Senin, 21 Juni 2010

Tanah Air Beta (2010)

SINOPSIS

1998. Timor-Timur memutuskan berpisah dari Indonesia. Antara argumen bahwa Indonesia atau Timor Lestekah yang nantinya akan menjadi negara yang lebih baik, banyak keluarga yang berpisah karena perbedaan argumen tersebut. Seorang guru sekolah sederhana, Tatiana (Alexandra Gottardo) terpaksa berpisah dengan anaknya yang paling tua, Mauro yang ikut dengan pamannya di Timor Leste dan tinggal di Kupang bersama anaknya yang satu lagi, Merry (Griffit Patricia). Mereka hidup berdampingan dengan suami istri Cina pemilik toko kelontong. Mereka juga bersahabat dengan Abu Bakar (Asrul Dahlan), pria keturunan Arab yang merawat teman sebaya Merry, Carlo (Yehuda Rumbindi) yang baru saja menjadi yatim piatu. Potret sosial keadaan di sana menjadi bumbu perjuangan Tatiana agar bisa mempertemukan kembali Merry dengan Mauro.

REVIEW

Rasa nasionalis yang kita dapatkan dari film ini adalah moral terbesar (sekaligus plot) yang diusung sepanjang film berlangsung. Apalagi ditambah trailer dan promosi yang tak kunjung habisnya diberbagai media. Termasuk TV, Internet, Koran, apalagi setelah pasangan pendiri Alenia Pictures, Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen membawa Yehuda Rumbindi ke acara Kick Andy untuk diwawancarai. Pasti miris, mengetahui fakta bahwa potret yang disajikan lewat film ini masih berlangsung disana. Dimana lebih dari 70,000 keluarga berpisah.

Itulah. Moral. Itulah yang menjadikan film ini bagus. Soal akting? Mereka dengan handal bisa menghayati ekspresi mereka seakan mereka benar-benar telah lama hidup disana. Semua pandangan yang iba itu masih terpintas saja. Dari departemen sinematografi, Ical F. Tanjung yang biasa mengurusi film-film yang seringnya bersetting indoor membuat sebuah perubahan yang cukup signifikan. Ia lebih suka memotret adegan pemandangan yang tidak terlalu sering, dan dicampurkan dengan dialog dan adegan plotnya. Hal itu menjadikan film ini sangat padat. Dari musik, pasangan Aksan dan Titi Sjuman, berkali-kali menampilkan sebuah scoring yang mereka buat dan direpeat terus hingga film usai. Tanpa sedikitpun pemotongan, setiap 10 menit scoring tersebut diperdengarkan. Setelah musik selesai, ditambahkan sedikit nuansa musik yang biasa kita dengar di film drama anak-anak. 

Plotnya sendiri, mempunyai basic yang sangat kuat untuk mendukung terjadinya sebuah klimaks yang hebat. Plot ini dalam pembuatannya sudah didukung materi akting dan kru yang terbaik. Sehingga, plot ini seharusnya bisa menjadi sama bagusnya. Tetapi, film ini mempunyai banyak adegan subplot yang tidak terlalu penting untuk disimak, keadaan-keadaan humor yang malah garing dan berlanjut, membuat intisari film menjadi kurang mengena. Akting yang disuguhkan sangat membantu kekurangan ini. Klimaks yang ditawarkan, sudah terlihat sejak 40 menit sebelum akhir film, dimana para penonton sudah berbenak bahwa akhirnya keluarga ini akan bersama kembali. Ditambah segala rintangan yang dihadapi di perjalanan, barulah detik-detik menjelang pertemuan akan tiba. Kita pasti mengharapkan sesuatu yang mengharukan seperti di Emak Ingin Naik Haji yang berhasil dalam klimaks dari plot yang sederhana.

KLIMAKSpun tiba secara garing. Mauro yang beribu dan beradik wajah Timor banget, ternyata mukanya tanpa ada ekspresi apapun. Ia hanya memandangi angin kosong. Padahal tujuan banyak menit-menit disini adalah membimbing aktris utama menuju dirinya. Apakah pemeran Mauro tahu, dirinya punya tugas berat yang harus diemban? Setelah pertemuan Mauro dengan Merry, Tatiana datang. Tatianapun tidak bermuka cukup ahli untuk hal ini. Alexandra Gottardo sudah menunjukkan akting yang baik dikeseluruhan film. Dan malah di adegan ini ia jeblok. Eksekusi akhir ini menjadi masalah paling mengecewakan sepanjang film berlangsung.

Overall, film ini adalah film sarat pendidikan yang bagus untuk ditonton secara moril. Tapi pengeksekusian plot yang dalam dan bagus yang mengecewakan di akhirnya, membuat sebuah tanda tanya besar di benak kita, karena di sekeliling saya saat di bioskop, banyak yang membisikkan kalimat yang bersinonim dengan maksud: "Cuma segini doang?"

3 of 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar