Selasa, 21 Januari 2014

[REVIEW] Hatchet (2006)

SINOPSIS
Pada perayaan Mardi Gras, Ben dan Marcus berniat mengikuti sebuah tur rawa berhantu yang terletak di kawasan itu, di New Orleans. Tur malam hari itu ternyata cukup ramai, ada Shapiro pembuat film softporn dan aktrisnya Misty dan Jenna. Bersama itu ada pula suami istri Jim dan Shannon Permatteo juga seorang perempuan yang diam bernama Marybeth. Dilengkapi dengan sang pemandu Shawn yang belum begitu berpengalaman, mereka pergi menelusuri rawa tersebut.

Di tengah rawa, kapal mereka tenggelam dan membuat mereka harus mendarat, tepat di depan rumah Victor Crowley. Menurut legenda lokal, ia adalah anak dengan fisik yang kurang sempurna sehingga tubuhnya dianggap mengerikan oleh orang lain. Ia dan ayahnya Thomas tinggal di tengah rawa itu. Pada malam Halloween, anak-anak yang iseng melemparkan petasan yang berubah menjadi api yang membakar kediaman Crowley. Sang ayah mencoba membuka pintu itu dengan kapak, namun tak tahu kalau sang anak tengah bersandar di pintu itu. Victor pun mati dalam kecelakaan tersebut. Setelah sang ayah mati, mulai banyak orang yang menghindari rawa itu hingga secara resmi ditutup. Banyak yang mengatakan di hari kematiannya, ia akan membunuh siapa saja yang mendekati rumahnya, masuk ke rawanya.

Marybeth yang membawa pistol untuk mencari keberadaan kakak dan ayahnya yang hilang di rawa itu bersama dengan seluruh peserta tur, akan menghadapi tur paling menakutkan dalam hidup mereka.


RATING
Original MPAA rating is NC-17 for extreme violence and gore, then suggested MPAA cut movie rating is R for strong bloody horror violence/gore throughout, nudity, and language throughout

REVIEW
Aduh, baru kali ini saya paham yang namanya comedy horror. Maafkan saya, tetapi dibandingkan film You're Next yang disukai banyak orang itu, menurut saya sudah jelas film ini lebih menyenangkan untuk para penggemar slasher. Kita mendapatkan semua formula yang sudah kita ketahui bersama tentang slasher dan dengan segala unsur kocaknya, kita akan mendapatkan slasher popcorn paling menghibur yang pernah saya tonton. Kita tak akan menemukan sesuatu yang pintar, tentu saja, ini adalah surga bagi penggemar slasher sejati untuk menontonnya! Tagline-nya pun jelas, "Old School American Horror"
Film Hatchet sudah lucu dari posternya yang sederhana itu. Ini bukan sekuel, remake, apalagi berasal dari film Jepang itu, sebuah sindiran terhadap horor Amerika yang kala itu tengah galau identitas dengan hal-hal tersebut. Amerika memang harusnya bisa berbangga diri terhadap genre kelas B ini, dan mereka malah berupaya sebaik mungkin agar meng-Amerika-kan semua sajian dari film luar negeri. Sudah merusak negara lain, tidak cukup merusak film negara lain, apa?!

Semua hal-hal yang bisa ditemukan di SEMUA film slasher atau jagal bisa ditemukan di film ini. Yah... tidak semua sih, karena di film ini kita tak menemukan satupun rumah tempat mereka bernaung. Mereka punya darah, punya legenda lokal, punya pembunuh dengan ikon yang jelas, punya bitches, punya cewek alim, dan punya sekelompok cowok tolol, ditambah suami istri tua sebagai pembuka acara berdarah. Menariknya, di film ini banyak nama-nama terkenal yang kita paham, sering ada di film horor seperti Kane Hodder (Jason), Robert Englund (Freddy), dan Tony Todd (Candyman).

Sungguh, tak perlu mengernyitkan mata melihat semua kekejaman di sini karena bisa saya jamin mereka semua istilahnya sangat "menyenangkan" bagi para penggemar jagal. Cara Victor Crowley menarik tubuh orang (hingga putus), memenggal, meremukkan tubuh orang, melempar dengan pagar, hingga memutilasi. Oh tidakkk... surga untuk para penggemar jagal. Tak perlu juga untuk berpikir pada hal-hal yang mungkin terlalu berat karena dia tak punya hal seperti itu. Yang kamu butuhkan cuma makanan dan minuman untuk mulai berpesta dengan ini film!

Saya semangat bener.

Kalau dilihat dari orisinalitas, lewat cara apapun, memang ini film menggunakan nyaris semua teknik dan pakem-pakem yang banyak kita lihat dari film jagal, kendati di sini menggunakan cerita baru. Itu tak terlalu penting sih, sebenarnya karena kita hanya mau melihat mereka mati. Hiburan selanjutnya adalah kekentalan komedi di film ini yang memuaskan. Kita tahu bahwa ada tokoh "perempuan nakal yang mati" dan itu benar-benar dieksplor seluruhnya oleh sutradara/penulis film ini, Adam Green. Mereka benar-benar ditampilkan begitu bodoh, lucu, dan tanpa sama sekali pertimbangan. Bonus tambahan, dalam prosesnya, film ini menerapkan "no-CGI" untuk membuat adegan film lebih nyata. Memang sih, segala adegan gore yang di-zoom itu benar-benar patut diapresiasi. Apalagi kalau si pembunuh sudah "dibunuh" saat durasi film masih 15 menitan lagi, jangan percaya kalau itu artinya si korban sudah selamat. Kalau tinggal beberapa detik mah, kemungkinan selamat itu besar.

Sesungguhnya, film ini merupakan cerminan bagaimana film jagal yang memuaskan dibuat. Kita disuguhkan nuditas, kekonyolan, bahasa, dan kekerasan yang berturut-turut. Memang tak disarankan untuk yang lemah jantung dan sebagainya, namun bagi yang ingin melihat film jagal yang menostalgiakan, jelas Hatchet tak bisa dilewatkan sama sekali. Dulu sekali saya sempat menontonnya dalam DVD bajakan yang 10 in 1 (paket DVD paling aneh sedunia, dimana mereka akan asal memasukkan semua film itu hanya dari sampul) dan posternya pun bisa dibilang SANGAT tidak menarik. Sangat kelihatan film B 'kan? Masalahnya, film B sekarang tidak menggunakan kamera yang bagus sehingga tidak terasa seperti film betulan. Untunglah film ini tak demikian.
Cipratan darah yang banyak, ketololan dan kekonyolan karakternya, serta tentu saja si Victor Crowley yang belum cukup diungkapkan tentang keberadaan sebenarnya, hantu atau bukan. Iya sih, kalau begini baru terasa kalau film jagal memang bisa dikatakan tak berisi orang yang bisa melawan penjahatnya. Kalau penjahatnya adalah pembunuh profesional yang masih mempunyai perasaan manusiawi, saya pikir itu bisa dilawan. Tapi kalau Erin melawan Victor Crowley, yakin saya dia bakal terkena luka yang parah (atau mati paling tidak).

Film jagal memang kurang mempedulikan bagaimana latar belakang pemeran. Kita tak butuh sesuatu yang membuat kita harus mengasihani mereka. Memang keji, tapi sudah seperti itulah bisnisnya. Dan selama kita tak memikirkan mereka, sajian ini begitu nikmat. Tapi bagaimanapun, sepertinya belum ada film jagal senikmat Scream.

Akhirnya, unduhan Hatchet II selesai juga, jadi sepertinya akan jadi sebuah parade. Mengingat gagal paham saya dengan jump break di Sleepaway Camp, saya putuskan untuk memenggal (aduh, bahasanya) bahasan sekuel film ini jadi bagian tersendiri.
NB: Tapi kebanyakan, saya lupa mana bagian pembunuhan yang paling bagus. Bukan karena terlalu banyak, tapi entah mengapa kurang memorable.

91%

Tidak ada komentar:

Posting Komentar