Sabtu, 23 Oktober 2021

[REVIEW] Jangan minta lebih! Halloween Kills (2021) itu memang isinya hanya bunuh-bunuhan saja

Halloween sebenarnya salah satu serial film slasher atau jagal yang paling saya hindari. Tidak seperti A Nightmare on Elm Street, Friday the13th, atau bahkan Chucky, Halloween ini hampir di setiap serialnya selalu punya narasi sendiri yang berbelok arah dari film sebelumnya. Hal ini mungkin karena, berbeda dengan serial film jagal lain, film Halloween agak personal karena karakter Michael Myers yang penuh misteri dan bahkan agak supernatural. Akibatnya, menjelaskan Michael dan kengeriannya akan selalu memiliki interpretasi yang berbeda tergantung siapa yang menggawangi. Keterkaitan penjagal tersebut dengan Laurie Strode juga merupakan interaksi terlama antar penjahat dan final girl-nya yang tak pernah ditemui di serial film jagal lain. Oleh karena itu, saat film Halloween dibuat sekuel berjudul sama di tahun 2018 yang menganulir semua film sekuel yang sudah dibuat sebelumnya, saya pikir Hollywood sudah menggebuk kuda mati sampai dagingnya jadi dendeng. Tetapi, film tersebut cukup bisa menghibur dengan memberikan insight yang lebih baik tentang perkembangan karakter Laurie dan keluarganya. Film Halloween Kills merupakan sekuel langsung dari film tersebut.

Halloween Kills membawa kita langsung kepada apa yang terjadi setelah Laurie, Karen (anak Laurie), dan Allyson (anak Karen) berhasil menjebak Michael di rubanah dan membakarnya. Laurie harus diopname di rumah sakit, sementara Michael berhasil lolos dari kebakaran tersebut dan menuju Haddonfield. Namun, kali ini warga Haddonfield juga bersatu dan sepakat untuk memburu Michael di malam itu juga.

Film Halloween tahun 2018 merupakan salah satu akhir film termengesalkan yang pernah saya tonton. Bagaimana bisa seorang yang traumatik dan ingin menjebak penjahatnya, memutuskan untuk membunuh sang penjahat dengan mengurung dan membakarnya??? Tidakkah setidaknya mereka menembakkan pistol di kepalanya atau semacamnya? Kemudian di film ini juga, rumah Laurie yang terletak di pelosok, entah kenapa bisa didatangi oleh pemadam kebakaran dalam waktu yang cepat. Semuanya terasa tidak masuk akal, tetapi saya belajar untuk jangan marah terlebih dahulu. Karena, di sepanjang durasi, saya menemukan banyak bolong-bolong di plotnya yang membuat saya menjadi geram. Tetapi, film jagal itu memang seperti ini sih. Suka nggak ngotak. Kalau suka nonton film jagal tahun 80-an, yang terpenting itu hanya dua, seks dan darah. Semakin banyak dada muncul, semakin banyak darah muncul, maka semakin otentiklah film tersebut sebagai film jagal. Film ini minus si dada sih, tapi darahnya tetap banyak dan melimpah ruah.

Michael Myers dipertontonkan seperti angin pembawa virus dengan tingkat kematian 99%, karena tiap tempat yang ia lewati, sudah pasti darah pada muncrat. Ditambah lagi, setiap rumah di Haddonfield dimiliki orang-orang yang lupa mengunci pintu belakang dan memilih mengkonfrontasi suara aneh yang muncul ketimbang menelepon polisi. Kebodohan ini sedikit banyak diisi dengan "kreativitas" Michael dalam membunuh yang semakin "menarik" untuk dilihat. Kreativitasnya sedikit mengingatkan saya pada film Sorority Row tahun 2009. Brutal, tapi Michael juga belajar menggunakan benda di sekitarnya untuk membunuh orang.

Di samping banyaknya darah yang muncrat, film Halloween Kills juga mengisahkan tentang mob mentality dan kemampuan Laurie dan keluarganya untuk mengabstraksi bunuh-bunuhannya si Michael menjadi ajang konfrontasi trauma. Saya cukup banyak bisa mengambil benang merah di situ sih, seperti bagaimana kita hidup di dunia media sosial yang bebas menghakimi siapapun atas dasar ketakutan, dan hal-hal semacam itu. Tetapi, saya tidak sepenuhnya bebas merenungkan hal itu karena plot bolong yang senantiasa muncul.

Oh ya, karena warga Haddonfield akan banyak muncul dalam film ini, tidak heran jika karakter dan aktor yang memainkannya di film aslinya tahun 1978 kembali diajak di film ini, bahkan mendapatkan porsi yang cukup besar bagi cerita. Seingat saya, kemunculan ini tidak sebanyak (atau bahkan tidak ada) film pendahulunya di 2018. Film ini menambahkan reka ulang dan adegan tambahan dari film 1978-nya, tapi menurut saya cukup membingungkan. Film yang tadinya memiliki sedikit karakter, menjadi seperti ensemble cast yang tiba-tiba muncul mengatakan poin yang penting. Sebenarnya, meski film ini sudah cukup baik menerangkan "siapa dulunya apa", tapi saya yang sudah lama sekali tidak menonton film aslinya, cukup kewalahan memahami dialog yang muncul. Terlebih, banyak dari mereka yang bicara tentang nostalgia dan diulang-ulang pulak. Bagi penggemar lama Halloween, ini tentu menyenangkan, tapi untuk saya yang tidak terlalu attach dengan serial film ini, bisa mengganggu kenikmatan dalam menonton.

Kembali lagi ke Halloween Kills, menurut saya plot yang bolong mencapai puncaknya pada saat konfrontasi Michael dengan warga Haddonfield di saat klimaks. Saya cuma heran, kenapa dari sekian banyak orang yang mengepung manusia renta ini, tidak ada satu pun yang membawa pistol atau benda tajam? Kebanyakan dari mereka malah membawa tongkat bisbol, yang sepertinya lebih sulit dicari di rumah dibandingkan pisau yang tersedia di dapur masing-masing. Saya tak mau membahas lebih lanjut, tapi fakta bahwa akan ada film Halloween Ends yang rencananya rilis tahun 2022 seharusnya cukup menjadi informasi untuk menebak yang selanjutnya terjadi.

Alih-alih bunuh-bunuhannya serta pernyataan Jamie Lee Curtis bahwa film ini mengenai trauma, di balik bunuh-bunuhan ini masih tersisa satu pertanyaan yang mungkin disimpan untuk film berikutnya dan jauh lebih menarik bagi saya. Yaitu, kebiasaan Michael untuk "menata" korban yang baru ia bunuh dengan gaya tertentu. Ini hal baru bagi saya, yang mungkin akan saya bahas di tulisan selanjutnya, seusai menonton film Halloween yang pertama dan beberapa sekuelnya (sekuelnya dianulir sih, tapi tak mengapa). Apakah ini sayanya yang berkhayal sendiri atau memang ada misteri di baliknya, kita tunggu saja jawabannya di sekuelnya tahun depan.

Film Halloween Kills jelas menggaris bawahi bahwa filmnya kejam, penuh darah, dan juga sedikit bodoh untuk mereka yang menikmati film jagal sebagaimana mestinya. Namun, film ini juga mengobral nostalgia bagi penggemar berat yang membutuhkan. Kedua pendekatan ini menurut saya cukup berhasil, ditambah ada petunjuk soal psyche Michael yang menurut penciptanya, John Carpenter, adalah sosok yang jahat, misterius, dan nyaris supernatural. David Gordon Green yang menulis dan menyutradarai film ini, juga film tahun 2018 dan sepertinya juga di film yang akan datang, punya visi dan misi yang cukup jelas dalam memberikan gambaran seperti apa Michael Myers sebenarnya. Sejauh ini ia berhasil, namun dengan banyak lubang-lubang di dalam ceritanya. Tetapi, Kills tetap bisa dinikmati dengan baik.

Bagi yang ingin menyaksikan film ini, saya sarankan untuk menonton film tahun 1978-nya terlebih dahulu sebagai penambah referensi film ini biar tidak mumet seperti saya. Nggak nonton pun nggak apa-apa sih, asal harus memantapkan diri bahwa yang diusung di film ini memang bukan cerita dan narasi kompleks tentang trauma dan kejiwaan Michael Myers, melainkan sepertinya judulnya Kills ... ya hanya bunuh-bunuhan saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar