Sabtu, 14 Desember 2013

Blood: The Last Vampire (2000)

SINOPSIS
1966. Saya, seorang gadis pemburu chiropterate, makhluk seperti kelelawar yang bisa menyamar jadi manusia, memburu mereka hingga di sebuah sekolah dekat airbase Amerika Serikat di Jepang.

RATING
Suggested rating is R for strong bloody violence/gore

REVIEW
Ternyata inilah film yang menjadi cikal bakal franchise Blood menjadi manga, anime, dan film live-action. Film yang tidak saya sangka berdurasi 48 menitan ini (atau 50 menit menurut Wikipedia), menceritakan begitu singkat tentang apa yang sebenarnya terjadi di film ini.

Kita langsung disuguhkan tentang Saya yang membunuh seorang lelaki yang dikira chiropteran, ini kayak setan yang entah makannya apa, tapi digeneralisasikan sebagai vampire. Saya juga termasuk ke dalam chiropterans ini tapi dia gak bunuh manusia. Memang sayanya yang kurang paham atau bagaimana, pokoknya Saya ini orang yang misterisu dan seterusnya.
Setelah kesadisan (yang gak terlalu kelihatan juga), kita langsung diseret ke Saya yang memburu makhluk itu sisanya. Ada pula dihadirkan sedikit subplot ia mencari pedang yang baru. Kita tak pernah diperkenalkan, apa organisasi mereka, apa asal-usul Saya, apa dan apa terus mengalir di benak saya selama film singkat ini berlangsung. Intinya, saya jelas menginginkan sekuel dari anime yang lumayan sadis ini.

Animasinya bagus dan keren, ini merupakan film 2000 yang cukup tinggi kualitasnya, mungkin anda bakal mengingat Highschool of the Dead yang porno itu, tetapi film ini lebih serius dan menyenangkan untuk diikuti. Kita bahkan tidak melihat apa tujuan chiropterans itu berkeliaran, dan mengapa mereka kabur, ahhh, lagi-lagi pertanyaan. 
Untuk ukuran sebuah film anime, jelas film ini sangat mumpuni, ia langsung serius tanpa pembukaan. Seakan, kita hanya melihat sekilas dari hidup Saya. Sedikit potongan dipinjam untuk diputar dan disebarluaskan, dan hanya itu yang tersisa. Saya juga menyukai adanya peran Makiho yang menjadi side kick yang tak disadari. Seandainya saya menonton film ini lebih cepat.

Suguhan kesadisan yang diberikan sangat cepat dan memang kekhaasan anime yang saya rasakan, mereka tidak terlalu frontal dalam memberikan gore. Misalnya, saat Saya memotong Linda, kita cuma diberikan sedikit brief tentang tubuh Linda yang dipotong. Adegan slaying paling jelas cuma satu, yakni ketika Saya baru mendapatkan pedang dan langsung SYAT! memotong tubuh si setan (saya agak sebel mau nulis nama itu, sudah susah dihapal, harus italik lagi). 

Film ini merupakan film yang terkenal, namun bagi saya film ini ya.. biasa saja karena saya mulanya terbiasa dengan film anime zaman sekarang yang grafisnya lebih bagus. Film ini sayangnya, walaupun mempunyai original screenplay dan mencapai kesuksesan, kenapa tidak diadakan lagi sekuelnya? Film 48 menit!! Siapa yang mau menonton segitu pendeknya?? Maka itu banyak spin-off nya. Apa ya salah satu film yang kayak begini juga? Yang cuma sekali tapi banyak influence-nya? Kayaknya film zaman dahulu sering, tuh.

Satu lagi, saya cukup heran ternyata tokoh Saya di sini tidak terlalu cantik, maksudnya ketika saya melihat preview dari film live-action-nya, saya mengira film ini buat yang seifuku-fetish (suka sama seragam-seragam gitu, coba nonton MV Nogizaka46, Barette). Ternyata, di film ini bahkan kita sama sekali tidak melihat nuditas atau apapun, terlebih karena tokoh Saya juga dibawa ke elemen serius dan tidak ada bercandaan, mungkin sedikit. Jelas inilah mungkin salah satu dari beberapa film di Jepang yang terlalu serius dengan karyanya sehingga tak memberikan fan service sama sekali. Aplaus kalau begitu, di antara film Jepang sekarang yang...
75% (15% sisanya karena durasi yang terlalu pendek)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar