Erin dan kekasihnya Crispian pergi menuju sebuah rumah besar terpencil di Missouri milik ayah Crispian, Paul dan Aubrey Davidson. Kunjungan ini sebenarnya adalah reuni yang direncanakan oleh keluarga Davidson untuk memperingati hari ulang tahun perkawinan orangtua mereka. Bersama Erin dan Crispian, datang pula kakak Crispian, Drake dan istrinya Kelly, serta adik mereka Felix dan kekasih Felix, Zee, dan si bungsu yang baru kurus, Aimee serta sang kekasih Tariq. Menghindari segala argumen yang ada, mereka berkumpul untuk makan malam. Saat itu, di tengah pertikaian yang tiba-tiba muncul di tengah makan malam, kepala Tariq ditembus oleh panah crossbow. Pembunuhan itu menjadi awal serangkaian pembunuhan yang dikarenakan beberapa orang bertopeng. Dalam semua kepanikan, tak diduga Erin mulai membalas dendam pada para pembunuh itu dengan berbekal keahliannya dari masa kecil yang unik, yakni terlatih untuk hidup dalam bahaya.
RATING
Rated R for Strong Bloody Violence, Language, and Some Sexuality/Nudity
REVIEW
Jagat film slasher atau jagal memang seakan tak pernah berhenti diproduksi sejak lama. Formulanya yang mudah, bombastis, dan telah memiliki fans tersendiri membuat ia menjadi salah satu genre dari B-movie yang tak jarang tembus ke film beraktor kelas A. Sayang, di tengah gempuran spesial efek dan semacamnya belakangan ini, hampir jarang film Hollywood sebagai penelur genre ini menerbitkan film yang favorable bagi penikmat film jagal. Beberapa sutradara jagal legendaris sudah berusaha menciptakan comeback, seperti My Soul to Take dari Wes Craven dan The Ward dari John Carpenter, namun keduanya seperti ditelan ombak kesuksesan film mereka terdahulu.
Film slasher perlahan menjadi kurang menarik, dan kebanyakan hanya kembali me-reka ulang film-film slasher yang laris pada zaman 80-an. Horor juga kebanyakan terpusat pada torture porn seperti Saw maupun Hostel. Beruntung, masih ada film-film keren seperti Cabin in the Woods yang unik itu, Hatchet (kisah slasher yang kayaknya masih belum saya tonton), dan Trick r' Treat. Ada pula yang murni horor seperti The House of the Devil dengan gaya 70-an.
Film You're Next adalah film tahun 2011 yang sudah lama melengang di festival dengan banyak pujian, tetapi ia mulai tayang di bioskop tahun 2013. Hal itu membuat orang bertanya-tanya, memang sebagus apa sih sampai bisa dua tahun ada di festival? Betul saja, pemutaran film yang berbujet 1 juta dolar ini langsung ditebus hingga US$ 20 juta lebih. Film ini juga ada Ti West, punggawa horor-horor bagus era-era sekarang. Saking terkenalnya film ini, saya sampai heran melihat banyak link untuk mengunduh kendati semuanya masih kualitas CAM. Saya sangat tertarik tentu saja, tetapi sangat baik untuk bersabar dan menunggu hingga rilisan yang bagus muncul.
Penantian itu kini terbayar, YES! Saya langsung menonton film ini.
Ketika film ini berakhir, saya tidak tau mau berkomentar apa.
Bagaimana, ya... menurut saya film ini bagus, tapi kok rasanya nanggung gitu lho. Kenapa ya? Mungkin karena saya terlalu banyak berharap pada film ini. Tahu kan, promosi film ini cukup misterius. Hal itu mengingatkan saya pada Cabin in the Woods yang sempat ditunda penayangannya, tetapi ia berhasil menjadi horor yang keren dan berakhir tak terduga. Nah, You're Next membawa kita pada kisah home invasion dan revenge, formula yang (sebentar, saya lihat dulu) ada di 100 film belakangan?
Formula tersebut tampak dekat dengan beberapa film seperti Last House on the Left, I Spit on Your Grave, hingga The Strangers. Namun, bumbu yang jarang dimiliki oleh film jagal zaman sekarang adalah black comedy dan kisah yang "standar saja". Banyak orang yang suka dengan tokoh Erin yang bangkit menjadi pahlawan, namun bagi saya kok rasanya biasa saja. Padahal film yang ada beginiannya jarang lho.
Tak seperti film I Spit on Your Grave, dimana seorang cewek yang habis diperkosa tiba-tiba jadi sangat kreatif hingga seperti penyiksa ulung, You're Next membawa kita untuk bergantung pada Erin, perempuan yang hidup bersama ayahnya yang meyakini bahwa kehidupan dengan barang elektronik akan segera berakhir dan membuat ia harus tangguh dalam bertahan hidup di alam bebas yang penuh bahaya. Kalau ceritanya sudah begini, tinggal satu hal bagaimana caranya menahan para penonton untuk tidak beranjak dari kursi mereka?
Satu hal pertama yang diberikan adalah dialog-dialog (yang sepertinya dimaksudkan untuk) lucu agar kita menjadi tertarik. Yah... adegan si Aimee yang jadi atlet lari itu memang sepertinya berlebihan, tetapi setidaknya campuran itu membuat kita berasa sedikit rileks. Hal kedua yang diberikan tentu saja kekerasan yang mengasyikkan.
Err... kita terlalu lama menyaksikan film pembunuhan yang sadis dengan potong kepala perlahan-lahan atau sebagainya, sehingga kita tak benar-benar menemukan pembunuhan dengan komposisi yang bagus. Nah, film ini baru benar-benar berhasil dalam cara tersebut. Dari kepala yang ditusuk, leher tergorok, kepala dibelah, hingga kepala diblender dan mata ditusuk. Semua itu merupakan pembunuhan yang klasik yang sering terjadi di film horor, tetapi mereka betul-betul tahu bagaimana cara menikmati pembunuhan itu dan menyajikan itu kembali secara baik. Memang, pertamanya kita dikaget-kageti dulu dengan penampakan orang bertopeng kelinci (atau kambing) itu, tapi lama kelamaan, saya jadi nungguin kapan si Erin ini bakal ngelakuin apaan sama penjahatnya.
Satu hal yang terasa sangat membosankan adalah kejutan yang dicoba untuk diberikan Adam Wingard dari skenario karya Simon Barrett. Mulanya, kemisteriusan orang-orang ini saya kira akan bertahan menjadi sesuatu yang taunting seperti The Strangers yang hingga akhir tak diketahui siapa orang-orang yang menginvasi rumah mereka. Ternyata, kemisteriusan film ini luntur, setelah mengetahui bahwa para pembunuh itu adalah sewaan Felix dan Zee untuk mendapatkan warisan orangtua mereka.
Satu dampratan: KLASIK!
Ya Allah, saya lumayan kesel ketika hal itu dikasih tahu. Memang sih, sudah mencurigakan dari awal (little obvious malah) kalau ada orang dalam di permainan ini. Terlebih, film rupanya masih berlangsung lama. Jadi, saya tidak tahu harus berkata apa pada alasan plot yang klasik ini. Mungkin kalau di negara Barat alasan seperti itu jarang dibahas, tetapi kalau di sinetron Indonesia pan seringnya bukan main.
Karena sang penjahat dan pahlawan sudah ketemu, sisanya tampak seperti sekuel Home Alone dengan rating R dan betis yang tertancap kaca. Setidaknya, saya tidak perlu mikir susah-susah lagi. Beberapa adegan sisanya untung bagus, beberapa kali saya menjeda film untuk bernapas sejenak. Kekuatan tensi di film ini bisa dibilang salah satu yang paling kental selain kekerasan. Tensi film "ancaman" dan "teror" selalu ditebar, dan menurut saya, hal itu hanya efektif setengah saja. Mengapa? Karena film ini terlanjur menjadikan tokoh Erin sebagai orang yang kayaknya tak bisa dikalahkan.
Setelah akhir yang disajikan lumayan menghibur, datanglah Crispian, yang ternyata komplotan Felix juga. Jiah, di sini baru kita nampak ke dimensi baru. Crispian sendiri bukan orang yang suka kekerasan. Ia penakut dan baru muncul saat segalanya usai. Nah, bingung kan si Erin. Sudah susah payah ngebunuh keluarga orang lain, eh ternyata satu-satunya orang mutual baginya termasuk komplotan. Ah sudah, daripada nanggung sekalian babat saja.
Sudah deh. Cerita usai. Saya di tengah hiburan merasa sedikit kecewa sih, karena tensi yang baik itu terasa agak kurang di akhir. Entah, saya jadi bingung film ini mau membawakan cerita seperti apa. Bagus dan seru sih, tetapi saya kurang suka cara cerita ini mengungkapkan bagiannya. Erin memang menjadi obat rindu bagi kalian yang benci dengan aktris cewek di film horor yang tak berdaya, namun kejutan yang ditawarkan terus mengganggu saya. Seandainya di balik topeng itu mukanya rata, kan tambah keren.
Bagaimanapun, jelas You're Next di samping plotnya yang kurang memuaskan saya, telah berhasil memukau banyak orang dan memberikan bagaimana seharusnya sebuah film slasher dilakonkan. Biasa. Tapi menghibur. Mungkin itulah yang berusaha ia sajikan, tak perlulah kita sedikit sedikit mikir. Apalagi ada konten revenge, sehingga kita merasa puas menghajar semua penjahat itu. Bagi orang-orang yang sudah lama tidak menonton film slasher (di antara gempuran horor supernatural yang buanyak itu), film ini jelas pilihan terbaik bagi anda. Saya sih belum tahu kayak apa slasher yang lain yang kira-kira rilis, tetapi mumpung film ini masih anget, silakanlah nikmati. Tapi jangan berekspetasi film ini akan mengejutkan anda begitu heboh.
80%
Tidak ada komentar:
Posting Komentar