Rabu, 23 Juni 2010

Berbagi Suami (2006)

Emang udah zamannya nonton dan review ulang... Termasuk film ini yang emang udah sering ditonton baik dari VCD maupun TV selama berkali-kali. Mana di Youtube ngadat lagi loading nya.

SINOPSIS

Salma (Jajang C. Noer) adalah perempuan yang menerima poligami yang dilakukan suaminya H. Ali Rohim (El Manik) yang punya dua istri lain, (Atiqah Hasiholan dan Nungki Kusumastuti). Kelangsungan poligami ini ia pertahankan demi anaknya Nadin (Winky Wiryawan) yang malah menjadi penentang poligami.  Siti (Shanty) adalah gadis Jawa yang dibawa ke Jakarta oleh Pak Lik (Lukman Sardi)nya. Ternyata ia malah dipersunting oleh Pak Lik yang punya dua istri  (Ria Irawan dan Rieke Diah Pitaloka) dan anak segudang. Apalagi kondisi mereka pas-pasan. Ming (Dominique) adalah gadis yang ingin menjadi bintang film dan kini menjadi waitress di sebuah restoran bebek milik Koh Abun. Koh Abun menjadikan Ming istri simpanan, dan Ming harus melakukan sesuatu demi menjadikan cita-citanya sebagai aktris kesampaian.

REVIEW

Film-film yang disutradarai oleh Nia Dinata adalah film perempuan yang tragikomedi dan satire. Mulai dari Arisan! hingga Perempuan Punya Cerita semuanya sebenarnya mengetengahkan kehidupan perempuan disebuah panggung kehidupan yang sulit baginya. Film Berbagi Suami adalah film serius paling fun yang pernah ditonton oleh masyarakat Indonesia. Sebagai seorang laki-laki, kita yang menonton film ini jadi merasa risih karena merasa telah 'menjahati perempuan'. Hal yang sama bisa kita lihat di Perempuan Punya Cerita dimana tokoh-tokoh utama wanita yang menjadi alur utama mendapatkan ketidak adilan oleh para lelaki.

Sejak film dimulai, kita didudukkan langsung pada kursi masalah, yakni tokoh Ali Rohim yang menikahi 2  wanita yang ia temui. Jajang C. Noer memainkan tokoh Salma dengan ekspresi yang tepat. Natural dan tidak berlebihan, membuat alur yang memang diciptakan Nia untuknya benar-benar dimiliki. Salute untuk Nia juga yang menghidupkan opening credits dengan balutan lagu Bengawan Solo yang dinyanyikan Ikke Nurjanah. Semua aspek satir yang ada di sekuens Salma, benar-benar ditonjolkan akting pemerannya yang tidak berlebihan. Well, mungkin beberapa. Tapi sekuens Salma berjalan dengan baik, anda akan tertarik hingga sekuens selesai.

Sekuens kedua adalah yang paling "lucu" menurut saya dari ketiga cerita. Siti yang diperankan oleh Shanty benar-benar membuat dirinya sangat dicintai, I love Shanty! Dia benar-benar menghayati perannya dengan gemilang. Sejak film inilah, Shanty dikredit oleh para sutradara film serius untuk menjadi tokoh utama. Melihat kondisi rumah Pak Lik yang dijubeli banyak anak (tapi nyaman) membuat sebuah kondisi dan dialog yang membuat kita berekspetasi terus-menerus disetiap penambahan plot. Sekuens inilah yang paling 'natural' menurut saya karena akting yang (padahal) hanya dibawakan empat orang, menjadi tidak membosankan. Dan, sekali lagi, salahkan Shanty karena bagusnya sekuens ini. Anda akan merasakan tone yang diberikan Nia ke film ini, dan memberikan sedikit tone jaman doeloe agar kesenjangan sosial yang dialami para pemain tampak lebih nyata.

Saya kurang menyukai adegan Dominique dan Tio Pakusadewo. Dominique bagai seorang bitch dan dia tahu hal itu. Tapi Ming menjadi tokoh yang menghubungkan semuanya. Sudah sampai disitu, karena sekuens ini sekuens terbasi.

Musik yang dipandu trio Aghi Narottama, Bemby Gusti, dan Ramondo Gascaro benar-benar memanjakan telinga. Coba punya CD soundtracknya... Semua adegan benar-benar cocok dengan musiknya. Dan itu menambah kenikmatan menonton yang sudah dibuat bagus dari akting jempolan dan dialog-dialognya.

Overall, film ini bagus SEKALI!! Ada kelemahan? ada, tapi saya benar-benar menyukainya.

5 of 5

1 komentar: