Jumat, 13 Desember 2013

Quarantine 2: The Terminal (2012)

SINOPSIS                                                                             Penerbangan yang dilewatkan oleh sebuah rombongan suster menjadi sebuah mimpi buruk bagi penumpangnya. Setelah amukan seseorang yang tergigit tikus berhasil dipadamkan, mereka disuruh mendarat di sebuah bandara dimana terminalnya sudah ditutup dan dikarantina. Pada malam yang sama dimana Angela diseret menuju kegelapan, pada malam yang sama dimana virus ganas menyebar, kau akan berharap akan melewatkan penerbangan ini.

RATING
R for bloody horror violence, terror, language and brief sexual content

REVIEW
Setelah lihat di Wikipedia, kok disana ada link ke sebuah film berjudul Flight of the Dead yang nyaris sama ceritanya. Saya masih nggak punya ide kenapa ada link itu dan maksudnya apa. Apakah karena ceritanya sama? Exorcist: The Beginning sama Dominion: Prequel to the Exorcist saja tidak segitunya.
Ciuman yang menggetarkan dunia perfilman

Dibawa pada penerbangan kali ini, kita masih menemukan beberapa adegan klasik. Yang saya heran masih menjangkiti perfilman horror Amerika adalah beberapa adegan standar, salah satunya adalah adegan hei-kamu-nggak-papakan? Yang sudah saya liat di um…. 100 film terakhir? Kayaknya horor sudah mulai menjadi mengerucut, kayaknya tata cara penampakan film Indonesia perlu diadaptasi, deh. Adegan hei-kamu-nggak-papakan? Itu maksudnya pas si pemerannya ingin mengecek apakah lawan mainnya yang tergeletak atau diem ini baik-baik saja atau enggak. Yah, seperti yang sudah diduga ketika tangannya bergerak lebih jauh (apaan nih, maksudnya?) si lawan mainnya jeger! Bangun tiba-tiba sambil memegang tangan si pemerannya atau lawan mainnya bergerak, atau…. Nggak ada apa-apa (tapi masih dapet bonus scoring menyeramkan beberapa saat).

Saya sih tidak terlalu peduli sama langkah pengambilan gambarnya yang berganti dari found footage jadi kamera biasa, sama-sama menyebalkannya. Saya masih ingat nonton Insidious di bioskop yang bukannya menyodorkan si pemerannya untuk dikagetin duluan, eh, malah kameranya jalan duluan. Asem! Nanti masih mau mencoba dengan yang sekuelnya dan The Conjuring. Saya memang kurang suka dengan Saw yang ikonik itu, tapi saya sangat suka film-film ala Dead Silence. Itu gelap dan klasik. Loh, kok ngelantur ke film yang lain??
 
Ketika sudah berada di terminal, semuanya mulai kehilangan tujuan (nah, begitu juga penontonnya) tapi segera muncul kembali harapan-harapan dengan adanya jalan keluar. Bisa dibilang tidak ada yang baru yang bisa ditawarkan oleh film ini. Semuanya terlihat sama. Mungkin yang bagus adalah adegan pas di dalam truk itu. Sama yang deg-degan itu ketika si cowok yang bawa-bawa tikus itu sudah mengungkapkan dirinya adalah bagian dari si sekte. Terus dia suntik matanya!!!!! Arghhhhhh!!!! Sumpe lo? Sumpe lo? Gara-gara film ini saya jadi sering lepas earphone dan membiarkan sedikit suaranya mencak-mencak dari kejauhan. Hihihi, cuma menikmati gambarnya saja. Dari awal, banyak karakter-karakter yang bikin kasihan, tapi namanya juga film beginian, lama-lama sebenarnya kita nggak terlalu peduli siapa yang bakal selamat. Biasanya, yang dipedulikan adalah: setidaknya ada yang selamat. Nah, setidaknya film ini berhasil memancing saya untuk terus menonton hingga akhir tanpa mengintip akhirnya yang telah tertulis di Wikipedia. Hingga akhirnya, ketika si ceweknya ngos-ngosan, endingnya jadi makin pasti. Yang saya yakin memang salah satu di antara dua orang ini akan selamat, dan dengan resminya digigit, maka sudah bisa diputuskan siapa yang masih tetap bertahan hidup.
 
Adegan akhirnya, cukup aneh. Binatang-binatang itu berhasil keluar. Kalau di akal sih nggak masuk banget, soalnya si tikus itu begitu jauhnya dari lokasi ketika ia berkeliaran dan ia muncul setelah si cowoknya pergi.

Oh! Kelupaan. Ada saat-saat dimana mereka tengah dikejar-kejar, saya kok ngerasa mereka begitu mudah ditarik untuk mempercepat bagian akhirnya. Jadinya, saya nggak bisa konsen tentang berapa orang yang ada di film ini. Saya sih akhirnya cuma bisa lihat empat orang yang main. Yang lainnya cuma tempelan saja. Padahal, di pesawat sudah terbangun mood ingin menonton bagaimana akhirnya si ini, si itu. Film ini dengan cepat melupakan mereka.
 
Alhasil, film ini merupakan sebuah film yang tensinya sama seperti presedornya. Keduanya menurut saya bagus. Tapi disini, kita nggak dapat sesuatu yang baru dari genre ini. Tidak untuk mengembangkan cerita Quarantine juga. Jadi, tonton saja dengan tenang dan jangan pernah menutup mata anda. Hihihi….


70%

Tidak ada komentar:

Posting Komentar