SINOPSIS
26 sutradara yang mewakili 26 alfabet. Akan mengajarkan kepada
penontonnya apa arti kematian. 26 alfabet yang mewakili 26 mozaik. Akan
mengajarkan kepada penontonnya apa arti kematian.
Ini tidak mendidik
REVIEW
NR. My suggested rating is
NC-17 for extreme graphic violence
REVIEW
Sakit. Gila. Psiko. Jorok. Goblok. Parah. Sadis. Kyahahaha. Klasik.
Apaan nih? Oke deh. Iyuuh. Ciyus loh, udah selesai? Errr. Bisa tolong ulang adegan tadi? Eh!!! Kok
gitu? Nggak ngerti.
Silakan anda mengomentari film ini. Ada 26 cerita (dengan durasi 145
menit) memang sangat berlebihan. Dan boleh-boleh saja mengomentari semuanya.
Nah, entah kenapa tak satu pun di film ini yang menurut saya benar-benar
menarik perhatian. Satu-satunya yang menarik perhatian, ya untuk segmen L dari Timo Tjahjanto yang mengherankan
saya. Oh ya, biar tidak bingung,
·
A is for Apocalypse (Nacho
Vigalondo)
·
B is For Bigfoot (Adrian Garcia
Bogliano)
·
C is for Cycle (Ernesto Diaz
Espinoza)
·
D is for Dogfight (Marcel
Sarmiento)
·
E is for Exterminate (Angela
Bettis)
·
F is for Fart (Noboru Iguchi)
·
G is for Gravity (Andrew Traucki)
·
H is for Hydro-Electric Diffusion
(Thomas Malling)
·
I is for Ingrown (Michael Grau)
·
J is for Jidai-geki (Samurai
Movie) (Yudai Yamaguchi)
·
K is for Klutz (Morgenthaler)
·
L is for Libido (Timo Tjahjanto)
·
M is for Miscarriage (Ti West)
·
N is for Nuptials (Banjong
Pisanthanakun)
·
O is for Orgasm (Bruno Forzani
& Héléne Cattet)
·
P is for Pressure (Simon Rumley)
·
Q is for Quack (Adam Wingard &
Simon Barretti)
·
R is for Removed (Srdjan
Spasojevic)
·
S is for Speed (Jake West)
·
T is for Toilet (Lee Hardcastle)
·
U is for Unearthed (Ben Wheatley)
·
V is for Vagitus (The Cry of a
Newborn Baby) (Kaare Andrews)
·
W is for WTF! (Jon Schnepp)
·
X is for XXL (Xavier Gens)
·
Y is for Youngbuck (Jason Eisener)
·
Z is for Zetsumetsu (Extinction)
(Yoshihiro Nishimura)
Nah, sebenarnya dari film ini kita bisa mengetahui apa sebenarnya
pikiran para sutradara horor di dunia. Maksud saya, mereka kan diberi hak untuk
membuat tanpa campur tangan produser, makanya kita bisa lihat apakah horor itu
generik? Nah, setidaknya banyak yang berpikir mengenai seks dalam horor. Baik
sebagai tema ataupun imbuhan. Ada segmen L dan segmen O (yang setidaknya cukup
ekspilisit) dan segmen P serta segmen Y. Heran juga saya, Timo Tjahjanto bisa
membuat film seeksplisit ini. Mungkin, inilah segmen yang paling frontal. Saya
kaget saat ada nuditas yang keras disini. Apa yang main benar-benar orang
Indonesia semua? Sepertinya tidak mungkin. Eh, tapi mungkin saja, ding.
Sekarang kan Indonesia makin “terbuka” dan makin “idealis”.
Selain itu, banyak yang membuat dalam media animasi seperti di segmen
K, segmen H (tidak juga sih, tapi rasanya cukup other world), dan segmen T. Mereka cukup violent dalam menyajikannya. Eh? Lebih pintar dan lebih kelam dari Happy Tree Friends, saya lebih suka
segmen K. Hahaha. Seonggok kotoran yang tidak mau dipisahkan dengan sarangnya.
Saya merasa biasa saja dengan segmen T yang terpilih menjadi segmen terbaik di
film ini pada saat debutnya.
Ada juga yang memutuskan untuk menjadi klasik dengan segmen B, segmen
U, dan segmen M. Cukup light saat
segmen N karya Banjong Pisanthanakun muncul dan komedi. Segar, lah. Tapi jangan
lupakan Xavier Gens yang sadis. Ingat karya fenomenalnya Frontiers? NC-17? Nah, dia muncul kembali dengan segmen X yang menurut
saya paling sakit. Yah, jangan ditonton untuk para cewek chubby yang terlalu desperate.
Entah idenya apaan, tapi cara menguruskan badan seperti yang dipraktikkan di
segmen ini sangat efektif! Beberapa jam saja dan anda sudah menjadi kurus!
Hati-hati efek sampingnya, ya...
Segmen V menyajikan eksyen yang kental. Sebel juga karena ada adegan
bayi mati. Tapi ada adegan revenge-nya
kok. Tenang aja. Seperti yang saya pikirkan, ada segmen yang membahas dirinya
sendiri. Ada Segmen Q dan segmen W. Yah, mungkin karena terlalu sulit, jadinya
mereka buat yang aneh-aneh. Segmen Q sama ringannya dengan segmen N. Bagaimana
mereka begitu sulit menemukan kata yang cocok dari Q. Sementara itu segmen W
lebih.... lebih gila... Kayak semua elemen yang mereka pikirkan muncul dan
menyerang begitu saja ke studio mereka. Yah, cerita ini kosong sekali. Tidak
ada intinya.
Jepang menyumbangkan tiga segmen yang sama-sama aneh. Segmen F, segmen
J, dan segmen Z. Segmen F menyuguhkan adegan yuri yang terkover dengan kentut.
Aneh? Tonton saja sendiri. Segmen J terlihat berusaha konyol, tapi saya malah
merasa kosong. Spesial untuk muka si samurai yang jadi aneh-aneh. Dan yang
paling membingungkan ya segmen Z. Ini sama campur aduk dengan segmen W.
Dipenuhi dengan keeksplesitan khas Yoshihiru Nishimura yang membuat Mutant Girls Squad. Dapat dibayangkan
seperti apa segmen ini.
Dari semua yang mega, segmen G dan segmen D terlihat kacang. Tapi,
menurut saya segmen G lah yang paling natural dan biasa. Tapi ia benar-benar
mengajarkan mengenai kematian. Kecelakaan. Mudah, bukan? Segmen D menurut saya
kurang menggigit, tapi ia punya sinematografi yang paling baik. Salah satu
segmen favorit saya. Segmen A mengambil cerita yang begitu tiba-tiba. Dia
ternyata bisa abadi selama setahun!
Segmen E langsung mengingatkan saya pada segmen The List di film Takut. Segmen
C mengingatkan saya pada film Triangle.
Segmen L mengingatkan saya pada Rumah
Dara. Bukan dari ceritanya, tapi settingnya.
Segmen-segmen lainnya, menurut saya biasa saja. Yah, mungkin yang
paling menarik memang segmen L yang memuaskan dari segala sisi. Segmen T juga
turut menghibur karena ia masuk ke mengajarkan kematian kepada anak-anak dengan
cara yang benar-benar efektif.
Sulit untuk mengatakan film The
ABCs of Death itu bagus. Saya masih merasa film ini terlalu panjang dan
mungkin overrated. 145 menit dengan
26 segmen berbeda jujur membuat saya bosan menontonnya. Satu-satunya motivasi
saya menyelesaikan film ini sampai habis adalah karena berharap semoga segmen
selanjutnya lebih baik dari segmen sebelumnya. Cerita yang ada semua berdiri
sendiri dan ada yang mudah untuk dilepaskan. Untuk mengomentari ini saja, saya
bolak-balik untuk mengetahui ceritanya. Yah... kelemahan terbesar sekaligus
kelebihannya terletak di variasi segmennya. Kita dihadapkan pada rasa penasaran
dan rasa bosan. Makannya review film
ini juga rata-rata mixed. Coba lain
kali, buat filmnya lebih tertata. Maksudnya, The ABCs of Death menurut saya kadang diartikan sebagai horor oleh
sutradaranya. Mungkin kalau teror atau horor lebih cocok. Misalnya, kalau
diberikan skenario awal dan disuruh mengembangkannya akan terasa lebih menarik.
Rating film ini juga saling tumpang tindih. Segmen G itu mungkin bisa
dibilang PG. Segmen B bisa dibilang PG-13 dan lainnya R. Eh, segmen X menurut
saya NC-17. Keputusan yang bagus untuk tidak dirating. Yah, kalau di Parents
Guide IMDb, semuanya masuk. Sex and
Nudity akan dijawab segmen L, Violence
and Gore akan dijawab segmen X (tambah segmen P yang Cuma satu adegan tapi
kasiaaaan banget), Profanity akan
dijawab... segmen W aja deh, segmen S akan menjawab Alcohol and Drug Use yang langsung menjadikan film ini R, dan frightening and intense scenes akan
dijawab... segmen X kali, ya (dan banyak segmen lain). Sekadar info kalau film
ini ada sekuelnya di tahun 2014. Dan tahu tidak, saya akan kembali mencari torrent-nya.
NB. Dulu ada wacana kalau mau dibuat rating di antara R dan NC-17 yang
kemudian dibatalkan. Kalau rating itu jadi, menurut saya film ini akan
mendapatkan rating tersebut.
62%
Tidak ada komentar:
Posting Komentar