Minggu, 22 Desember 2013

[REVIEW]House at the End of the Street (2012)

SINOPSIS
Elissa Cassidy (Jennifer Lawrence) dan ibunya Sarah Cassidy (Elisabeth Shue) yang baru saja pindah ke sebuah kota kecil setelah Sarah dan suaminya bercerai. Mereka tinggal di pinggiran kota tersebut, tepatnya di sebelah rumah yang ternyata dulu pernah terjadi sebuah tragedi pembunuhan. Segera Elissa menyadari bahwa rumah itu tidak kosong, melainkan ditempati anak dari pasangan yang terbunuh, Ryan Jacobson (Max Theriot). Orangtuanya dibunuh oleh adik Ryan sendiri, Carrie Ann yang kini tubuhnya tak pernah ditemukan. Seluruh misteri yang melingkupi rumah itu membuat orang-orang ingin menjauh darinya, hingga di tengah hujan mendadak Elissa menerima tumpangan mobil Ryan...


RATING
Rated PG-13 for intense sequences of violence and terror, thematic elements, language, some teen partying and brief drug material

REVIEW
Ampun, deh. Nggak lagi-lagi cari film thriller sembarangan. Saya peringatkan untuk yang masih penasaran sama akting Jennifer Lawrence di film ini, lebih baik nonton cuplikannya saja. Film berdurasi 101 menit ini benar-benar aduh... apa ya. Saya juga bilang jelek sebenarnya akhirnya bagus, mau bilang akhirnya bagus tapi awalnya nggak mendukung. Yang begitu dinamakan apa ya?

Oke, oke, mari kita kembali dulu pada alasan saya memutuskan untuk menonton film ini. Alasan saya jelas, karena bingung mau nonton film apa. Alhasil, saya teringat film ini sempat merajai box office bahkan di Indonesia sempat diputar kendati terlambat. Kebanyakan orang (seperti saya), kayaknya melihat film ini karena ada faktor Jennifer Lawrence yang berperan sebagai Elissa dengan apik di sini, katanya sih. Ketika saya pertama kali menonton film ini, saya ke Wikipedia dulu untuk melihat akhirnya seperti apa kira-kira (dasar gak niat nonton). Setelah melihat kata kunci Ryan sent to mental institution, agaknya sudah cukup obvious apa yang terjadi di sini, apalagi mengingat sinopsis yang ditawarkan film ini sebenarnya cuma dua-tiga kalimat.
Film ini dimulai dengan adegan seorang perempuan membunuh kedua orangtuanya. Mau dikata apa, saya langsung ingat Nayato. Oh ya ampun, semuanya serasa nostalgia. Hiks. Kami sebagai bangsa Indonesia (mungkin) tidak respek sama apa yang berusaha dilakukan oleh sang sutradara. Kita pun seakan dibuat penasaran dengan itu cewek. Oh ya ampun (lagi), saya mau tetap menonton.

Kemudian kita diberikan Jennifer Lawrence yang maaf, pakaiannya memperlihatkan belahan dadanya terus. Saya jadi agak-agak sebal, nggak nyaman, nggak enak. Pakaian-belahan-dada ini seakan makin sering dipakai hingga akhir film. Saya sudah nggak ngerti lagi apa yang diinginkan agar penonton bisa melihat film ini dengan tenang. Pada 30 menitan pertama, kita sudah dikasih tahu twist Carrie Ann. Saya curiga ada sesuatu apa-apa, tapi saya diam-diam, tak berusaha peduli.

Selanjutnya saya sudah malas cerita, betul. Film ini seperti pembodohan untuk film horor. Oke, kalau film ini mempunyai rentetan twist yang baik. Oke, kalau film ini mempunyai deretan pemain yang baik. Oke, kalau film ini mempunyai jumlah penonton yang baik. Namun, sepanjang dari awal ketemu Ryan sampai kita tahu kenyataannya bahwa Ryan lah Carrie Ann itu sebenarnya, saya sudah nggak terlalu peduli lagi. Saya percepat saya, ya wis ben, benar-benar mereka itu nggak menghargai saya sebagai orang yang ingin tahu. Padahal pemahaman saya terhadap kejutannya salah, lho. Nggak tahu, ini film membosankan sekali.

Terlebih, adegan-adegan yang ada mengingatkan saya pada film-film horor buatan Screen Gems yang kebanyakan emang seperti itu, moderat, biasa-biasa, forgettable. Omong-omong saya ingin berbicara mengenai Screen Gems. Ia merupakan bentukan Sony yang cukup sering merilis film-film menarik. Arti kata menarik di sini ialah, Screen Gems sering merilis film yang cerita horornya menarik, kendati direct-to-video ataupun film medioker, dan indikasinya sama seperti ini, punya beberapa deretan peraih penghargaan Oscar. 

Saya tidak tahu mau berbicara tentang apa. Ada poin yang membuat ini terlihat seperti film horor remaja, dengan kisah asyik tentang gadis yang menjadi vokalis band, menyerahkan CD ke teman psikopatnya itu. Segala hal remaja ini membuat saya muak, karena kesan yang ingin ditampilkan seakan Elissa adalah cewek gaul yang bisa bergaul dengan siapa saja, dengan tubuhnya yang sekel dan mulutnya yang tak bisa dijaga itu.
Carrie Ann yang ternyata mempunyai satu twist lagi, Ryan yang mempunyai twist, dan Bill, polisi kota yang mempunyai twist, kok saya sudah nggak tergugah ya? Saya malah jadi keingetan film Insidious: Chapter 2 dan Psycho. Mungkin ide transitif itu sering digunakan banyak orang. Satu hal lagi, cerita Ryan yang mengurusi tantenya itu dari mana, ya? Atau mungkin dia sengaja dilindungi oleh Bill? Ah, sudahlah (lagi), plotnya bolong atau saya yang kurang memperhatikan.

Nggak tahu kenapa film ini perilisannya diundur dari tahun 2010 ke 2012. Film seperti ini bukannya mudah dibuat? Aktor-aktris yang sering nampang, kelihatannya bukan jaminan film ini baik. Tentu, di sini bisa dilihat gelagat akting Jennifer Lawrence seperti apa. Rupanya, ia mirip-mirip dengan Emily Browning, makanya saya masih sebel nih berhubung saya ngefans dengan Emily Browning yang ketika casting peran Katniss gagal mendapat peran tersebut.

Judul House at the End of the Street bagi saya kurang cocok dengan deskripsi kenyataannya. Halo? Gimana caranya ada dua rumah yang menjorok dari seluruh pinggiran kota?! Secara bahasa sih, betul, Rumah yang Ada di Ujung Jalan tapi kok kurang pas, kurang kelihatan akhir jalan, atau "End of the Street" merupakan term yang kita tidak ketahui?
Film ini akhirnya berakhir dengan semuanya tidak ada yang mati (oh ada ding, Carrie Ann yang palsu itu sama Bill), dan Ryan serta Elissa dan Sarah berhasil selamat. Kita lagi-lagi diberikan penegasan kalau ini itu film pintar. (Nggak nyambung, bibir Max Theriot itu kok bisa sekecil itu?) Kenapa dibilang berusaha pintar? Lihat saja dari seluruh twist yang diberikan, kita sebenarnya tidak diberikan clue atau apapun. Jadilah film yang bijak dengan memberikan beberapa petunjuk. Atau berikanlah petunjuk yang bikin orang salah paham. Mereka membuat film dengan petunjuk itu agar jelas mereka pintar. Film mengejutkan tanpa petunjuk itu agak menyebalkan, seakan ia membuat kita harus bertahan hingga ke tetes terakhir film ini.

Sebuah film horor remaja yang pop, makanya rating saja PG-13. Siap didistribusikan ke televisi menurut saya. Sebuah hal yang jarang kecuali film hantu, horor mendapatkan PG-13 setelah dilakukan gebrakan torture porn dari Hostel dan Saw. Ya, film ini mempunyai cerita yang menarik. Ya, film ini didukung pemain yang apik. Tapi kita harus bisa jeli melihat bagaimana caranya sebuah durasi bisa keterlaluan maupun tidak. Film ini jelas terlalu bertele-tele (seperti review ini), dan saya rasa bisa dipersempit menjadi 90 menit atau berapalah. Apakah karena itu film ini tak punya versi unrated (dan ternyata yang saya tonton versi unrated)? Saya jadi ingin nangis, akhirnya ada juga film horor yang tidak bisa saya nikmati. Terima kasih!
20%

13 komentar:

  1. Terus jadi selama film itu cewek yg di sekap di dalam base ment itu siapa?

    BalasHapus
  2. Terus jadi selama film itu cewek yg di sekap di dalam base ment itu siapa?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mahasiswi yg diculik sama ryan itu. Kan ada bagian pas si elisse liat pasport cewek kuliahan. Terus selama disekap dipasang'in softlens biru.

      Hapus
    2. Berarti yg disekap oleh ryan itu carrie-ann yg palsu?? Bukankah waktu itu dibunuh ryan wktu dihutan stlh itu dibawa ke bagasi mobil lalu dibuang kan?? Lalu setelah itu kok masih ada yg disekap di basemant itu,,siapa dia????
      Dan berarti yg bunuh orangtuanya itu ryan dewasa yg slma ini dibesarkn orgtuanya sbg carrie-ann???
      Berarti orangtuanya jg psikopat??

      Hapus
  3. Saya gak ngerti blog ini ngmng apa...pusing

    BalasHapus
  4. nulis blepotan
    TS beda alam apa gimana ?????

    BalasHapus
  5. Pusing baca blog nya. Susunannya berantakan tidak di tata. Cerita sama riview campur kayak gado2.

    BalasHapus
  6. Nulis apa si loh kaga ngerti anjeng 😊

    BalasHapus
  7. Lain kali nulis review yang jelas ya itu bahasa planet mana gwngak tau

    BalasHapus
  8. Ini yg komen pasti baru nonton semalam di transtv terus bingung alur ceritanya gimana jadi nya cari spoiler nya disini yekaannn...???

    BalasHapus
  9. Kalo yg aku tangkep dari filmnya sih. Kayanya carrie ann yg pertama dan di bunuh ryan itu carrie ann yg asli. Kalo yg kedua itu baru mahasiswi yg disekap. Sepertinya semenjak kejadian carrie ann jatoh dari ayunan itu membuat dia jadi agak ga waras. Nah mungkin si ortu nya ga nerima dan nyalahin si ryan. Semenjak itu ortunya ikut gila juga dan nganggep ryan itu carrie ann. Nah pasti disitu bakal tertekan kan psikisnya ryan,akhirnya dia bunuh ortunya. Dengan alasan carrie ann yg bunuh. Apalagi dibantu polisi itu karena mungkin mempertimbangkan masa depan ryan. Makanya pas polisinya nyari elissa bilang ke ryan jangan cari masalah lagi. Terus ryan kepalang tanggung ga sengaja ngebunuh carrie ann. Jadi untuk nutupin rasa bersalah dia, dia nyulik mahasiswi,bahkan beliin softlens supaya mirip carrie ann banget dan supaya dia merasa carrie ann itu masih ada

    BalasHapus