Kamis, 11 November 2021

[REVIEW] Halloween II (1981): Saat Dunia Berjalan dengan Kecepatan 0.75

Halloween II adalah awal dari representasi sekuel film bagus yang terdistorsi keinginan produser untuk mencari untung. Pasalnya, John Carpenter berpikir untuk menjadikan film Halloween ini jadi serial antologi, atau kisahnya nggak nyambung. Jadi ya, misal film pertama tentang Michael Myers, mungkin film kedua bisa jadi tentang pesta dansa Halloween yang kedatangan alien. Tapi, aksi Michael Myers begitu disukai, hingga akhirnya John Carpenter dan Debra Hill (rekan kerja Carpenter/kekasih pada waktu itu) akhirnya mau menulis dan memproduseri film ini, meski membuatnya ogah-ogahan. Bahkan ia bilang bahwa untuk tetap bisa menulis naskah film ini, ia perlu minum beberapa kaleng bir.

Akhirnya ya filmnya jadi begini.

Mengambil latar tepat saat film pertama usai, Michael Myers kabur setelah ditembak dokternya sendiri dr. Sam Loomis, sementara Laurie yang terluka, di bawa ke rumah sakit (yang kadang-kadang disebut klinik) untuk mendapatkan perawatan. Michael kembali berjalan menumpahkan darah, sementara dr. Loomis berusaha mengejarnya.

Katanya sih, orang-orang komplain karena film ini terlalu banyak darahnya. Sang sutradara Rick Rosenthal, awalnya mau menggunakan cara kekerasan seperti film yang pertama, tapi John Carpenter khawatir kalau cara tersebut tidak disukai lagi, sebab selang waktu tiga tahun dari film pertamanya, film-film jagal dengan tema nyaris sama, memperlihatkan kekerasan yang lebih ekstrim. Jadilah filmnya seperti ini, ada yang ditenggelamkan ke air mendidih, ada yang dicekik dengan handuk, ada yang kepalanya dipalu, dan lain-lain.

Untuk urusan keseraman, sebenarnya rata-rata sih sama saja ya dengan film-film jagal biasanya. Cuma saya mau curhat sedikit, ini rumah sakitnya udah nggak beroperasi apa gimana? Rumah sakit yang jadi latar sekitar 70-80 persen film ini, nyaris tanpa staf, lorong dan kamar-kamarnya dimatikan dengan sangat sedikit penerangan, dan tebak, saluran telepon yang rusak! Saya selalu kesal dengan kemampuan penjahat di film-film begini yang entah mengapa selalu tahu bagaimana cara menghancurkan saluran telepon.


Coba deh pikir, gimana caranya satu orang langsung datang dan paham cara merusak saluran telepon rumah sakit? Saya juga nggak yakin semua orang (awam) bakal paham caranya. Ini gedung lho, bukan rumah.

Gelapnya film ini persis dengan gelapnya bagaimana film ini berusaha bercerita. Saya tidak tahu apa yang diinginkan John Carpenter karena hampir seluruh bagian di film ini, dimulai dari rumah sakit nyaris kosong persis rumah sakit di film horor Indonesia, seakan-akan membuat saya semakin yakin Haddonfield yang kota fiksi ini sebenarnya ada di realita alternatif yang hadir untuk memuaskan hawa nafsu membunuh Michael Myers. Ruang operasi yang super gelap, satu tusukan pisau operasi (scalpel ya kalau nggak salah?) yang super mematikan mesti bukan di bagian vital, polisi yang bergerak lambat, dan lain-lain.

Gerakan lambat sang polisi ini sebenarnya juga yang membuat saya menyadari, kok film ini lamban sekali ya? Hampir tidak ada aksi kejar-kejaran yang intens, tidak ada adegan yang menampakkan bahwa itu sesuatu yang berbahaya atau penting. Michael Myers berjalan begitu lamban. Laurie Strode (yang habis dikasih obat penenang sepertinya) berjalan merangkak-rangkak dengan begitu lamban pula. Semuanya terjadi begitu saja hampir tanpa musik pengiring dan suara yang baik. Hal yang padahal di film sebelumnya justru jadi nilai lebih.

Salah satu adegan penting yang minim intensitas adalah menjelang bagian akhir, rekan dr. Loomis memberitahu bahwa sebenarnya (jengjengjeng) Laurie Strode adalah adik kandung Michael. Hal ini membuat dr. Loomis yang sedang diantar oleh polisi (?) ke tempat lain, menodongkan pistol ke polisi tersebut untuk memutar arah. Ini adegannya benar-benar nggak ada musik apapun kalau saya tak salah ingat. Serasa numpang lewat. Tidak ada yang membuat saya jadi "Wah berarti memang perlu disusul nih karena sudah ada fakta baru tentang hubungan Laurie dan Michael". Kosong saja.

Mungkin adalah pantas jika akhirnya, serial film Halloween ini jadi kehilangan arah karena memang sebenarnya film pertamanya itu tidak untuk dijadikan sekuel. Mungkin dengan ia jadi satu film sendiri, ia bisa berdiri tegak selayaknya film yang membangkitkan demam film jagal Hollywood tahun 80-an. Tapi kalau dipikir-pikir film Psycho yang super-duper terkenal itu saja ada sekuelnya ding, sampai empat lagi. 


All images were taken from the embedded official trailer above.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar