Rabu, 29 Juni 2016

[REVIEW] Resolution (2012)

SINOPSIS

Michael, seorang desainer grafis yang tengah menunggu kelahiran bayinya bersama sang istri, mendapatkan sebuah surat elektronik yang berisi video kegilaan teman lamanya, Chris, yang terjebak dalam kecanduan obat terlarang di sebuah daerah lembah gunung yang terpencil. Michael mengira itu tanda untuknya dan berusaha membantu Chris agar mau dibawa ke tempat rehabilitasi. Usaha tersebut menjadi semakin sulit, ketika sekumpulan video yang merekam kegiatan mereka, tiba-tiba saja muncul di tempat yang tidak diduga. Bersama, Michael dan Chris harus mencoba menerka apa akhir dari cerita mereka.

RATING

Not Rated (suggested MPAA rating is R for pervasive language and drug use


REVIEW
Resolution adalah salah satu film yang cukup underrated dari pemirsa film komersial di tahun rilisnya. Film yang mendapatkan review positif ini, sebenarnya telah bertengger lama di folder laptop saya dikarenakan review-review tersebut. Namun, tentu saja kesibukan membuat film ini baru sempat saya tonton sekarang. Satu kesimpulan saya setelah membaca beberapa thread di Message Board di laman IMDb untuk film ini, sebenarnya film ini bisa lebih baik dari salah satu film horor yang cukup overrated tahun 2014, It Follows.

Resolution sebenarnya memiliki kesan awal yang sangat tidak nyaman bagi saya. Sejak awal, hingga akhir, film ini banyak menggunakan teknik shaky camera yang biasa digunakan di film-film found footage. Hal tersebut kontradiktif dengan filmnya yang memang tidak berencana demikian. Teknik pengambilan gambar juga seringkali diselingi dengan spesial efek rol film yang terbakar atau menghilang. Setiap Long Shot, pasti kameranya selalu shaking. Hal seperti ini mengingatkan saya pada film yang juga bertema di hutan, Mr. Jones

Selama 91 menitan, kita akan disuguhi tiga elemen. Satu, dialog yang konyol dan asyik disimak dari Chris dan Michael. Dua, keberadaan orang-orang mengancam di sekitar "gubuk" Chris. Tiga, keberadaan skrip dan video yang aneh. Ketiga hal ini terasa tidak berhubungan satu sama lain, dan saya akui, di paruh pertama film, satu-satunya kesimpulan yang bisa diambil adalah: it is just a complete random. Tidak ada satu hal pun yang saling berkaitan, sehingga saya perlu bersabar untuk melihat bagaimana ketiga hal itu saling berkaitan, dan yang mana yang akan menjadi tempelan. Untunglah, diskusi-diskusi tentang ending film di Internet, memberikan insight yang mendalam bagaimana ketiga hal itu bisa berkaitan.

Film ini menjadi menarik tatkala Michael dan Chris mulai saling berargumen. Argumen-argumen mereka seperti argumen bromance yang bisa disaksikan di film-film komedi. They have their chemistry, and somehow I rather watching them argue than expecting something from the horror's plot. Argumen-argumen mereka menemani kita dalam upaya pencarian Michael untuk membahas apa yang sebenarnya terjadi di daerah tersebut. Mengapa ada buku-buku yang berisi cerita horor? Mengapa ada rol film dan CD yang membahas tentang akhir hari mereka berdua? Ada pertanyaan-pertanyaan seperti itu, namun di sini Resolution tidak menawarkan jawabannya hingga akhir film, sehingga adalah kebebasan penonon untuk meramu sendiri apa maksud dari hal-hal misterius tersebut.



Dari segi akting, saya harus mengucapkan salut kepada kombo pemain Michael dan Chris yang mampu berperan mematangkan naskahnya, dan mampu menjadikan film ini penuh dengan nuansa bromance yang komedik. Di saat yang sama, saya juga harus melihat Peter Cilella mampu membawakan peran Michael yang gamang. Ia seperti semaunya sendiri, ia berbohong tentang keadaan sebenarnya pada sang istri. Ia berbohong mengenai banyak hal. Tapi di sisi lain, ia juga berusaha memahami keadaan aneh yang terjadi di kabin. Saya terpicu untuk benci kepada karakter Michael yang penuh kebodohan, dan di akhir, saya baru sadar itu adalah kepintarannya dalam memainkan akting tersebut.

Saat menonton film horor, kita suka sekali menghina para pemain yang tak mampu berpikir logis. Michael menjadi korban di film ini, dan sumpah serapah atas dirinya yang tak segera meninggalkan kabin, diwakilkan oleh kata-kata kasar Chris. Namun, menjelang akhir film, ternyata semua alasan Michael, bisa dibilang amat logis, dan hal itu yang luput dari penonton yang lebih suka menyaksikan mereka berdua segera pergi dari lembah tersebut.

Seusai kombo akting tersebut, naskah yang kuat juga mendorong penonton untuk bertahan hingga akhir demi mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Meskipun tanpa penyelesaian, namun film ini menyimpan beberapa petunjuk-petunjuk yang ada di adegan-adegan sebelumnya, yang sebenarnya membantu kita untuk merangkai kesimpulan sesuka kita. Resolution banyak diulas sebagai usaha break the fourth wall, dimana entitas yang senantiasa meneror mereka, adalah kita, yaitu sang penonton. Kita sebagai penonton tak akan menganggap ceritanya berakhir ketika Chris belum mau pergi ke tempat rehabilitasi, dan sebelum itu terjadi, kita yang diwujudkan sebagai mystical force di dalam film ini, meneror mereka dengan memberikan ramalan-ramalan buruk mengenai apa yang akan terjadi pada mereka.



Adanya kuasa penuh dari entitas tersebut, sungguh menarik di pertengahan film karena ia mampu memancing ketegangan lebih dari ide dalam It Follows. It Follows menitikberatkan pada teror tak berwujud yang bisa dialamatkan pada siapapun, sementara di sini, Chris dan Michael harus berjuang agar teror dalam ramalan akhir kisah yang buruk, tidak terjadi pada mereka. Menggunakan pendekatan yang lebih tidak masuk akal sebenarnya, Resolution tetap menarik untuk diikuti.

Pendekatan ini sebenarnya menjadi gimmick yang menarik dalam DVD Final Destination 3. Dalam special features-nya, seperti video gim, film akan diputar kembali, dimana kita bisa memilih apa hal yang akan dilakukan oleh tokoh-tokoh di dalamnya. Terkadang satu kejadian menyebabkan kematian lain, sementara satu kejadian justru mengembalikan ke plot awal film sekuel ketiga besutan James Wong tersebut. Resolution, secara harafiah, meletakkan tokoh-tokohnya, untuk "memainkan" special feature tersebut pada diri mereka sendiri.



Ada beberapa kunci yang bisa digunakan untuk membuka makna cerita. Salah satunya adalah fakta bahwa di lembah tersebut, banyak orang yang mencari hal-hal aneh. Keberadaan alien, monster, pemuja occult, hingga pembunuh. Hal-hal ini akrab sekali kita sapa di film-film horor kebanyakan, yang mengambil lokasi terpencil, dengan harapan-harapan akan kemunculan hal-hal mistis. Hal ini menjadi menarik, bagaimana jika di lembah itu, terdapat "film-film" lain yang tengah dibuat dengan tema yang berbeda. Naskahnya justru menjadi sangat bisa membuka kemungkinan-kemungkinan lain, sama halnya dengan yang mungkin kita rasakan saat menonton Cabin in the Woods.

Sayang sekali, Resolution tidak menyajikan ketegangan dan pengungkapan cerita tersebut dengan cepat, sehingga mungkin kita bisa saja keburu bosan, atau bahkan membenci film ini. Ya, hampir separuh film ini berada di percakapan antara Chris dan Michael, dan saya pribadi, sebelum menyadari hal-hal jenius yang ditawarkan oleh Justin Benson selaku penulis naskah. Ada kesenangan kita untuk mengikutinya dengan menikmati sumpah serapah Chris dan kebodohan Michael, ada perasaan terjebak dalam rasa ingin tahu, terhadap apa yang sebenarnya terjadi pada mereka. It leads good, dan seharusnya film ini cukup diapresiasi karena usahanya dalam naskah, yang setidaknya bisa menyenangkan, kendati agak membingungkan. Dan syukurlah, ia tak berakhir dalam hinaan sebagai film horor yang mencoba pintar, hanya karena ia tampak terlalu rumit bagi penonton film horor untuk segera mendapatkan pengertian dan kejelasan dalam kengerian. Bahkan, ternyata ketidaktahuan adalah kengerian, bukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar