mobilnya setelah dikejar oleh para perampok. Suaminya Rudy dan anaknya Sandy tidak mengetahui hal itu dan berusaha mencari kebenaran atas Anita sementara Anita mencari kebenarannya sendiri dengan membunuh para perampok yang telah membuat keluarganya menderita.

REVIEW

Saat menonton film ini , rasanya bisa menghakimi dengan cepat kalau film yang "from the director of the most famous horror film Sundel Bolong" ini benar-benar mempunyai plot yang rada-rada mirip ama film tersebut. Cuma mengenai seorang hantu yang menuntun balas aja kok. Skenarionya sendiri benar-benar berkiblat pada Sundel Bolong. Rasanya film ini lemah sekali dalam segala teknis. Dan satu catetan, semua ini terjadi gara-gara George Rudy nggak ngambil KTP-nya. Bego,

Film dimulai dengan Suzzanna yang memang terkenal dengan punggung belahnya berjalan melewati telaga. Lalu, dimulailah kisah mengenai mati-mati yang aneh, tidak wajar, dan kurang meresap. Saya menulis tulisan ini dan sudah lupa 50% dari keseluruhan film. Itu semua karena performa kru yang tidak bagus. Apalagi akting George Rudy yang subuh2 udah olahraga(?) dan ditengah2 film emang SENENG BENER dikasih slot eksyen martial arts yang biasa ia lakukan di film-film laga. Belum cukup mendengar summarynya saja? Oke, George Rudy melihat penjahat yang udah mencopetnya (di awal film dia dicopet, terus dia melakukan akting martial arts yang lebay) dan menghajarnya. Anehnya, penjahat yang dihajar di panti pijat itu cuma dilempar-lempar doang. Pokoknya hal ini menyebabkan dinding itu panti lobang-lobang, dan bagai GTA, si penjahat lari ke pelabuhan. Tentu aja, semua orang dihajar ala Jackie Chan plus Bruce Lee, ehh, udah ada polisi, George Rudy nya malah metong gara-gara ditembak.

Plot hole mulai berjalan ketika saya merasa bahwa film ini emang Tiren (2008) banget. Yaitu, bumbu komedi yang nyambung dikit ama cerita, tapi pantas untuk dihilangkan. Berniat mengisi durasi tuh, si Dorman Borisman. Sesudah itu, Sandy sang anak kerjaannya mewek terus. Oh, tapi si bapak membela dirinya dengan ngomong, "Si Sandy jadi perasa sekarang," oh ya, kita tahu calon anak yang kecilnya baca komik-komik horor, ngeliat tantenya mati, mewek-mewek, gedenya kalo nggak jadi psikopat ya jadi banci. Disini adegan yang digunakan untuk menyamai "adegan sate dan soto" adalah saat Anita memborong kerupuk dan melahapnya hingga habis. Mungkin si Sisworo Gautama Putra terpikir image soal adegan terkenalnya dulu dan memakai kerupuk sebagai pengganti. Tapi, buktinya adegan ini gak terkenal. Ada lagi, saat si Anita membunuh muda-mudi yang bermain cinta di tepi Telaga. Dibilangnya mereka "kegepeng" sama warga-warga. 

Bla-bla-bla, terjadi konfrontasi akhir antara Anita dan penjahat. Anita mulai ngomong yang aneh-aneh, barang siapa yang melakukan kejahatan, akan ia bunuh. Hantu yang mengurusi masalah keluarga ini mau "ekspor" rasa keadilan ke seluruh Indonesia. Kalo Anita masih penasaran hingga sekarang, populasi manusia tinggal 40% tuh. 

Filmpun selesai, ternyata, semua film doeloe punya khas dimana sang hantu lenyap didoain orang-orang. Itu ngga sesuai kayak film-film sekarang. Yahh, seenggaknya pesan moralnya ada, lah.

2 of 5

1 komentar: