Senin, 15 November 2021

[REVIEW] Terror Train (1980) sudah cukup meneror saya dengan pencahayaan super gelap

Jamie Lee Curtis jadi primadona para produser ketika boom film slasher atau jagal terjadi di Amerika Serikat jelang tahun 1980. Salah satu film yang berhasil menggaetnya adalah Terror Train dari studio 20th Century Fox. Sebenarnya, saat tahu kalau konsep awal sang produser tentang film ini adalah "Film Halloween di atas kereta", ia sudah menegaskan bahwa film ini tidak akan menawarkan sesuatu yang baru. Lagipula, ini slasher lho, mau dikemas dengan cara apapun, pokok ceritanya ya bunuh-bunuhan. Dengan pemikiran tersebut, saya menyaksikan film ini tanpa ekspetasi apapun. Sayang, selepas menonton, kesan yang saya dapatkan hanya film ini terlalu gelap, literally.

Terror Train dimulai dengan Jamie Lee Curtis yang dilibatkan bersama teman-teman mahasiswanya untuk nge-prank mahasiswa pemalu yang membuat si korban syok dan masuk ke Rumah Sakit Jiwa. Tiga tahun kemudian, Jamie Lee yang sudah lulus bersama teman-temannya, mengikuti pesta kostum yang diadakan di sebuah kereta. Seorang pembunuh misterius pun datang dan mengincar mereka satu-persatu.

Hal yang menurut saya paling menjengkelkan adalah, film ini terlalu gelap. Pencahayaannya seperti dibuat setemaram mungkin (terutama menjelang adegan klimaks), sehingga saya hampir tidak bisa melihat apa yang terjadi. Padahal, saya menonton di kamar yang gelap. Beberapa kali, saya harus memicingkan mata untuk mengamati betul-betul kejadian di dalam 

Sebenarnya, film ini cukup menjanjikan di 30 menit pertama. Modus pembunuhnya yang mengganti penampilan dengan kostum yang dipakai korban terakhirnya, bisa menjadi cara yang seru dan unik untuk dipakai sebagai gimmick hingga di klimaks film. Sayang modus ini kurang dimanfaatkan secara maksimal karena tak lama setelah dua korban jatuh, film lebih banyak diisi oleh dinamika antar Jamie Lee Curtis dan teman-temannya. 

Dinamika ini termasuk: Jamie Lee yang merasa dimanfaatkan, temannya yang setengah mabuk, sampai subplot salah satu temannya yang mengompor-ngompori karakter pesulap di sini. Saya memahami bahwa dinamika ini ditujukan agar penonton turut memahami apa sebenarnya yang terjadi seusai peristiwa prank itu, tapi terkadang debat/obrolan/pertengkarannya terasa dangkal dan tidak membuat saya jadi lebih tertarik untuk mengetahui misteri di baliknya atau bikin kita jadi peduli sama karakter-karakternya. 

Mungkin dinamika tersebut tidak akan jadi kelemahan terbesar film ini jika ia cukup konsisten untuk menebar kengerian pada penonton melalui darah dan kesadisan seperti lazimnya film jagal. Tetapi, di sini ia tampil sangat sopan dalam menampilkan darah muncrat atau potongan tubuh, ditambah body count yang super sedikit membuat aksi teror yang semestinya jadi sajian utama film ini, justru tidak terasa. Pencahayaan yang super temaram di sini, mulai dari lorong-lorongnya, di gerbong pertunjukan sulap, sampai di kompartemennya, turut membuat film ini melemah karena saya jadi nggak bisa lihat sebenarnya si karakternya itu lagi ngapain. Sialnya, hal ini mulai terjadi jelang klimaks film.

Satu hal yang mungkin bisa saya apresiasi di film ini adalah penggunaan konsep "teror di kereta" yang cukup maksimal. Film melibatkan sistem kereta, bagaimana kereta bekerja, serta teknisi, masinis, dan kondekturnya, memiliki peran penting di dalam perkembangan ceritanya. Jadi, film tidak sekadar pasang-tempel premis film jagal biasa dan menggantinya di kereta, tanpa bisa memanfaatkan keunikan setting tersebut. Kemudian, saya juga cukup suka akting-akting para pemainnya. Rata-rata cukup in character sih, tapi karena film jagal tidak concern ke akting dan pengembangan karakter, akting mereka jadi hanya sambil lalu saja.

Terror Train bisa jadi film yang lebih seru jika film punya lebih banyak tubuh untuk "dikorbankan" dan si pembunuh punya trik yang lebih cerdik untuk melakukan aksinya. Rasa slasher-nya bakal lebih terasa dan jadi lebih tergugah untuk menyaksikan filmnya hingga akhir. Tetapi, filmnya cukup menghibur kok, karena di sini ada David Copperfield muda yang ikut berakting dan benar-benar menunjukkan trik sulapnya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar