Jumat, 13 Desember 2013

The ABCs of Death (2012)

SINOPSIS
26 sutradara yang mewakili 26 alfabet. Akan mengajarkan kepada penontonnya apa arti kematian. 26 alfabet yang mewakili 26 mozaik. Akan mengajarkan kepada penontonnya apa arti kematian.
Ini tidak mendidik

REVIEW
NR. My suggested rating is NC-17 for extreme graphic violence
REVIEW
Sakit. Gila. Psiko. Jorok. Goblok. Parah. Sadis. Kyahahaha. Klasik. Apaan nih? Oke deh. Iyuuh. Ciyus loh, udah selesai? Errr. Bisa tolong ulang adegan tadi? Eh!!! Kok gitu? Nggak ngerti.
Silakan anda mengomentari film ini. Ada 26 cerita (dengan durasi 145 menit) memang sangat berlebihan. Dan boleh-boleh saja mengomentari semuanya. Nah, entah kenapa tak satu pun di film ini yang menurut saya benar-benar menarik perhatian. Satu-satunya yang menarik perhatian, ya untuk segmen L dari Timo Tjahjanto yang mengherankan saya. Oh ya, biar tidak bingung,
·         A is for Apocalypse (Nacho Vigalondo)
·         B is For Bigfoot (Adrian Garcia Bogliano)
·         C is for Cycle (Ernesto Diaz Espinoza)
·         D is for Dogfight (Marcel Sarmiento)
·         E is for Exterminate (Angela Bettis)
·         F is for Fart (Noboru Iguchi)
·         G is for Gravity (Andrew Traucki)
·         H is for Hydro-Electric Diffusion (Thomas Malling)
·         I is for Ingrown (Michael Grau)
·         J is for Jidai-geki (Samurai Movie) (Yudai Yamaguchi)
·         K is for Klutz (Morgenthaler)
·         L is for Libido (Timo Tjahjanto)
·         M is for Miscarriage (Ti West)
·         N is for Nuptials (Banjong Pisanthanakun)
·         O is for Orgasm (Bruno Forzani & Héléne Cattet)
·         P is for Pressure (Simon Rumley)
·         Q is for Quack (Adam Wingard & Simon Barretti)
·         R is for Removed (Srdjan Spasojevic)
·         S is for Speed (Jake West)
·         T is for Toilet (Lee Hardcastle)
·         U is for Unearthed (Ben Wheatley)
·         V is for Vagitus (The Cry of a Newborn Baby) (Kaare Andrews)
·         W is for WTF! (Jon Schnepp)
·         X is for XXL (Xavier Gens)
·         Y is for Youngbuck (Jason Eisener)
·         Z is for Zetsumetsu (Extinction) (Yoshihiro Nishimura)

Nah, sebenarnya dari film ini kita bisa mengetahui apa sebenarnya pikiran para sutradara horor di dunia. Maksud saya, mereka kan diberi hak untuk membuat tanpa campur tangan produser, makanya kita bisa lihat apakah horor itu generik? Nah, setidaknya banyak yang berpikir mengenai seks dalam horor. Baik sebagai tema ataupun imbuhan. Ada segmen L dan segmen O (yang setidaknya cukup ekspilisit) dan segmen P serta segmen Y. Heran juga saya, Timo Tjahjanto bisa membuat film seeksplisit ini. Mungkin, inilah segmen yang paling frontal. Saya kaget saat ada nuditas yang keras disini. Apa yang main benar-benar orang Indonesia semua? Sepertinya tidak mungkin. Eh, tapi mungkin saja, ding. Sekarang kan Indonesia makin “terbuka” dan makin “idealis”.
 
Selain itu, banyak yang membuat dalam media animasi seperti di segmen K, segmen H (tidak juga sih, tapi rasanya cukup other world), dan segmen T. Mereka cukup violent dalam menyajikannya. Eh? Lebih pintar dan lebih kelam dari Happy Tree Friends, saya lebih suka segmen K. Hahaha. Seonggok kotoran yang tidak mau dipisahkan dengan sarangnya. Saya merasa biasa saja dengan segmen T yang terpilih menjadi segmen terbaik di film ini pada saat debutnya.

Ada juga yang memutuskan untuk menjadi klasik dengan segmen B, segmen U, dan segmen M. Cukup light saat segmen N karya Banjong Pisanthanakun muncul dan komedi. Segar, lah. Tapi jangan lupakan Xavier Gens yang sadis. Ingat karya fenomenalnya Frontiers? NC-17? Nah, dia muncul kembali dengan segmen X yang menurut saya paling sakit. Yah, jangan ditonton untuk para cewek chubby yang terlalu desperate. Entah idenya apaan, tapi cara menguruskan badan seperti yang dipraktikkan di segmen ini sangat efektif! Beberapa jam saja dan anda sudah menjadi kurus! Hati-hati efek sampingnya, ya...

Segmen V menyajikan eksyen yang kental. Sebel juga karena ada adegan bayi mati. Tapi ada adegan revenge-nya kok. Tenang aja. Seperti yang saya pikirkan, ada segmen yang membahas dirinya sendiri. Ada Segmen Q dan segmen W. Yah, mungkin karena terlalu sulit, jadinya mereka buat yang aneh-aneh. Segmen Q sama ringannya dengan segmen N. Bagaimana mereka begitu sulit menemukan kata yang cocok dari Q. Sementara itu segmen W lebih.... lebih gila... Kayak semua elemen yang mereka pikirkan muncul dan menyerang begitu saja ke studio mereka. Yah, cerita ini kosong sekali. Tidak ada intinya.

Jepang menyumbangkan tiga segmen yang sama-sama aneh. Segmen F, segmen J, dan segmen Z. Segmen F menyuguhkan adegan yuri yang terkover dengan kentut. Aneh? Tonton saja sendiri. Segmen J terlihat berusaha konyol, tapi saya malah merasa kosong. Spesial untuk muka si samurai yang jadi aneh-aneh. Dan yang paling membingungkan ya segmen Z. Ini sama campur aduk dengan segmen W. Dipenuhi dengan keeksplesitan khas Yoshihiru Nishimura yang membuat Mutant Girls Squad. Dapat dibayangkan seperti apa segmen ini.
 
Dari semua yang mega, segmen G dan segmen D terlihat kacang. Tapi, menurut saya segmen G lah yang paling natural dan biasa. Tapi ia benar-benar mengajarkan mengenai kematian. Kecelakaan. Mudah, bukan? Segmen D menurut saya kurang menggigit, tapi ia punya sinematografi yang paling baik. Salah satu segmen favorit saya. Segmen A mengambil cerita yang begitu tiba-tiba. Dia ternyata bisa abadi selama setahun!

Segmen E langsung mengingatkan saya pada segmen The List di film Takut. Segmen C mengingatkan saya pada film Triangle. Segmen L mengingatkan saya pada Rumah Dara. Bukan dari ceritanya, tapi settingnya.

Segmen-segmen lainnya, menurut saya biasa saja. Yah, mungkin yang paling menarik memang segmen L yang memuaskan dari segala sisi. Segmen T juga turut menghibur karena ia masuk ke mengajarkan kematian kepada anak-anak dengan cara yang benar-benar efektif.

Sulit untuk mengatakan film The ABCs of Death itu bagus. Saya masih merasa film ini terlalu panjang dan mungkin overrated. 145 menit dengan 26 segmen berbeda jujur membuat saya bosan menontonnya. Satu-satunya motivasi saya menyelesaikan film ini sampai habis adalah karena berharap semoga segmen selanjutnya lebih baik dari segmen sebelumnya. Cerita yang ada semua berdiri sendiri dan ada yang mudah untuk dilepaskan. Untuk mengomentari ini saja, saya bolak-balik untuk mengetahui ceritanya. Yah... kelemahan terbesar sekaligus kelebihannya terletak di variasi segmennya. Kita dihadapkan pada rasa penasaran dan rasa bosan. Makannya review film ini juga rata-rata mixed. Coba lain kali, buat filmnya lebih tertata. Maksudnya, The ABCs of Death menurut saya kadang diartikan sebagai horor oleh sutradaranya. Mungkin kalau teror atau horor lebih cocok. Misalnya, kalau diberikan skenario awal dan disuruh mengembangkannya akan terasa lebih menarik.

Rating film ini juga saling tumpang tindih. Segmen G itu mungkin bisa dibilang PG. Segmen B bisa dibilang PG-13 dan lainnya R. Eh, segmen X menurut saya NC-17. Keputusan yang bagus untuk tidak dirating. Yah, kalau di Parents Guide IMDb, semuanya masuk. Sex and Nudity akan dijawab segmen L, Violence and Gore akan dijawab segmen X (tambah segmen P yang Cuma satu adegan tapi kasiaaaan banget), Profanity akan dijawab... segmen W aja deh, segmen S akan menjawab Alcohol and Drug Use yang langsung menjadikan film ini R, dan frightening and intense scenes akan dijawab... segmen X kali, ya (dan banyak segmen lain). Sekadar info kalau film ini ada sekuelnya di tahun 2014. Dan tahu tidak, saya akan kembali mencari torrent­-nya.

NB. Dulu ada wacana kalau mau dibuat rating di antara R dan NC-17 yang kemudian dibatalkan. Kalau rating itu jadi, menurut saya film ini akan mendapatkan rating tersebut.


62%

Tidak ada komentar:

Posting Komentar