Sabtu, 23 Oktober 2021

[REVIEW] Malignant (2021), film penuh kejutan yang mudah ditebak

Entah mungkin karena saya yang malas mencari, tapi saat beberapa kali bersinggungan dengan iklan trailer Malignant di YouTube atau membaca sinopsisnya sekilas, promosi film ini tidak pernah mengungkap detail plotnya dengan jelas. Beberapa kata kunci seperti film giallo muncul, tapi sampai di situ saja. Hal itu membuat saya penasaran, karena katanya ini New Vision of Terror-nya James Wan. 

James Wan sebagai sineas horor sudah sangat terkenal karena kemampuannya mengampu tiga franchise sekaligus di era dekade 2000-2010 Saw, The Conjuring, dan Insidious. Ketiganya sangat terkenal di eksplorasi genre horor-nya masing-masing, mulai dari torture porn hingga eksperimen adegan kejutan (jumpscare). Eksplorasi dan eksploitasi teknis dari besutannya sebelumnya membuat saya penasaran, apa yang akan ditonjolkannya di film Malignant ini?

Secara singkat, film Malignant mengisahkan Madison, seorang wanita yang mesti kehilangan bayi di kandungan dan suaminya setelah mengalami peristiwa perampokan. Seusai peristiwa tersebut, ia mulai dihantui penglihatan sosok hitam yang membunuh suaminya, mulai membunuh orang-orang lain yang tak ia kenal. Penglihatan tersebut ternyata benar-benar terjadi dan Madison harus mengungkap siapa sang pembunuh sebelum ia sendiri menjadi korbannya.

Menyaksikan film ini, memang mengingatkan saya pada film-film giallo yang menggunakan pendekatan berdarah dan teror seperti film jagal atau slasher untuk menemani penonton menguak identitas si pembunuh. Menurut saya, Wan dapat memainkan eksploitasi teror ala setan dan darah ini dengan cukup pas, karena tidak terlalu bertele-tele dan setiap darah yang muncrat dipakai dengan cukup efektif. Artinya efektif, keduanya tetap menghasilkan efek kejut tapi tidak terlalu lebay hingga memakan porsi film untuk bercerita.

Film Malignant ini juga menjadi angin segar dari bentukan film-film garapan Wan sebelum ini yang cenderung eksploitatif. Film ini kental dengan nuansa personal yang biasanya hanya jadi sematan saja. Keterikatan antar hubungan darah, kekerasan dalam rumah tangga, serta peran dominan dan submisif menjadi sedikit dari "moral-moral" yang saya serap dari film ini. Kentalnya nuansa personal ini, ditambah plot pembunuhan misterius yang mengitari satu tokoh, membuat kesan plotnya menjadi formulaik. Klise. Tidak ada yang tidak bisa ditebak dari bagaimana film ini membuka, mengurai klimaks, dan menutupnya. Terutama jika kita terbiasa menonton film-film Wan sebelumnya.

Formulaik mungkin terdengar seperti hal yang jelek, namun bagi saya untuk Malignant, plot yang disusun dari premis yang sudah banyak dipakai di ribuan film yang sudah ada, secara alami memang menuntun film ini menggunakan pembabakan yang sama (mungkin seperti: kejadian traumatik/pembuka film - pembunuhan berlanjut - karakter utama dicurigai - pengungkapan misteri - penutup). Wan mengemasnya dengan baik kok, sehingga meski terasa sedikit membosankan, saya masih dapat menikmatinya dengan baik. Oh ya, di sini sajian komedinya juga masih ada, sedikit sempalan karakter-karakter lempeng tak tahu situasi dengan beberapa kalimat kocak di sini dan sana. Cukup membantu sih agar filmnya tidak serius-serius amat, tapi semuanya tetap dalam porsi yang tepat bagi saya.

Sajian utama film ini mungkin berada di babak klimaksnya, yang mungkin terasa cukup lama dibandingkan film-film giallo karena memberikan jawaban secara bertubi-tubi. Tidak hanya itu, aksi-aksi yang menegaskan apakah sang pembunuh merupakan imajinasi atau kenyataan juga merupakan hal baru yang dieksplorasi di sini. Banyaknya hal baru yang digunakan untuk memuntir plot dan karakter, sehingga meski pembabakannya mudah ditebak, adegan-adegan penting membuat saya terkejut dan sampai berpikir "Wah bisa segininya ya". Tentu saja ada beberapa hal yang terasa tak masuk akal, tapi di sini saya tidak mau ambil pusing dan memilih menuruti saja jalan yang sudah dibikin. Di akhir ceritanya juga, saya merasa kekhasan ending Wan begitu terasa. Sesuatu yang akrab dengan beberapa kejutan di ceritanya merupakan sesuatu yang sangat menyenangkan.

Selesai menonton film ini, saya berpikir kembali apakah tagline "New Vision of Terror" tadi sudah tepat? Hahaha, tentu ini dikembalikan pada masing-masing penonton ya. Bagi saya, menyaksikan Malignant seperti mencicipi masakan yang sama dengan kombinasi baru. Ini bukan hal baru. Premis, plot, pengembangan karakter, dan lain-lain, sangat akrab bagi saya yang pernah menonton film-film sejenis. Tapi, di dalam setiap komponen itu, Wan mampu memilin dan menjalin semuanya menjadi sesuatu yang penuh kejutan.

Akhir kata, penikmat film horor secara umum, atau secara khusus bagi penggemar James Wan, sangat saya rekomendasikan untuk menonton film ini. Saya menontonnya di bioskop sih, tapi karena sudah ada penayangan eksklusif di HBO Max (ini seperti kejadian film The Conjuring terakhir), jadi ada kemungkinan film ini bisa segera disaksikan di kanal streaming. Tapi, mumpung bioskop masih belum penuh-penuh amat, jika Anda sudah cukup percaya diri dengan protokol kesehatan di bioskop sekitar Anda, Anda boleh coba menjajal film ini. Pengalaman audio visual bioskop sangat membantu menikmati kengerian Malignant.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar